Home / Romansa / Malam Penuh Gelora Bersama Bosku / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Malam Penuh Gelora Bersama Bosku: Chapter 191 - Chapter 200

386 Chapters

Bab 191

"Bu Livy." Sherly tiba-tiba berjalan mendekati mereka, membuyarkan lamunan Livy. Karena terkejut, Ivana langsung menutup mulutnya dan mulai memasang ekspresi serius seolah-olah sedang bekerja."Bu Sherly, ada apa?" tanya Livy dengan bingung.Sherly menyerahkan sebuah dokumen kepada Livy dan berkata, "Begini, perpindahan jabatan Erick terjadi terlalu cepat, masih ada beberapa hal yang belum selesai dikoordinasikan. Sebelumnya, kamu dan Erick yang menangani ini, jadi nggak masalah kalau kamu yang menyelesaikannya, 'kan?"Memintanya untuk menemui Erick? Livy tentu ingin menolak. Sejak terakhir kali dia dijebak oleh Erick, dan setelah mengetahui bahwa Erick meninggalkan perusahaan, dia bahkan sudah memblokir kontak pria itu. Sekarang, jangankan bekerja sama, berbicara saja Livy merasa canggung.Di sampingnya, Ivana yang menyadari situasi itu berkata, "Bu Sherly, sekarang Bu Livy bekerja sama dengan Hesti dari divisi lapangan. Setahu saya, Hesti dan Erick pernah menjadi rekan kerja, mungkin
Read more

Bab 192

Setelah memikirkan semuanya, Livy memutuskan untuk segera pulang ke rumah setelah jam kerja. Namun, baru saja dia bersiap pergi, sebuah dokumen tiba-tiba dilemparkan ke mejanya oleh Zoey."Kak, ini dokumen yang aku kerjakan hari ini. Tolong periksa apakah ada yang perlu diperbaiki," kata Zoey sambil mengedipkan mata dengan polos, menghentikan langkah Livy.Dengan nada kesal, Livy menjawab, "Sekarang sudah waktunya pulang. Akan kuperiksa besok."Dia benar-benar tidak punya energi untuk menghadapi Zoey sekarang. Sejak siang, Livy tidak sempat istirahat, ditambah sore harinya penuh dengan pekerjaan yang membuat pikirannya tegang. Yang diinginkannya saat ini hanyalah pulang ke rumah dan beristirahat.Namun, Zoey tidak membiarkannya pergi. Dia menggigit bibir bawahnya seolah-olah dia sedang dianiaya. "Kak, aku benar-benar ingin lulus masa percobaan. Tolong bantu aku. Lagian, aku ini adik kandungmu. Kamu nggak mau orang lain bilang kamu bahkan nggak mau bantu adik kandungmu sendiri, 'kan?"L
Read more

Bab 193

Bendy menunjuk ke arah luar. "Bu Livy, sekarang ini nggak banyak orang di kantor. Pak Preston sedang menunggu Anda di sana untuk pulang bersama."Livy terkejut mendengarnya, tetapi tidak banyak membuang waktu. Dia mengikuti arah yang ditunjukkan oleh Bendy. Di pinggir jalan, sebuah Porsche Cayenne yang tidak asing terparkir dengan tenang.Setelah memastikan tidak ada rekan kerja di sekitar, Livy segera membungkuk dan masuk ke dalam mobil. Dia duduk diam di kursi dengan tenang.Preston tampaknya masih sibuk meninjau beberapa dokumen di tangannya. Sementara itu, Livy mengambil ponselnya dan mulai bermain. Namun, di layar ponselnya, pesan-pesan mengganggu dari Erick terus berdatangan.[ Livy, jangan marah soal malam itu. Aku cuma khilaf sesaat. Aku sebenarnya mau bertanggung jawab. Aku benar-benar berniat menikahimu .... Semua itu karena aku terlalu suka padamu. Tapi aku nggak nyangka, Bendy datang dan suruh orang untuk memukulku sampai babak belur. Aku dirawat di rumah sakit selama beber
Read more

Bab 194

Livy menarik kembali tangannya dengan cepat dan sedikit menjauh ke sisi lain."Pak Preston, jangan salah paham. Aku .... Kamu selesaikan dulu pekerjaanmu. Bukannya masih ada setumpuk dokumen yang harus diperiksa?" ujarnya, seolah-olah bermaksud "baik hati" mengingatkan.Dokumen-dokumen itu memang cukup banyak dan sepertinya Preston harus menghabiskan waktu semalaman untuk menyelesaikannya.Livy berpikir, setelah istirahat siang tadi, malam ini Preston mungkin tidak akan punya energi untuk mengganggunya. Dia kemungkinan akan sibuk bekerja lembur dengan dokumen-dokumen itu. Kalau tidak, dia tidak akan membawa setumpuk dokumen seperti ini ke rumah.Perasaan lega perlahan muncul di hati Livy.Untungnya, Preston hanya bercanda dan tidak melakukan apa pun di dalam mobil. Keduanya duduk diam sepanjang perjalanan sampai akhirnya tiba di rumah.Begitu sampai di rumah, Livy langsung menyerbu meja makan. Dia benar-benar lapar. Tanpa peduli pada penampilannya, dia makan dengan lahap. Lagi pula, di
Read more

Bab 195

Preston tidak ingin Livy terus-terusan sakit. Tidak masalah jika dia hanya merepotkan David, tapi Preston juga jadi ikut mencemaskannya. Perasaan ini sangat tidak nyaman baginya.Dia menambahkan dengan nada tegas, "Mulai sekarang, setiap Senin, Rabu, dan Jumat, usahakan pulang tepat waktu. Jam sembilan malam, aku bawa kamu untuk jogging malam. Latih tubuhmu."Livy langsung lemas. Wajahnya jadi muram, bahkan tangannya yang sedang memegang sendok terasa kehilangan tenaga. "Aku ... aku nggak terlalu pandai lari. Aku lambat sekali," katanya pelan.Dengan segala kesibukan yang membuatnya lelah, kini dia harus memikirkan jogging malam? Ini seperti hukuman mati baginya."Kalau lambat, ya lari pelan-pelan. Aku nggak suruh kamu ikut lomba," jawab Preston yang telah memutuskan semuanya tanpa memberi ruang bagi Livy untuk membantah.Wajah Livy semakin masam. Namun, dia melampiaskan rasa frustrasinya dengan makan lebih banyak. Dalam waktu singkat, tiga piring nasi habis dilahapnya. Seperti seekor
Read more

Bab 196

Preston kembali berbicara beberapa kalimat dengan suara pelan, tetapi Livy tidak mendengarnya dengan jelas. Dia pun tidak lagi peduli dengan apa yang dikatakan Preston. Suaranya hanya menjadi dengungan kosong di telinga Livy yang kini berdiri dengan perasaan linglung.Ketika Preston selesai menutup telepon dan berbalik, pandangannya langsung tertuju pada Livy yang baru saja membuka pintu.Gaun malam putih yang dikenakan Livy menonjolkan lekuk tubuhnya yang ramping dan anggun dengan sempurna. Desain korset tanpa lengan itu juga menampilkan kulit putihnya dengan elegan dan memberikan kesan yang menggoda. Rambut panjangnya tergerai di bahu, memberikan sentuhan lembut yang membuatnya tampak seperti sosok yang rapuh.Tatapan Preston menjadi lebih gelap dan dia tampak menelan ludah. Dengan nada sedikit kesal, dia berkata, "Gaun ini nggak cocok untukmu."Livy mendongak, memandang wajah Preston yang dingin dan kaku. Perasaan antusias yang tadi dirasakannya saat mengganti gaun itu seketika memu
Read more

Bab 197

Livy merasa semakin tidak nyaman, terutama karena tatapan Preston yang jelas-jelas dipenuhi dengan makna menggoda. Namun, apa yang Preston katakan memang benar. Gaun malam ini memang terlihat indah, tetapi sangat tidak praktis untuk bergerak.Setelah ragu selama beberapa saat, Livy memutuskan untuk mengesampingkan rasa malunya dan menganggap Preston sebagai patung. Dia berusaha menenangkan pikirannya dan mulai melepas pita di sisi pinggang gaun itu dengan hati-hati.Sayangnya, pita itu sulit sekali dilepaskan, sehingga gerakan Livy menjadi sangat lambat.Preston awalnya hanya menikmati pemandangan itu dari sofa. Namun setelah beberapa saat, dia berdiri dan mendekati Livy dengan langkah mantap. Livy yang masih menunduk dan fokus pada pita yang membandel, tiba-tiba merasakan bayangan gelap menutupi dirinya. Dia mengangkat kepala dengan terkejut."Pres ...."Sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, bibir Livy langsung disambar oleh Preston. Ciuman itu penuh dengan kehangatan dan dominasi.
Read more

Bab 198

Keesokan harinya, ketika Livy kembali ke meja kerjanya, dia terus memegangi pinggangnya.Sakit sekali.Tatapan Ivana yang penuh arti hampir membuat Livy tenggelam dalam rasa malu. Ivana sambil bercanda memuji stamina Bendy yang luar biasa.Livy hanya bisa tertawa kaku dan tidak tahu harus bagaimana menjelaskan. Akhirnya dia hanya berkata asal, "Bukan dia, jangan mikir macam-macam.""Aku mengerti, aku mengerti. Sementara ini kamu ingin merahasiakannya. Tapi aku berbeda. Aku janji nggak akan bilang ke siapa-siapa," jawab Ivana sambil meletakkan jari di bibirnya.Livy hanya bisa menghela napas panjang, merasa tidak ada gunanya berdebat lebih jauh.Ivana memang sangat baik padanya, tetapi ada hal-hal yang memang tidak bisa Livy ceritakan. Dia hanya berharap, jika suatu hari Ivana tahu kebenarannya, dia tidak akan marah karena Livy telah menyembunyikannya.Setelah itu, Livy membuka daftar tugas kerjanya dan sekaligus mengirimkan pekerjaan hari itu kepada Zoey. Tak lama kemudian, Zoey muncul
Read more

Bab 199

"Maaf ya, Livy. Proyek ini memang tanggung jawab Erick. Semua data yang bisa kami temukan di divisi kami sudah di sini. Sisanya, sepertinya kamu harus langsung menanyakannya pada Erick," kata Hesti sambil menggaruk kepalanya dengan sedikit rasa bersalah.Namun, dia buru-buru menambahkan dengan penuh semangat, "Gimana kalau aku temani kamu menemui Erick?""Nggak perlu, sudah cukup kamu bantu sampai sejauh ini. Sisanya biar aku yang urus," jawab Livy sambil tersenyum penuh rasa terima kasih.Dia tidak ingin merepotkan orang lain lebih jauh. Pengalaman sebelumnya ketika Ivana membantunya dan hampir terkena masalah besar karena Erick, sudah cukup menjadi pelajaran.Livy memutuskan bahwa masalah dengan Erick ini harus dia selesaikan sendiri. Jika situasinya benar-benar tidak terkendali, barulah dia akan meminta bantuan Bendy.Dengan pemikiran itu, Livy mengusap perutnya yang mulai keroncongan. "Hesti, terima kasih banyak untuk bantuanmu pagi ini. Aku traktir makan siang, ya?""Wah, mau bang
Read more

Bab 200

Livy baru saja menyantap dua suap makanannya ketika menerima telepon dari Sylvia. Meskipun Sylvia tidak menjelaskan secara detail, Livy bisa langsung menangkap maksudnya. Zoey pasti sedang membuat ulah di kantor presdir.Rasa kesal langsung membuncah di hati Livy. Dia bahkan tidak memedulikan perutnya yang masih lapar. Setelah buru-buru menyelesaikan pembayaran, dia meminta Hesti untuk melanjutkan makan dengan santai, lalu dengan tergesa-gesa kembali ke kantor dan menuju ruang presdir dengan tergesa-gesa.Begitu masuk, dia mendapati suasana yang hampir seperti medan perang, meskipun sebenarnya hanya Zoey yang berteriak-teriak sendirian."Kamu panggil Livy kemari juga nggak ada gunanya! Hubunganku dengan Preston jelas nggak bisa dibandingkan denganmu, wanita cacat! Menurutku, kalau sudah lumpuh, lebih baik diam di rumah dan beristirahat saja. Masih berani menginginkan pria orang lain? Nggak takut hidupmu jadi lebih pendek?"Wajah Sylvia tampak marah. Namun, dia tetap tidak berniat melad
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
39
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status