Share

Bab 208

Penulis: Dania Zahra
Livy berjalan dengan pincang mengikuti Preston ke ruangannya. Sylvia juga ingin masuk, tetapi dihentikan oleh Preston. "Sylvia, ini urusan pribadiku. Kamu tunggu di ruang tamu dulu."

Sylvia menggigit bibirnya, merasa sangat tidak nyaman dengan kata-kata "urusan pribadi" yang diucapkan oleh Preston.

Matanya segera melirik Livy dengan marah. Kemudian, dia tersenyum tipis dan berucap, "Oke, aku tunggu di luar. Preston, jangan terlalu marah. Bu Livy cantik dan punya daya tarik. Kamu nggak boleh kasar sama dia. Jangan sampai suatu hari nanti Bu Livy benaran pergi sama orang lain."

Setelah itu, Sylvia menutup pintu dengan tatapan dingin. Dia segera pergi ke ruang tamu dan menelepon seseorang.

"Bu Sylvia?" Suara Annie terdengar gembira dan penuh kemenangan. "Kamu sudah terima hadiah yang kukirim, 'kan? Gimana? Aku pasti sangat membantumu, 'kan?"

"Itu cuma foto yang salah angle, apa yang pantas kamu banggakan?" Sylvia mendengus sinis. Annie termasuk bodoh, tetapi punya metode yang cukup bagus.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 209

    "Ma ... maafkan aku ...."Livy merasa sangat tertekan, kesadarannya semakin kabur. Dalam keadaan bingung, dia mendengar suara langkah kaki pria di depannya. Preston masih terus menyalahkannya."Selain itu, Livy, kamu hampir menabrak Sylvia. Kakinya cedera, kamu tahu itu, 'kan? Malam tadi sakitnya kambuh lagi. Kalau kamu nggak suka dia, sebaiknya jauh-jauh dari dia. Jangan merusak pemandangan!"Jadi ... semua ini salahnya? Entah itu Erick atau Sylvia, Livy hanya melakukannya untuk pekerjaan. Kenapa tidak ada yang percaya padanya, malah selalu menganggap semuanya adalah salahnya?Perasaan pahit dan tertekan memenuhi hatinya. Livy merasa pandangannya gelap, lalu dia terjatuh begitu saja."Livy!"....David kembali meninggalkan wanita yang baru saja diajaknya berkenalan demi mengobati Livy. Dia tidak bisa menahan diri untuk melirik Preston yang ada di sampingnya. "Aku boleh tanya sesuatu nggak?"Preston tampak kesal. "Langsung ke intinya. Jangan bertele-tele!""Kamu menganggap Kak Livy seb

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 210

    Preston langsung menendang David. "Pergi sana!"David buru-buru berdiri dan berkata, "Kak Livy nggak apa-apa, jadi kamu nggak usah khawatir. Nanti kamu kompres pergelangan kakinya. Aku akan kirim videonya, lebih baik kamu pijat sedikit."Preston melirik dengan dingin. "Kamu mau aku yang pijat?""Bisa saja aku yang pijat, tapi kamu tahu pijatan seperti ini pasti butuh bersentuhan, 'kan? Ehem, ehem ... aku cuma khawatir kamu cemburu." David tertawa santai dan segera mengirimkan video.Saat berjalan ke pintu, David berhenti sejenak. "Sebenarnya, Kak Sylvia punya perasaan padamu.""Aku cuma menganggapnya sebagai adik." Preston tidak pernah berpikir hubungannya dengan Sylvia bisa berkembang menjadi sesuatu yang lain.....Livy terbangun dan merasakan sesuatu yang hangat di pergelangan kakinya. Dia terkejut dan segera menoleh.Alhasil, Livy melihat Preston yang duduk di samping ranjang dengan wajah yang suram. Jari-jarinya yang panjang sedang memijat pergelangan kakinya dengan tekanan yang

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 211

    Namun, ekspresi Preston tetap terlihat datar. Ditambah dengan nada canggung dan tegang, Preston memberi kesan seolah-olah dia sedang marah pada Livy.Livy tidak bisa menahan diri. Air matanya semakin deras. "Maaf, aku ... aku cuma nggak tahan lagi."Penampilannya yang sangat tertekan dan menyedihkan ini membuatnya terlihat seperti anak kucing yang terluka. Preston terdengar tidak berdaya. "Livy, apa kamu cuma bisa bilang maaf?""Aku juga bisa menangis kok," balas Livy langsung tanpa sadar. Begitu ucapan ini keluar, dia terdiam dan buru-buru memalingkan wajahnya.Namun, saat berikutnya, terdengar tawa rendah Preston. "Ya, aku bisa lihat."Suara tangisan yang lembut itu seolah-olah mengungkapkan ketidakpuasan. Tidak ada kekuatan, justru terdengar agak manja.Livy merasa telinganya memanas. Dia perlahan-lahan menelan obatnya dan berjanji, "Pokoknya aku nggak akan merepotkanmu lagi. Ke depannya, aku akan olahraga untuk memperkuat tubuhku.""Mm." Preston menjawab singkat sambil memijat kaki

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 212

    "Nggak kok," bantah Livy secara spontan."Kalau begitu, tenang saja. Aku nggak ingin kakimu cedera lagi. Lagi pula, ada banyak hal yang perlu kamu kerjakan di kantor. Kalau kamu cedera, aku akan kesulitan."Suara Preston terdengar sangat rendah dan tenang. Hanya matanya yang terfokus pada dada Livy yang agak terbuka. Tanpa disadarinya, tatapannya menjadi lebih suram.Livy menghela napas, terus-menerus mencoba meyakinkan diri sendiri. Lagi pula, mereka sudah melakukan semuanya, jadi tidak perlu merasa malu.Kemeja Livy sudah dilepaskan oleh Preston, hanya tersisa bra berwarna krem. Meskipun Livy terus menenangkan diri di dalam hati, wajahnya tetap saja memerah.Tiba-tiba, ponsel Preston berdering. Itu panggilan dari Sylvia. Alis Preston agak berkerut, tetapi dia segera menjawab panggilan itu.Karena mereka terlalu dekat, Livy bisa mendengar suara Sylvia dari telepon. "Preston, kamu sudah janji mau makan malam bersama, 'kan?"Preston melirik Livy sejenak. Begitu Livy melihat tatapan itu,

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 213

    Livy mencari sebuah bangku kecil, lalu duduk dan menjawab panggilan. Dia menyalakan pengeras suara."Kamu serius? Sudah ada begitu banyak kejadian dalam waktu yang begitu singkat? Livy, kamu masih nggak sadar juga ya? Sylvia itu cuma cari perhatian. Dia ingin merebut Preston darimu!"Livy sungguh gusar, tertekan, dan bingung. Jadi, dia mulai bercerita tentang semua hal yang terjadi belakangan ini.Charlene adalah sahabat terbaiknya. Livy ingin mencari orang untuk mengungkapkan unek-uneknya."Tenang sedikit, sebenarnya mereka memang pasangan dari dulu. Kalau bukan karena Sylvia kecelakaan dan kakinya cedera ....""Dia cedera karena Preston, itu 'kan bukan salahmu!" Charlene merasa tidak berdaya melihat Livy.Livy memang baik, tetapi hatinya terlalu lembut. Ditambah lagi masalah hubungan, dulu dia hanya fokus pada Stanley dan akhirnya dibohongi oleh pria berengsek itu. Sampai sekarang, dia masih seperti gadis bodoh."Kalau bukan wanita murahan, Sylvia pasti nggak akan datang begitu saja

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 214

    Livy memandang ke arah pintu. Sylvia berada di sana. Seperti biasanya, penampilannya tetap anggun."Lisa, aku boleh lihat dasi itu?" Ekspresi staf yang berdiri di sebelah Livy langsung berubah. Dia buru-buru menyerahkan dasi yang belum dibungkus itu dengan hati-hati."Bu Sylvia, kenapa nggak kabari kami dulu sebelum datang? Lihat dasi ini, model dan bahannya sangat bagus. Ini edisi terbatas lho."Sylvia meraba dasi itu. Dengan santai, dia mengeluarkan kartu dan mengabaikan Livy yang berada di sampingnya. Sambil tersenyum, dia berkata, "Aku beli dasi ini, Preston pasti suka."Livy tentu terkejut. Apa wanita ini tidak melihatnya? Itu tidak mungkin. Kekesalan mulai muncul di hati Livy. Dia memperingatkan, "Bu Sylvia, aku yang melihat dasi itu duluan."Sylvia seolah-olah baru menyadari keberadaan Livy. Dia terkejut dan berkata, "Oh, maafkan aku, Bu Livy. Aku nggak sadar kamu ada di sini."Bagaimana mungkin Sylvia tidak melihatnya? Livy sudah berdiri cukup lama di sini. Livy sebenarnya tida

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 215

    Setelah itu, Livy sengaja melirik dasi itu dan menambahkan dengan tenang, "Jadi, aku berikan dasi itu untukmu saja."Kemudian, Livy langsung pergi. Setelah berkeliling sebentar di lantai bawah, Livy semakin merasa bahwa dia tidak bisa masuk ke dunia Preston. Ini karena dia melihat sebuah handuk yang harganya setara dengan gajinya.Ini adalah pusat perbelanjaan paling mewah di kota ini. Tanpa uang miliaran, seseorang hanya akan merasa malu untuk datang belanja.Awalnya, Livy berniat menggunakan kartu Preston untuk membeli barang apa pun tanpa melihat harganya. Namun, yang dikatakan Sylvia tadi ada benarnya juga.Bagaimanapun, Livy sudah tinggal dan makan gratis di tempat Preston selama ini. Dia juga belajar banyak hal. Sudah seharusnya dia memberi Preston hadiah. Namun, dia hanya bisa membeli barang dengan harga yang terjangkau.Livy menghela napas, lalu menuju mal yang lebih terjangkau. Setelah berkeliling, dia memutuskan untuk membeli dasi seharga jutaan.Entah Preston akan keberatan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 216

    Livy memalingkan wajahnya dengan agak canggung. Dia merasa hadiahnya seperti bom waktu. Dia tidak tahu harus bagaimana memberikannya kepada Preston."Ini ... hadiah untukmu."Preston termangu sejenak. Tebersit keterkejutan pada tatapannya. Kemudian, dia bertanya untuk memastikan, "Untukku?"Sudah beberapa hari berlalu sejak Preston memberi Livy kartu banknya itu. Dia sempat berpikir Livy sudah melupakan tugasnya dan merasa kesal. Siapa sangka, Livy masih mengingatnya."Ya." Livy menyerahkannya secara langsung. Kemudian, dia menjelaskan, "Aku nggak pakai uangmu, ini kubeli pakai gajiku. Harganya nggak mahal. Kalau kamu nggak suka, nggak apa-apa. Aku ...."Sebelum Livy selesai berbicara, kantong belanjaan di tangannya sudah direbut oleh Preston.Alis Preston tidak berkerut lagi, tetapi wajahnya masih dingin seperti biasa. Namun, Livy bisa merasakan bahwa suasana hatinya agak membaik."Aku nggak keberatan kok." Preston membuka kotak hadiah itu dan melihat sebuah dasi hitam. Jika dibanding

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 270

    Preston memanggilnya? Apa dia tidak puas dengan dokumen kemarin? Livy merasa agak tertekan.Kenapa harus dikumpulkan kemarin malam, sementara Preston jelas-jelas tidak berniat untuk memeriksa dokumen itu kemarin malam? Bukankah dia baru memeriksanya pagi ini? Preston malah memintanya untuk lembur.Karena Preston adalah bos yang menggajinya, Livy hanya bisa menahan kekesalannya dan segera mengiakan. Kemudian, dia masuk ke lift dengan terburu-buru.Setibanya di depan ruangan Preston, sebelum masuk, Livy sudah mendengar suara pertengkaran dari dalam. "Preston, apa maksudmu?"Suara itu tidak asing bagi Livy, itu adalah suara Bahran."Kamu ingin menindasku ya! Kamu tahu berapa kerugian yang akan kutanggung karena kamu menahan dua drama besar ini? Jangan kira karena Ayah mendukungmu, kamu bisa bertindak semaunya! Kamu cuma anak haram!"Kemudian, terdengar suara Preston yang dingin. "Aku melakukannya demi Keluarga Sandiaga. Setelah kedua drama itu tayang, kamu pikir kamu dan dua aktris itu ma

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 269

    Xavier mengerutkan alisnya dan menggoda dengan nada santai, "Sylvia, kamu 'kan adikku, kenapa terus membela Preston? Kemari, duduk di sampingku.""Kak, masa kamu cemburu sama Preston?" Sylvia terkekeh-kekeh.Xavier tidak melanjutkan pembicaraan. Saat hampir selesai, Xavier dan Preston pergi membayar tagihan."Preston, saat kamu menikah, aku di luar negeri dan belum sempat mengucapkan selamat." Wajah Xavier tampak tulus.Meskipun belum pernah bertemu dengan wanita itu, Xavier yakin wanita itu tidak buruk. Lagi pula, sahabatnya yang sudah lama menjomblo ini tiba-tiba memutuskan untuk menikah."Nggak apa-apa," sahut Preston. Mengenai masalah pernikahan kontrak, dia tidak ingin terlalu banyak orang tahu. Kalau sampai terdengar oleh Tristan, pasti sulit untuk menghadapinya."Ada sesuatu yang harus kutanyakan." Xavier berbicara lagi, tetapi kali ini terdengar ragu. "Apa perasaanmu terhadap Sylvia?"Preston menjawab tanpa ragu, "Sylvia telah berjasa padaku. Aku sangat berterima kasih atas apa

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 268

    Tingkah laku Sylvia yang seperti istri sah ini membuat Livy agak bingung. Apa salahnya dia mencari Preston di malam hari? Di waktu seperti ini, seharusnya suaminya berada di sisinya, 'kan?Meskipun Preston mencintai Sylvia, Livy tetap adalah istri sah Preston. Sikap Sylvia ini sepertinya agak berlebihan.Selain itu, jika mereka memang ingin bersama dengan terang-terangan, Sylvia bisa saja menyuruh Preston membatalkan pernikahannya dengan Livy. Dengan demikian, bukankah hubungan mereka bisa sah? Kenapa harus berbelit-belit begini?Melihat data yang jelas-jelas salah di depannya, Livy tidak ingin berpikir terlalu banyak. Dia mencoba menenangkan emosinya dan segera berkata, "Aku ingin mengonfirmasi data dengan Pak Preston.""Preston, Bu Livy bilang ada urusan pekerjaan denganmu." Suara Sylvia terdengar agak menjauh.Kemudian, Livy mendengar suara kartu yang sedang dimainkan dengan jelas. Livy merasa dirinya benar-benar seperti badut.Preston sedang bersenang-senang dengan wanita cantik, s

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 267

    Jadi, Livy langsung menelepon Tina. "Bi, malam ini aku akan tinggal di kantor. Aku nggak pulang.""Kenapa begitu?" Tina terdengar sangat cemas. "Aduh, meskipun perusahaan milik keluarga, kamu nggak boleh kelelahan. Nanti malah sakit.""Nggak masalah, Bi. Akhir-akhir ini aku merasa tubuhku sangat baik, nggak apa-apa." Livy menenangkan Tina.Segera, Livy kembali memeriksa angka-angka di depannya. Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu. Livy menoleh, melihat Bendy berdiri di depan pintu.Suaranya agak canggung. "Bu Livy, kamu masih belum pulang?""Ya, masih ada kerjaan yang belum selesai," sahut Livy."Kalau begitu ...." Bendy menghela napas, lalu maju dan menyerahkan sebuah dokumen kepada Livy. "Dokumen ini cukup mendesak. Awalnya Pak Preston mau minta Bu Sherly untuk mengaturnya, tapi Bu Sherly bilang kamu masih di kantor. Jadi, Pak Preston menyarankan agar kamu yang mengerjakannya saja."Preston .... Apa dia merasa pekerjaannya masih belum cukup banyak? Pikiran Livy yang tadinya suda

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 266

    Tidak peduli apa yang dipikirkan Preston, Livy sangat membutuhkan pekerjaan ini. Selain itu, dia sudah menghabiskan masa mudanya di Grup Sandiaga dan merasa punya hubungan istimewa dengan tempat ini. Semua bukan semata-mata demi Preston.Livy memaksakan senyuman kepada Sherly dan berkata, "Aku paham. Terima kasih banyak atas bantuannya, Bu.""Nggak masalah, kita satu departemen. Semoga kita bisa saling membantu ke depannya." Sherly tersenyum datar dan memberi peringatan, "Tapi, aku tetap harus mengatakan satu hal. Sepertinya kamu telah membuat Preston marah. Kalau ada waktu, coba cari kerjaan di tempat lain.""Grup Sandiaga memang bagus. Tapi, kalau kamu nggak bisa bertahan di sini, setidaknya siapkan jalan mundur untuk diri sendiri.""Baik, terima kasih atas nasihatnya, Bu." Wajah Livy semakin pucat. Dia tahu betul betapa besarnya kekuasaan Preston. Jika benar-benar dipecat, Livy merasa dia tidak akan bisa bertahan di ibu kota."Livy, ada apa? Kenapa tiba-tiba Pak Preston ...." Ivana

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 265

    Ciuman kasar Preston bergerak turun dari bibir Livy yang memucat hingga ke bawah .... Ketika tangan besarnya mencengkeram pinggang Livy dengan keras hingga membuatnya mengerang pelan karena rasa sakit, Livy refleks mencoba mendorong Preston menjauh."Jangan ...," ucapnya pelan, terdengar hampir seperti sebuah permohonan.Masih ingin menjaga diri untuk Stanley?Preston tertawa dingin, lalu melepaskannya seketika. Sorot matanya penuh penghinaan dan amarah. Dalam sekejap, semua hasrat di dirinya lenyap."Jangan pernah mikir soal perceraian, Livy. Kamu seharusnya tahu apa akibatnya kalau kamu berani melawanku!"Brak!Pintu kamar ditutup dengan keras, meninggalkan Livy yang memeluk tubuhnya sendiri penuh dengan luka dan bekas rasa sakit. Air mata mengalir deras, membasahi wajahnya yang terlihat begitu terpukul.Keesokan paginya, saat Livy turun ke ruang makan, Preston tidak terlihat di mana pun.Tina meliriknya beberapa kali seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi ragu-ragu. Akhirnya, dia h

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 264

    Namun, bahkan dalam keadaan seperti ini, Preston yang dibutakan oleh rasa cemburu tetap tidak melepaskan Livy. Dengan satu tangan, dia menarik Livy ke tempat tidur."Jadi, Livy, apa sebenarnya yang membuatmu terus memikirkan Stanley? Apa menikah denganku hanya keputusan yang kamu ambil dengan impulsif?"Preston tahu betul bahwa pernikahan mereka adalah sesuatu yang terburu-buru, dimulai dari sebuah kontrak. Namun, mendengar ucapan Stanley tentang masa lalu manis mereka, Preston tidak bisa mengendalikan kekacauan emosi yang bergejolak di dalam dirinya.Kekesalan.Kemarahan.Kekecewaan.Ketidakpuasan.Semua itu menumpuk menjadi satu, membuatnya kehilangan seluruh logika. Yang ada di pikirannya hanyalah memastikan Livy benar-benar menjadi miliknya sepenuhnya!Sementara itu, Livy yang sudah terlalu lelah menghadapi tuduhan dan fitnah, merasa emosinya meledak hingga tak tertahankan lagi.Matanya memerah, air mata mengalir tanpa henti dari sudut matanya, dan hidungnya ikut memerah. Dia terli

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 263

    Tatapan Preston semakin dalam dan dingin. Ekspresi Livy yang terlihat begitu tersakiti dan tulus, seolah-olah semua ini hanyalah fitnah yang dilontarkan oleh orang lain, membuatnya terlihat sangat meyakinkan.Namun, fakta-fakta yang ada di hadapannya. Baik soal Erick dan Nicky, maupun Stanley, membuat Preston tidak bisa sepenuhnya percaya.Livy tidak bisa disebut sebagai istri yang patuh dan setia. Entah semua ini memang murni kesalahpahaman, atau dia sebenarnya pandai menyembunyikan sisi buruknya.Saat Preston mengingat setiap kali Livy berpura-pura tidak mengenali Stanley, rasa percaya dirinya semakin menguat bahwa Livy sengaja menyembunyikan hubungan mereka. Karena perasaan bersalah, dia terus menutupi kenyataan!"Pak Stanley." Suara dingin Preston tiba-tiba terdengar, membuat Stanley yang mengira masalah sudah selesai langsung menggigil ketakutan."Pa-Paman Preston, silakan bicara ...."Nada Preston terdengar datar, tetapi mengandung ancaman yang menusuk."Chloe baru saja mengalami

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 262

    Livy sama sekali tidak menyangka Stanley bisa sehina itu.Livy bahkan masih berpikir untuk mencari cara menjelaskan hubungannya dengan Stanley, tetapi apa yang didengarnya membuat darahnya mendidih. Dengan panik, Livy berteriak, "Stanley, jangan mengada-ada!""Aku nggak mengada-ada!" Stanley kini sudah kehilangan akal sehat. Satu-satunya cara untuk melindungi dirinya adalah dengan menjatuhkan Livy.Meski dia muak dengan Chloe yang sibuk mencari pria model dan selalu bersikap seperti putri, Stanley mengingat bagaimana Livy dulu begitu lembut, perhatian, dan selalu ada untuknya. Jelas, Livy jauh lebih baik dibanding Chloe dalam banyak hal.Namun, Livy tidak memiliki status sosial seperti Chloe. Selain itu, Chloe punya hubungan dengan Keluarga Sandiaga. Jika dia sampai merusak hubungan ini, bisnis keluarganya yang kecil itu pasti akan hancur total.Setelah mempertimbangkan semuanya, Stanley memutuskan untuk terus menyalahkan Livy."Paman Preston, aku dan Livy memang pernah berpacaran. Kam

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status