Share

Bab 200

Author: Dania Zahra
Livy baru saja menyantap dua suap makanannya ketika menerima telepon dari Sylvia. Meskipun Sylvia tidak menjelaskan secara detail, Livy bisa langsung menangkap maksudnya. Zoey pasti sedang membuat ulah di kantor presdir.

Rasa kesal langsung membuncah di hati Livy. Dia bahkan tidak memedulikan perutnya yang masih lapar. Setelah buru-buru menyelesaikan pembayaran, dia meminta Hesti untuk melanjutkan makan dengan santai, lalu dengan tergesa-gesa kembali ke kantor dan menuju ruang presdir dengan tergesa-gesa.

Begitu masuk, dia mendapati suasana yang hampir seperti medan perang, meskipun sebenarnya hanya Zoey yang berteriak-teriak sendirian.

"Kamu panggil Livy kemari juga nggak ada gunanya! Hubunganku dengan Preston jelas nggak bisa dibandingkan denganmu, wanita cacat! Menurutku, kalau sudah lumpuh, lebih baik diam di rumah dan beristirahat saja. Masih berani menginginkan pria orang lain? Nggak takut hidupmu jadi lebih pendek?"

Wajah Sylvia tampak marah. Namun, dia tetap tidak berniat melad
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 201

    Satu kalimat itu menusuk langsung ke hati Livy. Orang lain mungkin mengira dia telah menjadi wanita yang beruntung karena berhasil mendapatkan Preston.Namun, siapa yang benar-benar tahu bahwa dalam hubungan mereka, posisi Livy selalu tidak seimbang? Bahkan pernikahan mereka hanyalah kontrak. Itulah alasan mengapa dia tidak pernah mau hubungannya dengan Preston diumumkan ke publik.Menjadi "Nyonya Sandiaga" bukanlah sesuatu yang membuatnya bangga. Sebaliknya, itu membuatnya merasa terancam.Livy menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosinya, lalu berkata dengan tenang, "Benar, kamu juga lihat sendiri. Aku nggak akan menyembunyikannya. Sylvia, wanita tadi, punya hubungan mendalam sama Preston. Preston selalu menuruti semua keinginannya.""Sementara aku? Bagi Preston, aku ini nggak lebih dari sekadar mainan. Jadi, Zoey, sebaiknya kamu hati-hati. Aku sudah berusaha mati-matian untuk membantumu masuk ke perusahaan ini. Kalau kamu terus membuat masalah, konsekuensinya nggak sese

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 202

    Livy mengetik beberapa baris penjelasan di kotak pesan. Namun setelah menatapnya beberapa saat, dia akhirnya menghapus semuanya. Akhirnya, dia hanya mengirimkan pesan singkat.[ Aku mengerti. ]Setelah itu, dia meletakkan kepalanya di atas meja dengan lemah dan merasa sangat sedih. Jika Preston begitu peduli pada Sylvia, mengapa dia harus mengikat kontrak pernikahan dengan Livy? Bukankah lebih mudah bagi Preston untuk berpura-pura dengan orang lain?Sekarang Sylvia telah kembali, lalu di mana posisi Livy?Semua ini membuatnya merasa seperti seorang pelakor yang hanya diam-diam merusak hubungan Preston dengan Sylvia.....Ketika Preston membaca pesan singkat Livy, alisnya sedikit berkerut. Wanita ini bahkan tidak berusaha menjelaskan apa-apa.Apakah mungkin Livy benar-benar memperlakukan Sylvia dengan buruk seperti yang dikatakan Sylvia saat Preston tidak ada?"Preston, apakah aku ... terlalu banyak mengganggu?"Sylvia menundukkan kepala dan menatap kedua kakinya dengan lemah. Wajahnya

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 203

    "Dasar nggak berguna! Aku pikir orang yang dikirim dari kantor pusat itu akan hebat, ternyata hal kecil seperti ini saja kamu nggak bisa urus. Kenapa nggak sekalian pulang saja?!""Kenapa? Nggak terima? Kalau nggak terima, silakan mengundurkan diri. Kantor kecil seperti ini nggak mampu menanggung orang sepertimu!"Wajah Erick memerah karena menahan rasa malu dan marah. Pimpinan itu akhirnya melemparkan sebuah dokumen ke arah Erick sebelum berjalan pergi tanpa menoleh lagi.Erick menggertakkan giginya sambil melontarkan beberapa makian pelan. Ketika berbalik, dia melihat Livy berdiri di pintu. Melihat Livy, rasa frustrasi Erick semakin memuncak. Dia melangkah cepat ke arah Livy, lalu menatapnya dengan pandangan penuh tuntutan dan berkata, "Kenapa lama sekali kamu datang?"Livy yang sudah kehabisan kesabaran, menjawab dengan nada datar, "Baru saja selesai jam kerja.""Oh, begitu," balas Erick dengan nada yang menyebalkan. "Kalau begitu, kamu lagi nggak ada urusan, 'kan? Livy, kenapa ngga

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 204

    Livy tertegun dan menatap Preston dengan bingung. Apakah Preston benar-benar yakin bahwa Livy telah mengganggu Sylvia siang tadi? Dia bahkan tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan, tapi Preston langsung saja menilainya bersalah.Kata-kata yang ingin diucapkannya hanya mengendap di tenggorokannya, sampai akhirnya dia mengangguk pelan dan berkata dengan suara rendah, "Baik, aku mengerti."Dia segera menyelesaikan makan malamnya dengan cepat. Namun bahkan setelah itu, Livy tidak merasa kenyang. Preston yang terbiasa tinggal di luar negeri, selalu memilih makanan barat. Namun bagi Livy, makanan seperti itu tidak terasa lezat dan tidak mengenyangkan.Ketidaksesuaian itu mencerminkan hubungan mereka yang tidak sejalan sejak awal.Setelah makan, Livy kembali ke kamarnya dan menyelesaikan data yang harus dia kirimkan kepada Sherly. Saat semua selesai, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Dia baru saja akan masuk ke kamar mandi untuk mandi ketika pintu kamarnya tiba-tiba terbuka."G

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 205

    Untuk sesaat, Livy merasakan hawa dingin yang luar biasa dari tubuh Preston. Tatapan mata hitamnya tampak lebih gelap dari malam. Udara di sekitar mereka terasa seperti dipenuhi oleh dinginnya ruangan es."Livy, kamu tahu nggak apa yang baruan kamu bilang?" Suara Preston terdengar rendah dan tajam.Livy belum sempat bereaksi, dia hanya menggenggam tangannya dengan gugup. "Aku hanya ... aku nggak bisa lari lagi. Olahraga itu harus bertahap, kamu nggak bisa langsung memaksakan ....""Livy!" Preston memotongnya dengan suara yang begitu dingin hingga menusuk. "Kaki Sylvia terluka karena aku. Aku sudah memperingatkanmu. Sepertinya, kamu benar-benar nggak bisa jaga ucapanmu!"Awalnya, dia berpikir Sylvia hanya salah paham ketika mengatakan Livy tidak menghargainya. Namun, sekarang Preston merasa itu benar-benar terjadi. Bagaimana mungkin Livy bisa mengatakan sesuatu yang begitu kejam?!Livy terdiam, tubuhnya kaku karena syok. Dia mencoba menjelaskan dengan terbata-bata, "Aku ... aku nggak be

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 206

    Livy sampai meragukan pendengarannya. Dengan ragu, dia bertanya sekali lagi, "Aku mengejar Erick ke kantor cabang?"Bagaimana mungkin hal seperti itu terjadi? Bagaimana bisa ada gosip yang begitu tidak masuk akal? Terlalu berlebihan!Ivana menghela napas pelan, lalu diam-diam mengeluarkan ponselnya. Di grup obrolan, terlihat sebuah foto yang sangat mencolok.Itu adalah foto Livy yang dipeluk dan dicium oleh Erick di kantor cabang tempat Erick bekerja. Di dalam grup, semua orang sibuk membicarakan gosip tentang mereka berdua.[ Aku tahu, dia Livy dari departemen sekretaris! Dulu saat Erick masih di kantor pusat, aku sering melihat mereka berdua bersama. ][ Aku juga tahu. Katanya Livy ini telah menolak Erick berkali-kali dan sok menjadi wanita suci. Tak disangka, setelah Erick pergi, dia malah mendekat kembali. ][ Hahaha! Mereka pasti sudah pacaran! Dulu Erick bilang, kalau dia jadian sama Livy, dia akan mengajukan pindah ke cabang. Soalnya itu adalah aturan perusahaan kita. ][ Akhirn

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 207

    "Livy, itu pasti Sylvia, 'kan? Katanya dia cinta pertama Pak Preston. Kamu sering antar dokumen untuk Pak Preston. Kamu pasti pernah lihat dia, 'kan?"Livy sebenarnya tidak ingin membahas topik itu, jadi dia cuma menjawab dengan tidak acuh, "Hm.""Kalau begitu ... dia istri Pak Preston ya?" Ivana mulai penasaran dan menebak-nebak, "Katanya sih Pak Preston sudah menikah, tapi istrinya sakit-sakitan, jadi nggak diumumin. Mungkin wanita ini orangnya."Sekarang belum, tetapi mungkin nanti, posisi istri Preston akan menjadi milik Sylvia."Aku kurang tahu." Livy tidak ingin membahas topik itu. Lagi pula, dia sebenarnya adalah salah satu pihak yang terlibat. Sekarang, dia adalah orang yang disebut sebagai istri Preston.Livy merasa semakin pusing. Dia buru-buru berjalan menuju meja resepsionis untuk mengambil dokumen. Saat berbalik, dia tidak sengaja menabrak sesuatu.Sebelum sempat melihat dengan jelas, tiba-tiba ada seseorang yang mendorongnya dengan kuat. Livy terjatuh keras ke lantai. Kar

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 208

    Livy berjalan dengan pincang mengikuti Preston ke ruangannya. Sylvia juga ingin masuk, tetapi dihentikan oleh Preston. "Sylvia, ini urusan pribadiku. Kamu tunggu di ruang tamu dulu."Sylvia menggigit bibirnya, merasa sangat tidak nyaman dengan kata-kata "urusan pribadi" yang diucapkan oleh Preston.Matanya segera melirik Livy dengan marah. Kemudian, dia tersenyum tipis dan berucap, "Oke, aku tunggu di luar. Preston, jangan terlalu marah. Bu Livy cantik dan punya daya tarik. Kamu nggak boleh kasar sama dia. Jangan sampai suatu hari nanti Bu Livy benaran pergi sama orang lain."Setelah itu, Sylvia menutup pintu dengan tatapan dingin. Dia segera pergi ke ruang tamu dan menelepon seseorang."Bu Sylvia?" Suara Annie terdengar gembira dan penuh kemenangan. "Kamu sudah terima hadiah yang kukirim, 'kan? Gimana? Aku pasti sangat membantumu, 'kan?""Itu cuma foto yang salah angle, apa yang pantas kamu banggakan?" Sylvia mendengus sinis. Annie termasuk bodoh, tetapi punya metode yang cukup bagus.

Latest chapter

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 389

    Preston tiba-tiba menyela dengan nada mencela, "Livy, kamu benar-benar menganggap dirimu sebagai Nyonya Keluarga Sandiaga? Di mataku, kamu cuma wanita yang kunikahi sebagai solusi sementara demi menenangkan ayahku."Wajah Livy langsung pucat. Meskipun sejak awal mereka sudah tahu kenyataan ini, mendengarnya diungkapkan secara terang-terangan tetap membuat hatinya sakit."Awalnya kupikir kamu bisa bersikap baik dan nggak akan macam-macam, tapi Livy, tindakanmu belakangan ini benar-benar membuatku muak!"Preston tertawa dingin, jari-jarinya mencengkeram dagu Livy dengan semakin kuat. "Mulai hari ini, aku akan pindah. Ayahku sudah tua dan nggak bisa menerima pukulan besar. Jadi untuk sementara, aku nggak akan menceraikanmu. Tapi ingat baik-baik, jangan pernah menguji kesabaranku lagi!"Setiap kata yang diucapkan menusuk langsung ke hati Livy. Livy tersenyum pahit dan menggeleng, bahkan untuk menjelaskan pun terasa sia-sia. "Preston, apa pun yang kukatakan sekarang sudah nggak berguna, 'ka

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 388

    Dalam sekejap, Livy panik bukan main. Di rumah Nicky, dia sama sekali tidak melihat ada wanita lain. Jangan-jangan .... Memikirkan kemungkinan itu, wajahnya langsung dipenuhi kecemasan.Untungnya, Nicky segera menjelaskan, "Aku minta tetangga untuk membantumu mengganti pakaian. Livy, jangan khawatir, aku sama sekali nggak melakukan apa pun. Aku nggak akan memanfaatkan situasi seperti ini."Sebesar apa pun perasaannya terhadap Livy, Nicky tetap menghormatinya. Sebelum Livy memberi izin, dia tidak akan melakukan sesuatu yang berlebihan."Baguslah kalau begitu." Livy akhirnya menghela napas lega. Dia buru-buru berkata, "Nicky, aku benaran harus pergi. Kalau ada kesempatan, aku akan mencari waktu untuk berterima kasih padamu."Nicky tersenyum pahit. "Livy, kita ini teman. Kamu nggak perlu sesungkan itu."Livy hanya tersenyum samar, tidak menjawab apa pun. Tidak lama kemudian, dia pun naik taksi untuk pulang.Begitu tiba di rumah, Tina langsung menyambutnya dengan wajah penuh kekhawatiran.

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 387

    Lihat saja, begitu rencananya tidak berhasil, wanita itu langsung pergi."Livy." Suara Preston terdengar seperti binatang buas dari dalam jurang, menakutkan dan suram.Dia sudah begitu baik kepada wanita ini, tetapi ternyata wanita ini sama sekali tidak pantas mendapatkannya!....Dalam keadaan setengah sadar, Livy perlahan membuka matanya. Begitu terbangun, dia merasa tenggorokannya sangat sakit. Kepalanya terasa berat, tubuhnya juga lemas.Dia menatap sekeliling dengan bingung. Ini tempat yang sepenuhnya asing baginya.Saat berusaha bangkit, suara yang familier tiba-tiba terdengar. "Livy, akhirnya kamu bangun."Pintu kamar terbuka dan orang yang masuk adalah Nicky. Livy agak terkejut, suaranya serak saat bertanya, "Nicky? Kenapa kamu ada di sini?"Livy ingat, semalam dia pingsan di tengah hujan. Lantas, kenapa saat bangun, dia malah berada di tempat ini?"Kemarin aku kebetulan ada urusan di sana. Saat aku kembali, aku melihatmu pingsan di depan gerbang."Nicky membawa semangkuk obat

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 386

    Livy bahkan tidak tahu sudah berapa lama dia berdiri di sana, sementara hujan deras di atas kepalanya masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.Sampai akhirnya, tubuhnya semakin lemah. Dia harus bersandar pada dinding di sampingnya sebelum perlahan duduk ke tanah.Dingin. Seluruh tubuhnya terasa sangat dingin, seakan-akan dia dilemparkan ke dalam ruang pembeku.Meskipun begitu, suhu tubuhnya justru terasa sangat tinggi, bahkan napasnya membawa hawa panas.Apakah dia demam? Livy merasa kepalanya pusing. Dengan lemah, dia mengangkat tangan dan menyentuh dahinya. Benar saja, panasnya sudah tidak normal.Ponselnya entah kehabisan baterai atau rusak karena masuk air. Kini, layarnya sudah tidak bisa menyala.Yang bisa Livy lakukan hanyalah memeluk tubuh sendiri dengan putus asa, seolah-olah hanya itu yang bisa memberinya sedikit kehangatan."Cepat pergi!" Di tengah kesadarannya yang samar, Livy kembali mendengar suara satpam.Gerbang besi terbuka, tongkat besi menyentuh tubuhnya. Sa

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 385

    Petugas keamanan menyeretnya ke depan gerbang, lalu bergegas menutup pintu dan menghalangi pandangannya dari dua orang di dalam sana.Di langit yang gelap, kilatan petir mendadak menyambar dan membelah malam dengan cahaya menyilaukan. Namun, Livy tetap tidak mau menyerah. Dia berteriak ke arah vila, suaranya bercampur dengan suara hujan yang mengguyur deras."Pak Preston! Kumohon, kasih aku kesempatan untuk menjelaskan! Semua ini bukan perbuatanku! Kenapa ... kenapa kamu nggak percaya sama aku?!"Petugas keamanan meliriknya dengan pandangan meremehkan. "Nona, lebih baik kamu cepat pergi. Jangan mempermalukan diri sendiri di sini."Tidak ...! Dia tidak bisa pergi begitu saja! Jika dia tidak bisa menjelaskan semuanya hari ini, Preston pasti akan membencinya seumur hidup.Livy tidak ingin itu terjadi. Dia tidak ingin Preston membencinya. Dia tidak bersalah, semua ini bukan perbuatannya!"Aku nggak akan pergi."Livy menggigit bibirnya erat, menahan giginya yang bergetar karena dingin. "Aku

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 384

    Dengan panik, Livy langsung mendorong pintu dan buru-buru menjelaskan, "Bukan aku yang melakukannya!"Begitu melihat Livy, tebersit kebencian di mata Sylvia.Diam-diam, dia mencubit pahanya sendiri, membuat dirinya menangis lebih keras. "Bu Livy, ke ... kenapa kamu datang ke sini?""Kamu bahkan tahu di mana aku tinggal, apakah itu berarti kamu sudah menyelidiki semua informasi tentangku? Jadi, foto-foto yang diambil diam-diam itu juga hasil perintahmu?"Dalam artikel berita itu, memang ada beberapa foto yang menunjukkan Preston mengantar Sylvia pulang. Namun, Livy sangat yakin bahwa semua ini sama sekali bukan ulahnya.Isakan tangis Sylvia yang lembut dan menyedihkan menghantam hati Preston.Meskipun dia tidak memiliki perasaan cinta terhadap Sylvia, mereka telah tumbuh bersama sejak kecil. Ditambah dengan rasa bersalah yang dia simpan selama bertahun-tahun, melihat Sylvia menangis membuat hatinya sedikit tersentuh.Tatapannya yang dingin jatuh pada Livy yang tiba-tiba menerobos masuk.

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 383

    "Kenapa sih? Aku melakukan semua ini demi kebaikanmu!"Zoey merasa Livy benar-benar tidak tahu berterima kasih. Dengan nada kesal, dia mengumpat, "Kamu sendiri nggak bisa mempertahankan Pak Preston, aku membantumu, tapi kamu malah bersikap begini!""Kamu sadar nggak, bahkan gelar Nyonya Sandiaga saja nggak diakui? Kalau sampai kalian bercerai, kamu bakal keluar tanpa sepeser pun! Asal kamu mau memperbesar masalah ini, bagaimanapun juga, kamu tetap nggak akan dirugikan!"Sebenarnya, Zoey juga tidak benar-benar ingin membantu Livy. Namun, setelah berdiskusi dengan ibunya, mereka menyadari bahwa hanya dengan membantu Livy, mereka bisa mendapatkan keuntungan.Lagi pula, dia sudah memegang kelemahan Livy. Kalau Livy tidak bekerja sama dengannya, dia akan benar-benar habis!"Aku sudah bilang, urusanku bukan urusanmu!"Livy berteriak hingga suaranya hampir serak, "Aku juga nggak pernah ingin jadi Nyonya Sandiaga yang diumumkan ke publik, dan aku nggak butuh orang lain memperlakukanku dengan b

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 382

    Grup itu adalah grup gosip perusahaan.Sebelumnya, Ivana pernah ingin memasukkan Livy ke dalamnya, tetapi Livy merasa grup itu terlalu ramai dan penuh dengan gosip yang tidak penting. Lagi pula, dia juga tidak tertarik membahas hal-hal seperti itu, jadi dia menolak untuk bergabung.Namun sekarang, setelah jam kerja usai, seseorang mengirimkan pesan yang memicu kehebohan di grup tersebut.Meskipun hanya ada satu orang yang memulai percakapan, Livy sudah cukup terkenal di perusahaan, jadi banyak orang yang ikut berkomentar.[ Pantas saja! Aku pernah beberapa kali melihat Livy naik mobilnya Pak Preston. Lagian, kalian nggak merasa aneh kalau dia bisa naik jabatan secepat itu? ][ Kalau nggak ada sesuatu di belakangnya, aku pasti nggak percaya! Tapi aku nggak nyangka, ternyata dia punya hubungan sama Pak Preston! ][ Aku nggak percaya! Pak Preston itu kaya, tampan, dan luar biasa! Mana mungkin dia tertarik sama wanita seperti Livy? ][ Pokoknya yang jelas, Livy sudah menikah dan suaminya p

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 381

    Pria itu memiliki proporsi tubuh yang nyaris sempurna. Mantel panjang hitam yang dia kenakan membingkai tubuhnya yang tinggi dengan sangat pas dan menampilkan sosok yang luar biasa gagah."Sayang, kamu ...."Livy ingin memanggil Preston untuk makan bersama, tetapi pria itu justru berjalan mendekat dengan ekspresi dingin. Dia menatap Livy dari atas ke bawah dengan mata hitam pekat yang dipenuhi dengan kejengkelan. Dengan suara marah, dia bertanya, "Apa lagi yang kamu lakukan?""Hah?"Livy tidak mengerti maksudnya, tetapi sebelum dia bisa bertanya lebih lanjut, tangan besar pria itu sudah mencengkeram bahunya dengan kuat dan menyeretnya ke atas.Cengkeramannya begitu kasar, membuat Livy terpaksa terseret menaiki tangga dengan terburu-buru. Bahkan, karena langkahnya yang terlalu cepat, lututnya terbentur sudut tangga dengan keras.Namun, Preston tidak menunjukkan tanda-tanda ingin berhenti. Dia terus menyeret Livy hingga ke kamar, lalu mendorongnya ke sofa dengan kasar."Kamu begitu ingin

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status