Share

Bab 204

Penulis: Dania Zahra
Livy tertegun dan menatap Preston dengan bingung. Apakah Preston benar-benar yakin bahwa Livy telah mengganggu Sylvia siang tadi? Dia bahkan tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan, tapi Preston langsung saja menilainya bersalah.

Kata-kata yang ingin diucapkannya hanya mengendap di tenggorokannya, sampai akhirnya dia mengangguk pelan dan berkata dengan suara rendah, "Baik, aku mengerti."

Dia segera menyelesaikan makan malamnya dengan cepat. Namun bahkan setelah itu, Livy tidak merasa kenyang. Preston yang terbiasa tinggal di luar negeri, selalu memilih makanan barat. Namun bagi Livy, makanan seperti itu tidak terasa lezat dan tidak mengenyangkan.

Ketidaksesuaian itu mencerminkan hubungan mereka yang tidak sejalan sejak awal.

Setelah makan, Livy kembali ke kamarnya dan menyelesaikan data yang harus dia kirimkan kepada Sherly. Saat semua selesai, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Dia baru saja akan masuk ke kamar mandi untuk mandi ketika pintu kamarnya tiba-tiba terbuka.

"G
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 205

    Untuk sesaat, Livy merasakan hawa dingin yang luar biasa dari tubuh Preston. Tatapan mata hitamnya tampak lebih gelap dari malam. Udara di sekitar mereka terasa seperti dipenuhi oleh dinginnya ruangan es."Livy, kamu tahu nggak apa yang baruan kamu bilang?" Suara Preston terdengar rendah dan tajam.Livy belum sempat bereaksi, dia hanya menggenggam tangannya dengan gugup. "Aku hanya ... aku nggak bisa lari lagi. Olahraga itu harus bertahap, kamu nggak bisa langsung memaksakan ....""Livy!" Preston memotongnya dengan suara yang begitu dingin hingga menusuk. "Kaki Sylvia terluka karena aku. Aku sudah memperingatkanmu. Sepertinya, kamu benar-benar nggak bisa jaga ucapanmu!"Awalnya, dia berpikir Sylvia hanya salah paham ketika mengatakan Livy tidak menghargainya. Namun, sekarang Preston merasa itu benar-benar terjadi. Bagaimana mungkin Livy bisa mengatakan sesuatu yang begitu kejam?!Livy terdiam, tubuhnya kaku karena syok. Dia mencoba menjelaskan dengan terbata-bata, "Aku ... aku nggak be

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 206

    Livy sampai meragukan pendengarannya. Dengan ragu, dia bertanya sekali lagi, "Aku mengejar Erick ke kantor cabang?"Bagaimana mungkin hal seperti itu terjadi? Bagaimana bisa ada gosip yang begitu tidak masuk akal? Terlalu berlebihan!Ivana menghela napas pelan, lalu diam-diam mengeluarkan ponselnya. Di grup obrolan, terlihat sebuah foto yang sangat mencolok.Itu adalah foto Livy yang dipeluk dan dicium oleh Erick di kantor cabang tempat Erick bekerja. Di dalam grup, semua orang sibuk membicarakan gosip tentang mereka berdua.[ Aku tahu, dia Livy dari departemen sekretaris! Dulu saat Erick masih di kantor pusat, aku sering melihat mereka berdua bersama. ][ Aku juga tahu. Katanya Livy ini telah menolak Erick berkali-kali dan sok menjadi wanita suci. Tak disangka, setelah Erick pergi, dia malah mendekat kembali. ][ Hahaha! Mereka pasti sudah pacaran! Dulu Erick bilang, kalau dia jadian sama Livy, dia akan mengajukan pindah ke cabang. Soalnya itu adalah aturan perusahaan kita. ][ Akhirn

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 207

    "Livy, itu pasti Sylvia, 'kan? Katanya dia cinta pertama Pak Preston. Kamu sering antar dokumen untuk Pak Preston. Kamu pasti pernah lihat dia, 'kan?"Livy sebenarnya tidak ingin membahas topik itu, jadi dia cuma menjawab dengan tidak acuh, "Hm.""Kalau begitu ... dia istri Pak Preston ya?" Ivana mulai penasaran dan menebak-nebak, "Katanya sih Pak Preston sudah menikah, tapi istrinya sakit-sakitan, jadi nggak diumumin. Mungkin wanita ini orangnya."Sekarang belum, tetapi mungkin nanti, posisi istri Preston akan menjadi milik Sylvia."Aku kurang tahu." Livy tidak ingin membahas topik itu. Lagi pula, dia sebenarnya adalah salah satu pihak yang terlibat. Sekarang, dia adalah orang yang disebut sebagai istri Preston.Livy merasa semakin pusing. Dia buru-buru berjalan menuju meja resepsionis untuk mengambil dokumen. Saat berbalik, dia tidak sengaja menabrak sesuatu.Sebelum sempat melihat dengan jelas, tiba-tiba ada seseorang yang mendorongnya dengan kuat. Livy terjatuh keras ke lantai. Kar

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 208

    Livy berjalan dengan pincang mengikuti Preston ke ruangannya. Sylvia juga ingin masuk, tetapi dihentikan oleh Preston. "Sylvia, ini urusan pribadiku. Kamu tunggu di ruang tamu dulu."Sylvia menggigit bibirnya, merasa sangat tidak nyaman dengan kata-kata "urusan pribadi" yang diucapkan oleh Preston.Matanya segera melirik Livy dengan marah. Kemudian, dia tersenyum tipis dan berucap, "Oke, aku tunggu di luar. Preston, jangan terlalu marah. Bu Livy cantik dan punya daya tarik. Kamu nggak boleh kasar sama dia. Jangan sampai suatu hari nanti Bu Livy benaran pergi sama orang lain."Setelah itu, Sylvia menutup pintu dengan tatapan dingin. Dia segera pergi ke ruang tamu dan menelepon seseorang."Bu Sylvia?" Suara Annie terdengar gembira dan penuh kemenangan. "Kamu sudah terima hadiah yang kukirim, 'kan? Gimana? Aku pasti sangat membantumu, 'kan?""Itu cuma foto yang salah angle, apa yang pantas kamu banggakan?" Sylvia mendengus sinis. Annie termasuk bodoh, tetapi punya metode yang cukup bagus.

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 209

    "Ma ... maafkan aku ...."Livy merasa sangat tertekan, kesadarannya semakin kabur. Dalam keadaan bingung, dia mendengar suara langkah kaki pria di depannya. Preston masih terus menyalahkannya."Selain itu, Livy, kamu hampir menabrak Sylvia. Kakinya cedera, kamu tahu itu, 'kan? Malam tadi sakitnya kambuh lagi. Kalau kamu nggak suka dia, sebaiknya jauh-jauh dari dia. Jangan merusak pemandangan!"Jadi ... semua ini salahnya? Entah itu Erick atau Sylvia, Livy hanya melakukannya untuk pekerjaan. Kenapa tidak ada yang percaya padanya, malah selalu menganggap semuanya adalah salahnya?Perasaan pahit dan tertekan memenuhi hatinya. Livy merasa pandangannya gelap, lalu dia terjatuh begitu saja."Livy!"....David kembali meninggalkan wanita yang baru saja diajaknya berkenalan demi mengobati Livy. Dia tidak bisa menahan diri untuk melirik Preston yang ada di sampingnya. "Aku boleh tanya sesuatu nggak?"Preston tampak kesal. "Langsung ke intinya. Jangan bertele-tele!""Kamu menganggap Kak Livy seb

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 210

    Preston langsung menendang David. "Pergi sana!"David buru-buru berdiri dan berkata, "Kak Livy nggak apa-apa, jadi kamu nggak usah khawatir. Nanti kamu kompres pergelangan kakinya. Aku akan kirim videonya, lebih baik kamu pijat sedikit."Preston melirik dengan dingin. "Kamu mau aku yang pijat?""Bisa saja aku yang pijat, tapi kamu tahu pijatan seperti ini pasti butuh bersentuhan, 'kan? Ehem, ehem ... aku cuma khawatir kamu cemburu." David tertawa santai dan segera mengirimkan video.Saat berjalan ke pintu, David berhenti sejenak. "Sebenarnya, Kak Sylvia punya perasaan padamu.""Aku cuma menganggapnya sebagai adik." Preston tidak pernah berpikir hubungannya dengan Sylvia bisa berkembang menjadi sesuatu yang lain.....Livy terbangun dan merasakan sesuatu yang hangat di pergelangan kakinya. Dia terkejut dan segera menoleh.Alhasil, Livy melihat Preston yang duduk di samping ranjang dengan wajah yang suram. Jari-jarinya yang panjang sedang memijat pergelangan kakinya dengan tekanan yang

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 211

    Namun, ekspresi Preston tetap terlihat datar. Ditambah dengan nada canggung dan tegang, Preston memberi kesan seolah-olah dia sedang marah pada Livy.Livy tidak bisa menahan diri. Air matanya semakin deras. "Maaf, aku ... aku cuma nggak tahan lagi."Penampilannya yang sangat tertekan dan menyedihkan ini membuatnya terlihat seperti anak kucing yang terluka. Preston terdengar tidak berdaya. "Livy, apa kamu cuma bisa bilang maaf?""Aku juga bisa menangis kok," balas Livy langsung tanpa sadar. Begitu ucapan ini keluar, dia terdiam dan buru-buru memalingkan wajahnya.Namun, saat berikutnya, terdengar tawa rendah Preston. "Ya, aku bisa lihat."Suara tangisan yang lembut itu seolah-olah mengungkapkan ketidakpuasan. Tidak ada kekuatan, justru terdengar agak manja.Livy merasa telinganya memanas. Dia perlahan-lahan menelan obatnya dan berjanji, "Pokoknya aku nggak akan merepotkanmu lagi. Ke depannya, aku akan olahraga untuk memperkuat tubuhku.""Mm." Preston menjawab singkat sambil memijat kaki

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 212

    "Nggak kok," bantah Livy secara spontan."Kalau begitu, tenang saja. Aku nggak ingin kakimu cedera lagi. Lagi pula, ada banyak hal yang perlu kamu kerjakan di kantor. Kalau kamu cedera, aku akan kesulitan."Suara Preston terdengar sangat rendah dan tenang. Hanya matanya yang terfokus pada dada Livy yang agak terbuka. Tanpa disadarinya, tatapannya menjadi lebih suram.Livy menghela napas, terus-menerus mencoba meyakinkan diri sendiri. Lagi pula, mereka sudah melakukan semuanya, jadi tidak perlu merasa malu.Kemeja Livy sudah dilepaskan oleh Preston, hanya tersisa bra berwarna krem. Meskipun Livy terus menenangkan diri di dalam hati, wajahnya tetap saja memerah.Tiba-tiba, ponsel Preston berdering. Itu panggilan dari Sylvia. Alis Preston agak berkerut, tetapi dia segera menjawab panggilan itu.Karena mereka terlalu dekat, Livy bisa mendengar suara Sylvia dari telepon. "Preston, kamu sudah janji mau makan malam bersama, 'kan?"Preston melirik Livy sejenak. Begitu Livy melihat tatapan itu,

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 430

    Astaga, situasi macam apa ini?Telinga Livy terasa panas membara. Tanpa bisa dikendalikan, pikirannya mulai dipenuhi gambaran-gambaran yang tidak senonoh.Akhirnya, dia memutuskan untuk tidak membalas pesan mesum dari Preston. Dia mengalihkan perhatiannya kembali ke pekerjaan dan mulai mencari informasi tentang Mathias.Informasi tentang pria itu cukup terbatas di internet. Katanya, dia adalah pria paruh baya yang merintis usahanya dari nol dan dikenal memiliki cara bicara yang baik.Namun, ada juga beberapa rumor negatif yang menyebutkan bahwa selama bertahun-tahun, dia diam-diam berselingkuh dari istrinya dan memiliki banyak wanita di luar.Livy tidak tahu mana yang benar dan mana yang tidak. Yang bisa dilakukan hanya mempersiapkan diri, mempelajari berbagai hal tentang musik, catur, kaligrafi, dan lukisan.Meskipun dia tahu usahanya mungkin tidak terlalu berpengaruh, setidaknya itu lebih baik daripada tidak mempersiapkan apa pun.Setelah sibuk sepanjang sore, Livy akhirnya tiba di r

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 429

    "Livy, ke mana saja tadi? Kenapa lama sekali tanpa bilang apa-apa ke kami? Jangan-jangan kamu malas-malasan?"Pria paruh baya itu berdiri dengan perut buncitnya. Meskipun gemuk, dia tetap berusaha memakai jas seperti orang lain. Namun, penampilannya malah seperti agen asuransi yang sedang mengalami krisis paruh baya.Livy mengerutkan keningnya sedikit dan menjelaskan, "Pak Preston mencariku, ada beberapa hal yang harus disampaikan.""Oh, ternyata Pak Preston ...." Umay menyipitkan matanya, tampak sedikit mengejek. "Ya, wajar saja Pak Preston masih memperhatikanmu. Bagaimanapun, dulu kamu bekerja di bawahnya.""Tapi, aku harap wanita sepertimu nggak langsung berpikir macam-macam hanya karena seorang pria bersikap baik sedikit kepadamu. Ingat, Pak Preston sudah punya istri. Lebih baik kamu realistis saja dan pertimbangkan untuk ....""Kak Umay, sebenarnya ada urusan apa mencariku?" Melihat pria menyebalkan di depan berbicara semakin tidak sopan, Livy buru-buru memotong ucapannya."Nggak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 428

    Livy tertegun. Preston ... apa maksudnya?Preston kembali berkata, "Dia cuma keponakanku, sedangkan kamu adalah istriku."Oh, jadi begitu. Livy mengerti sekarang. Bagi Preston, statusnya sebagai istri memang sedikit lebih tinggi daripada status seorang keponakan. Namun, hanya sebatas itu. Hanya karena saat ini, dia masih menjadi istri Preston."Lebih baik nggak usah," ujar Livy setelah berpikir sejenak. "Aku juga jarang punya waktu untuk memakai tas seperti ini. Kalau cuma disimpan di rumah, rasanya akan terbuang sia-sia.""Biarkan saja terbuang sia-sia," kata Preston dengan tidak acuh. Baginya, uang seperti ini hanyalah jumlah kecil. Jika istrinya menyukai sesuatu, dia akan membelinya tanpa peduli apakah benda itu akan terpakai atau tidak."Tapi ...." Livy masih ingin berkata sesuatu, tetapi Preston sudah menariknya ke dalam pelukan."Aku memberikan hadiah untuk istriku, tapi kamu malah menolaknya berulang kali? Kamu pikir aku miskin sampai nggak sanggup membelikanmu sesuatu sekecil i

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 427

    "Mana mungkin!" Livy buru-buru melambaikan tangannya. "Di departemen sekretaris masih ada banyak senior. Kamu juga termasuk salah satu senior buatku. Jangan bicara seperti itu.""Ya, ya, aku paham." Ivana buru-buru menutup mulutnya, lalu melanjutkan, "Aku serius kali ini. Pak Preston mencarimu, dia suruh kamu ke atas.""Kenapa kamu yang mencariku?" Livy sedikit terkejut. Biasanya kalau ada urusan seperti ini, Bendy yang datang menemuinya.Ivana menjawab, "Sepertinya Pak Bendy ada urusan mendadak. Dia cuma sempat mampir sebentar ke departemen sekretaris untuk menyampaikan pesan. Sudahlah, Livy, cepat naik ke atas. Siapa tahu Pak Preston berubah pikiran dan mau memindahkanmu kembali ke departemen sekretaris!"Tidak mungkin, 'kan? Semalam Preston sudah mengatakan bahwa dia tidak akan memindahkannya kembali sebelum misinya selesai.Dengan penuh rasa penasaran, Livy segera mengetuk pintu kantor Preston."Masuk."Saat mendorong pintu, Livy melihat Preston sedang tidak bekerja. Pria itu memeg

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 426

    "Hah?" Livy sempat mengira dirinya salah dengar. Namun, saat melihat Preston menunggu dengan ekspresi seperti ingin dilayani, dia yakin bahwa dirinya tidak salah dengar.Membantu dia mandi? Dia menatap laki-laki di hadapannya dengan mata membelalak.Sebagian besar pakaiannya sudah terlepas, memperlihatkan tubuh ramping dengan garis otot yang tegas. Di bawah cahaya lampu, sosok itu terlihat begitu mencolok hingga membuat jantungnya berdebar.Ditambah lagi dengan wajah Preston yang dingin, tegas, dan sempurna, semuanya memberikan dampak visual yang sangat kuat.Sejak kejadian itu, sebenarnya sudah beberapa hari berlalu sejak terakhir kali mereka melakukannya. Seorang wanita ... juga memiliki kebutuhannya sendiri.Livy berdeham, mencoba menahan rasa malu yang merayap di hatinya. Dia terus mengingatkan diri sendiri bahwa dia masih membutuhkan bantuan pria ini.Sambil menggigit bibirnya, dia mulai membuka kancing kemeja Preston. Sesudah itu, dia bergerak turun ke celana. Ketika tiba giliran

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 425

    Preston masih punya sedikit kendali atas dirinya sendiri. Lagi pula, setelah 2 hari berturut-turut, tubuh Livy pasti masih butuh waktu untuk beristirahat dengan baik."Kalau begitu ... 6 juta?" Dengan berat hati, Livy menambahkan 2 juta lagi. Wajahnya pun terlihat tegang. "Benaran nggak bisa lebih lagi? Bonusku sedikit banget."Terakhir kali, dia hanya mendapat 1 juta. Itu bahkan tidak cukup untuk membayar satu hidangan Preston."Beberapa hari lagi, bagian keuangan akan mentransfer sisa bonusmu yang sebelumnya. Jadi, kamu nggak bakal sampai kekurangan uang. Lagi pula, bukannya aku sudah kasih kamu kartu? Punya uang tapi nggak dipakai. Kamu bodoh ya?" Nada suara Preston terdengar agak pasrah.Bonus sebelumnya? Livy kaget dan baru teringat. Dia buru-buru bertanya, "Masalah dengan Sherly itu ulahmu ya?"Meskipun kemungkinan besar jawabannya adalah iya, dia tetap ingin memastikan. "Hmm, aku menyuruh Bendy menyelidikinya.""Bonusmu ternyata disalahgunakan oleh Sherly, jadi aku meminta bagia

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 424

    Jantung Livy seakan-akan berhenti berdetak sejenak. Dia awalnya hanya ingin bertingkah manja untuk mencari jalan pintas, tetapi Preston malah menanggapinya dengan serius.Setelah tertegun sesaat, Livy tiba-tiba merasa dirinya seperti seorang badut. Benar juga, mereka ini pasangan suami istri macam apa?Mereka bukanlah pasangan dalam arti yang sesungguhnya. Jadi, Preston sama sekali tidak punya kewajiban untuk berbagi rahasia bisnis dengannya. Bisa jadi, dia justru sedang menjaga jarak dan tidak ingin berbagi dengannya."Kenapa diam?" Melihat Livy termenung, Preston semakin kesal dan kembali bertanya, "Apa kamu punya sedikit perasaan untukku?""Kenapa nggak? Tentu saja punya." Livy tidak mengerti kenapa pria ini tiba-tiba marah. Tadi, dia sempat mengira Preston tersinggung karena dirinya terlalu percaya diri, tetapi sekarang kenapa justru bertanya soal perasaan?Apakah dia ingin Livy membujuknya? Livy tidak yakin. Atau Preston sedang menguji perasaannya yang sebenarnya?Pada akhirnya, L

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 423

    Tadi dia ... sudahlah.Preston berdeham pelan, lalu sedikit mengubah topik pembicaraan. "Soal barbeku itu, akhir pekan ini kamu bawa aku ke sana.""Hah?" Livy tampak terkejut dan buru-buru mengingatkan, "Tempat itu cukup terpencil dan semua mejanya di luar ruangan. Aku takut kamu bakal kurang nyaman makan di sana.""Kamu bisa makan, kenapa aku nggak bisa?" balas Preston dengan santai."Baiklah."Lagi pula, Preston yang minta sendiri. Jangan sampai nanti setelah diajak, dia malah menunjukkan ekspresi tidak senang. Itu pasti akan membuat Livy kesal.Sambil menuangkan segelas air lagi untuk dirinya sendiri, Livy menyadari tatapan yang dilayangkan Preston kepadanya. Dengan sigap, dia juga menuangkan segelas air untuk pria itu.Preston menerima air putih yang diberikan Livy, lalu tiba-tiba berkata, "Aku dengar kamu berhasil mengamankan kerja sama ini hanya dalam 5 hari.""Mm ... sebenarnya masih banyak yang belum aku pahami, jadi butuh waktu cukup lama. Tapi, ya sudahlah, setidaknya ini lan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 422

    Ryan berbicara dengan pelan, tetapi kata-katanya mengandung makna menyindir jika didengar dengan lebih saksama. Namun, kata-kata itu juga terdengar sedang mengeluh. Ryan sedang mengeluh padanya?Namun, begitu pemikiran itu muncul, Livy langsung menepis pemikiran itu dan berpikir itu pasti hanya sekadar mengeluh biasa saja. Ryan bisa mengajak seseorang dengan mudah, tetapi dia malah menolak undangannya tiga kali. Oleh karena itu, wajar saja jika Ryan mengeluh."Maaf, aku benar-benar agak sibuk," jelas Livy dengan suara pelan."Nggak masalah, aku sudah memaafkanmu," kata Ryan sambil tersenyum dan tatapannya terlihat santai, seolah-olah bisa menarik perhatian siapa pun yang melihatnya."Selesai!"Setelah mengambil beberapa foto lagi, Hesti segera mengembalikan ponselnya pada Ryan dan berkata dengan semangat, "Tuan Ryan, kamu dan Livy benar-benar terlihat sangat serasi, aku sampai nggak tahan untuk mengambil beberapa foto lagi.""Nggak masalah, terima kasih," kata Ryan sambil kembali menge

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status