Share

Bab 195

Penulis: Dania Zahra
Preston tidak ingin Livy terus-terusan sakit. Tidak masalah jika dia hanya merepotkan David, tapi Preston juga jadi ikut mencemaskannya. Perasaan ini sangat tidak nyaman baginya.

Dia menambahkan dengan nada tegas, "Mulai sekarang, setiap Senin, Rabu, dan Jumat, usahakan pulang tepat waktu. Jam sembilan malam, aku bawa kamu untuk jogging malam. Latih tubuhmu."

Livy langsung lemas. Wajahnya jadi muram, bahkan tangannya yang sedang memegang sendok terasa kehilangan tenaga. "Aku ... aku nggak terlalu pandai lari. Aku lambat sekali," katanya pelan.

Dengan segala kesibukan yang membuatnya lelah, kini dia harus memikirkan jogging malam? Ini seperti hukuman mati baginya.

"Kalau lambat, ya lari pelan-pelan. Aku nggak suruh kamu ikut lomba," jawab Preston yang telah memutuskan semuanya tanpa memberi ruang bagi Livy untuk membantah.

Wajah Livy semakin masam. Namun, dia melampiaskan rasa frustrasinya dengan makan lebih banyak. Dalam waktu singkat, tiga piring nasi habis dilahapnya. Seperti seekor
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 196

    Preston kembali berbicara beberapa kalimat dengan suara pelan, tetapi Livy tidak mendengarnya dengan jelas. Dia pun tidak lagi peduli dengan apa yang dikatakan Preston. Suaranya hanya menjadi dengungan kosong di telinga Livy yang kini berdiri dengan perasaan linglung.Ketika Preston selesai menutup telepon dan berbalik, pandangannya langsung tertuju pada Livy yang baru saja membuka pintu.Gaun malam putih yang dikenakan Livy menonjolkan lekuk tubuhnya yang ramping dan anggun dengan sempurna. Desain korset tanpa lengan itu juga menampilkan kulit putihnya dengan elegan dan memberikan kesan yang menggoda. Rambut panjangnya tergerai di bahu, memberikan sentuhan lembut yang membuatnya tampak seperti sosok yang rapuh.Tatapan Preston menjadi lebih gelap dan dia tampak menelan ludah. Dengan nada sedikit kesal, dia berkata, "Gaun ini nggak cocok untukmu."Livy mendongak, memandang wajah Preston yang dingin dan kaku. Perasaan antusias yang tadi dirasakannya saat mengganti gaun itu seketika memu

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 197

    Livy merasa semakin tidak nyaman, terutama karena tatapan Preston yang jelas-jelas dipenuhi dengan makna menggoda. Namun, apa yang Preston katakan memang benar. Gaun malam ini memang terlihat indah, tetapi sangat tidak praktis untuk bergerak.Setelah ragu selama beberapa saat, Livy memutuskan untuk mengesampingkan rasa malunya dan menganggap Preston sebagai patung. Dia berusaha menenangkan pikirannya dan mulai melepas pita di sisi pinggang gaun itu dengan hati-hati.Sayangnya, pita itu sulit sekali dilepaskan, sehingga gerakan Livy menjadi sangat lambat.Preston awalnya hanya menikmati pemandangan itu dari sofa. Namun setelah beberapa saat, dia berdiri dan mendekati Livy dengan langkah mantap. Livy yang masih menunduk dan fokus pada pita yang membandel, tiba-tiba merasakan bayangan gelap menutupi dirinya. Dia mengangkat kepala dengan terkejut."Pres ...."Sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, bibir Livy langsung disambar oleh Preston. Ciuman itu penuh dengan kehangatan dan dominasi.

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 198

    Keesokan harinya, ketika Livy kembali ke meja kerjanya, dia terus memegangi pinggangnya.Sakit sekali.Tatapan Ivana yang penuh arti hampir membuat Livy tenggelam dalam rasa malu. Ivana sambil bercanda memuji stamina Bendy yang luar biasa.Livy hanya bisa tertawa kaku dan tidak tahu harus bagaimana menjelaskan. Akhirnya dia hanya berkata asal, "Bukan dia, jangan mikir macam-macam.""Aku mengerti, aku mengerti. Sementara ini kamu ingin merahasiakannya. Tapi aku berbeda. Aku janji nggak akan bilang ke siapa-siapa," jawab Ivana sambil meletakkan jari di bibirnya.Livy hanya bisa menghela napas panjang, merasa tidak ada gunanya berdebat lebih jauh.Ivana memang sangat baik padanya, tetapi ada hal-hal yang memang tidak bisa Livy ceritakan. Dia hanya berharap, jika suatu hari Ivana tahu kebenarannya, dia tidak akan marah karena Livy telah menyembunyikannya.Setelah itu, Livy membuka daftar tugas kerjanya dan sekaligus mengirimkan pekerjaan hari itu kepada Zoey. Tak lama kemudian, Zoey muncul

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 199

    "Maaf ya, Livy. Proyek ini memang tanggung jawab Erick. Semua data yang bisa kami temukan di divisi kami sudah di sini. Sisanya, sepertinya kamu harus langsung menanyakannya pada Erick," kata Hesti sambil menggaruk kepalanya dengan sedikit rasa bersalah.Namun, dia buru-buru menambahkan dengan penuh semangat, "Gimana kalau aku temani kamu menemui Erick?""Nggak perlu, sudah cukup kamu bantu sampai sejauh ini. Sisanya biar aku yang urus," jawab Livy sambil tersenyum penuh rasa terima kasih.Dia tidak ingin merepotkan orang lain lebih jauh. Pengalaman sebelumnya ketika Ivana membantunya dan hampir terkena masalah besar karena Erick, sudah cukup menjadi pelajaran.Livy memutuskan bahwa masalah dengan Erick ini harus dia selesaikan sendiri. Jika situasinya benar-benar tidak terkendali, barulah dia akan meminta bantuan Bendy.Dengan pemikiran itu, Livy mengusap perutnya yang mulai keroncongan. "Hesti, terima kasih banyak untuk bantuanmu pagi ini. Aku traktir makan siang, ya?""Wah, mau bang

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 200

    Livy baru saja menyantap dua suap makanannya ketika menerima telepon dari Sylvia. Meskipun Sylvia tidak menjelaskan secara detail, Livy bisa langsung menangkap maksudnya. Zoey pasti sedang membuat ulah di kantor presdir.Rasa kesal langsung membuncah di hati Livy. Dia bahkan tidak memedulikan perutnya yang masih lapar. Setelah buru-buru menyelesaikan pembayaran, dia meminta Hesti untuk melanjutkan makan dengan santai, lalu dengan tergesa-gesa kembali ke kantor dan menuju ruang presdir dengan tergesa-gesa.Begitu masuk, dia mendapati suasana yang hampir seperti medan perang, meskipun sebenarnya hanya Zoey yang berteriak-teriak sendirian."Kamu panggil Livy kemari juga nggak ada gunanya! Hubunganku dengan Preston jelas nggak bisa dibandingkan denganmu, wanita cacat! Menurutku, kalau sudah lumpuh, lebih baik diam di rumah dan beristirahat saja. Masih berani menginginkan pria orang lain? Nggak takut hidupmu jadi lebih pendek?"Wajah Sylvia tampak marah. Namun, dia tetap tidak berniat melad

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 201

    Satu kalimat itu menusuk langsung ke hati Livy. Orang lain mungkin mengira dia telah menjadi wanita yang beruntung karena berhasil mendapatkan Preston.Namun, siapa yang benar-benar tahu bahwa dalam hubungan mereka, posisi Livy selalu tidak seimbang? Bahkan pernikahan mereka hanyalah kontrak. Itulah alasan mengapa dia tidak pernah mau hubungannya dengan Preston diumumkan ke publik.Menjadi "Nyonya Sandiaga" bukanlah sesuatu yang membuatnya bangga. Sebaliknya, itu membuatnya merasa terancam.Livy menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosinya, lalu berkata dengan tenang, "Benar, kamu juga lihat sendiri. Aku nggak akan menyembunyikannya. Sylvia, wanita tadi, punya hubungan mendalam sama Preston. Preston selalu menuruti semua keinginannya.""Sementara aku? Bagi Preston, aku ini nggak lebih dari sekadar mainan. Jadi, Zoey, sebaiknya kamu hati-hati. Aku sudah berusaha mati-matian untuk membantumu masuk ke perusahaan ini. Kalau kamu terus membuat masalah, konsekuensinya nggak sese

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 202

    Livy mengetik beberapa baris penjelasan di kotak pesan. Namun setelah menatapnya beberapa saat, dia akhirnya menghapus semuanya. Akhirnya, dia hanya mengirimkan pesan singkat.[ Aku mengerti. ]Setelah itu, dia meletakkan kepalanya di atas meja dengan lemah dan merasa sangat sedih. Jika Preston begitu peduli pada Sylvia, mengapa dia harus mengikat kontrak pernikahan dengan Livy? Bukankah lebih mudah bagi Preston untuk berpura-pura dengan orang lain?Sekarang Sylvia telah kembali, lalu di mana posisi Livy?Semua ini membuatnya merasa seperti seorang pelakor yang hanya diam-diam merusak hubungan Preston dengan Sylvia.....Ketika Preston membaca pesan singkat Livy, alisnya sedikit berkerut. Wanita ini bahkan tidak berusaha menjelaskan apa-apa.Apakah mungkin Livy benar-benar memperlakukan Sylvia dengan buruk seperti yang dikatakan Sylvia saat Preston tidak ada?"Preston, apakah aku ... terlalu banyak mengganggu?"Sylvia menundukkan kepala dan menatap kedua kakinya dengan lemah. Wajahnya

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 203

    "Dasar nggak berguna! Aku pikir orang yang dikirim dari kantor pusat itu akan hebat, ternyata hal kecil seperti ini saja kamu nggak bisa urus. Kenapa nggak sekalian pulang saja?!""Kenapa? Nggak terima? Kalau nggak terima, silakan mengundurkan diri. Kantor kecil seperti ini nggak mampu menanggung orang sepertimu!"Wajah Erick memerah karena menahan rasa malu dan marah. Pimpinan itu akhirnya melemparkan sebuah dokumen ke arah Erick sebelum berjalan pergi tanpa menoleh lagi.Erick menggertakkan giginya sambil melontarkan beberapa makian pelan. Ketika berbalik, dia melihat Livy berdiri di pintu. Melihat Livy, rasa frustrasi Erick semakin memuncak. Dia melangkah cepat ke arah Livy, lalu menatapnya dengan pandangan penuh tuntutan dan berkata, "Kenapa lama sekali kamu datang?"Livy yang sudah kehabisan kesabaran, menjawab dengan nada datar, "Baru saja selesai jam kerja.""Oh, begitu," balas Erick dengan nada yang menyebalkan. "Kalau begitu, kamu lagi nggak ada urusan, 'kan? Livy, kenapa ngga

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 430

    Astaga, situasi macam apa ini?Telinga Livy terasa panas membara. Tanpa bisa dikendalikan, pikirannya mulai dipenuhi gambaran-gambaran yang tidak senonoh.Akhirnya, dia memutuskan untuk tidak membalas pesan mesum dari Preston. Dia mengalihkan perhatiannya kembali ke pekerjaan dan mulai mencari informasi tentang Mathias.Informasi tentang pria itu cukup terbatas di internet. Katanya, dia adalah pria paruh baya yang merintis usahanya dari nol dan dikenal memiliki cara bicara yang baik.Namun, ada juga beberapa rumor negatif yang menyebutkan bahwa selama bertahun-tahun, dia diam-diam berselingkuh dari istrinya dan memiliki banyak wanita di luar.Livy tidak tahu mana yang benar dan mana yang tidak. Yang bisa dilakukan hanya mempersiapkan diri, mempelajari berbagai hal tentang musik, catur, kaligrafi, dan lukisan.Meskipun dia tahu usahanya mungkin tidak terlalu berpengaruh, setidaknya itu lebih baik daripada tidak mempersiapkan apa pun.Setelah sibuk sepanjang sore, Livy akhirnya tiba di r

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 429

    "Livy, ke mana saja tadi? Kenapa lama sekali tanpa bilang apa-apa ke kami? Jangan-jangan kamu malas-malasan?"Pria paruh baya itu berdiri dengan perut buncitnya. Meskipun gemuk, dia tetap berusaha memakai jas seperti orang lain. Namun, penampilannya malah seperti agen asuransi yang sedang mengalami krisis paruh baya.Livy mengerutkan keningnya sedikit dan menjelaskan, "Pak Preston mencariku, ada beberapa hal yang harus disampaikan.""Oh, ternyata Pak Preston ...." Umay menyipitkan matanya, tampak sedikit mengejek. "Ya, wajar saja Pak Preston masih memperhatikanmu. Bagaimanapun, dulu kamu bekerja di bawahnya.""Tapi, aku harap wanita sepertimu nggak langsung berpikir macam-macam hanya karena seorang pria bersikap baik sedikit kepadamu. Ingat, Pak Preston sudah punya istri. Lebih baik kamu realistis saja dan pertimbangkan untuk ....""Kak Umay, sebenarnya ada urusan apa mencariku?" Melihat pria menyebalkan di depan berbicara semakin tidak sopan, Livy buru-buru memotong ucapannya."Nggak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 428

    Livy tertegun. Preston ... apa maksudnya?Preston kembali berkata, "Dia cuma keponakanku, sedangkan kamu adalah istriku."Oh, jadi begitu. Livy mengerti sekarang. Bagi Preston, statusnya sebagai istri memang sedikit lebih tinggi daripada status seorang keponakan. Namun, hanya sebatas itu. Hanya karena saat ini, dia masih menjadi istri Preston."Lebih baik nggak usah," ujar Livy setelah berpikir sejenak. "Aku juga jarang punya waktu untuk memakai tas seperti ini. Kalau cuma disimpan di rumah, rasanya akan terbuang sia-sia.""Biarkan saja terbuang sia-sia," kata Preston dengan tidak acuh. Baginya, uang seperti ini hanyalah jumlah kecil. Jika istrinya menyukai sesuatu, dia akan membelinya tanpa peduli apakah benda itu akan terpakai atau tidak."Tapi ...." Livy masih ingin berkata sesuatu, tetapi Preston sudah menariknya ke dalam pelukan."Aku memberikan hadiah untuk istriku, tapi kamu malah menolaknya berulang kali? Kamu pikir aku miskin sampai nggak sanggup membelikanmu sesuatu sekecil i

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 427

    "Mana mungkin!" Livy buru-buru melambaikan tangannya. "Di departemen sekretaris masih ada banyak senior. Kamu juga termasuk salah satu senior buatku. Jangan bicara seperti itu.""Ya, ya, aku paham." Ivana buru-buru menutup mulutnya, lalu melanjutkan, "Aku serius kali ini. Pak Preston mencarimu, dia suruh kamu ke atas.""Kenapa kamu yang mencariku?" Livy sedikit terkejut. Biasanya kalau ada urusan seperti ini, Bendy yang datang menemuinya.Ivana menjawab, "Sepertinya Pak Bendy ada urusan mendadak. Dia cuma sempat mampir sebentar ke departemen sekretaris untuk menyampaikan pesan. Sudahlah, Livy, cepat naik ke atas. Siapa tahu Pak Preston berubah pikiran dan mau memindahkanmu kembali ke departemen sekretaris!"Tidak mungkin, 'kan? Semalam Preston sudah mengatakan bahwa dia tidak akan memindahkannya kembali sebelum misinya selesai.Dengan penuh rasa penasaran, Livy segera mengetuk pintu kantor Preston."Masuk."Saat mendorong pintu, Livy melihat Preston sedang tidak bekerja. Pria itu memeg

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 426

    "Hah?" Livy sempat mengira dirinya salah dengar. Namun, saat melihat Preston menunggu dengan ekspresi seperti ingin dilayani, dia yakin bahwa dirinya tidak salah dengar.Membantu dia mandi? Dia menatap laki-laki di hadapannya dengan mata membelalak.Sebagian besar pakaiannya sudah terlepas, memperlihatkan tubuh ramping dengan garis otot yang tegas. Di bawah cahaya lampu, sosok itu terlihat begitu mencolok hingga membuat jantungnya berdebar.Ditambah lagi dengan wajah Preston yang dingin, tegas, dan sempurna, semuanya memberikan dampak visual yang sangat kuat.Sejak kejadian itu, sebenarnya sudah beberapa hari berlalu sejak terakhir kali mereka melakukannya. Seorang wanita ... juga memiliki kebutuhannya sendiri.Livy berdeham, mencoba menahan rasa malu yang merayap di hatinya. Dia terus mengingatkan diri sendiri bahwa dia masih membutuhkan bantuan pria ini.Sambil menggigit bibirnya, dia mulai membuka kancing kemeja Preston. Sesudah itu, dia bergerak turun ke celana. Ketika tiba giliran

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 425

    Preston masih punya sedikit kendali atas dirinya sendiri. Lagi pula, setelah 2 hari berturut-turut, tubuh Livy pasti masih butuh waktu untuk beristirahat dengan baik."Kalau begitu ... 6 juta?" Dengan berat hati, Livy menambahkan 2 juta lagi. Wajahnya pun terlihat tegang. "Benaran nggak bisa lebih lagi? Bonusku sedikit banget."Terakhir kali, dia hanya mendapat 1 juta. Itu bahkan tidak cukup untuk membayar satu hidangan Preston."Beberapa hari lagi, bagian keuangan akan mentransfer sisa bonusmu yang sebelumnya. Jadi, kamu nggak bakal sampai kekurangan uang. Lagi pula, bukannya aku sudah kasih kamu kartu? Punya uang tapi nggak dipakai. Kamu bodoh ya?" Nada suara Preston terdengar agak pasrah.Bonus sebelumnya? Livy kaget dan baru teringat. Dia buru-buru bertanya, "Masalah dengan Sherly itu ulahmu ya?"Meskipun kemungkinan besar jawabannya adalah iya, dia tetap ingin memastikan. "Hmm, aku menyuruh Bendy menyelidikinya.""Bonusmu ternyata disalahgunakan oleh Sherly, jadi aku meminta bagia

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 424

    Jantung Livy seakan-akan berhenti berdetak sejenak. Dia awalnya hanya ingin bertingkah manja untuk mencari jalan pintas, tetapi Preston malah menanggapinya dengan serius.Setelah tertegun sesaat, Livy tiba-tiba merasa dirinya seperti seorang badut. Benar juga, mereka ini pasangan suami istri macam apa?Mereka bukanlah pasangan dalam arti yang sesungguhnya. Jadi, Preston sama sekali tidak punya kewajiban untuk berbagi rahasia bisnis dengannya. Bisa jadi, dia justru sedang menjaga jarak dan tidak ingin berbagi dengannya."Kenapa diam?" Melihat Livy termenung, Preston semakin kesal dan kembali bertanya, "Apa kamu punya sedikit perasaan untukku?""Kenapa nggak? Tentu saja punya." Livy tidak mengerti kenapa pria ini tiba-tiba marah. Tadi, dia sempat mengira Preston tersinggung karena dirinya terlalu percaya diri, tetapi sekarang kenapa justru bertanya soal perasaan?Apakah dia ingin Livy membujuknya? Livy tidak yakin. Atau Preston sedang menguji perasaannya yang sebenarnya?Pada akhirnya, L

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 423

    Tadi dia ... sudahlah.Preston berdeham pelan, lalu sedikit mengubah topik pembicaraan. "Soal barbeku itu, akhir pekan ini kamu bawa aku ke sana.""Hah?" Livy tampak terkejut dan buru-buru mengingatkan, "Tempat itu cukup terpencil dan semua mejanya di luar ruangan. Aku takut kamu bakal kurang nyaman makan di sana.""Kamu bisa makan, kenapa aku nggak bisa?" balas Preston dengan santai."Baiklah."Lagi pula, Preston yang minta sendiri. Jangan sampai nanti setelah diajak, dia malah menunjukkan ekspresi tidak senang. Itu pasti akan membuat Livy kesal.Sambil menuangkan segelas air lagi untuk dirinya sendiri, Livy menyadari tatapan yang dilayangkan Preston kepadanya. Dengan sigap, dia juga menuangkan segelas air untuk pria itu.Preston menerima air putih yang diberikan Livy, lalu tiba-tiba berkata, "Aku dengar kamu berhasil mengamankan kerja sama ini hanya dalam 5 hari.""Mm ... sebenarnya masih banyak yang belum aku pahami, jadi butuh waktu cukup lama. Tapi, ya sudahlah, setidaknya ini lan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 422

    Ryan berbicara dengan pelan, tetapi kata-katanya mengandung makna menyindir jika didengar dengan lebih saksama. Namun, kata-kata itu juga terdengar sedang mengeluh. Ryan sedang mengeluh padanya?Namun, begitu pemikiran itu muncul, Livy langsung menepis pemikiran itu dan berpikir itu pasti hanya sekadar mengeluh biasa saja. Ryan bisa mengajak seseorang dengan mudah, tetapi dia malah menolak undangannya tiga kali. Oleh karena itu, wajar saja jika Ryan mengeluh."Maaf, aku benar-benar agak sibuk," jelas Livy dengan suara pelan."Nggak masalah, aku sudah memaafkanmu," kata Ryan sambil tersenyum dan tatapannya terlihat santai, seolah-olah bisa menarik perhatian siapa pun yang melihatnya."Selesai!"Setelah mengambil beberapa foto lagi, Hesti segera mengembalikan ponselnya pada Ryan dan berkata dengan semangat, "Tuan Ryan, kamu dan Livy benar-benar terlihat sangat serasi, aku sampai nggak tahan untuk mengambil beberapa foto lagi.""Nggak masalah, terima kasih," kata Ryan sambil kembali menge

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status