Home / Romansa / BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN : Chapter 41 - Chapter 50

79 Chapters

Chapter 41

'Iya, Pur! Aku tidak bohong! Aku pernah melihat menantu kamu itu lagi sama laki-laki di hotel! Iris aja telingaku kalau aku salah lihat! Itu betul-betul Laras, Pur!'Purwanti tampak gusar saat perjalanan menuju pulang dari pusat perbelanjaan. Ekor matanya melirik ke arah perempuan yang sedang duduk pada bangku tengah mobil di sampingnya.Laras tampak diam saja sejak ia menemukan perempuan itu di kamar ganti. Juga laki-laki jangkung yang bersama Laras tadi. Apa dia tidak salah lihat?Selain itu, Purwanti juga sudah mendengar cerita Titin yang katanya dia pernah melihat Laras bersama laki-laki di hotel.Ini sungguh aneh. Purwanti ingin menanyakan hal itu pada Laras. Namun, itu pasti sama saja dia menyinggung perasaan menantunya itu. Purwanti jadi ragu.Dan bagaimana kalau Titin cuma salah lihat saja? Mustahil perempuan baik-baik macam Laras terciduk sedang berada di hotel bersama seorang lelaki.Purwanti menggelengkan kepalanya tampak pusing. Hal itu dilihat oleh Laras."Ibu kenapa? Kok
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Chapter 42

Pabrik kopi milik Pak Handoko pukul dua sore.Bagas mengikuti langkah Pak Handoko yang sedang berjalan di sekitar para pekerja di bagian produksi.Pak Handoko juga menjelaskan banyak pada Bagas. Termasuk cara memproduksi kopi yang berkualitas bagus sehingga laris di pasaran."Kopi Sejagad ini sudah beredar di beberapa kota. Bahkan ada juga di luar pulau. Kalo kamu yang mengurus perusahaan kopi kita ini, Bapak yakin bisa sampai ke luar negeri!"Pak Handoko tertawa kecil sambil menepuk bahu Bagas usai bicara seperti itu pada anaknya. Dia sudah semakin tua. Sudah saatnya Bagas sebagai penerus yang harus mengurus perusahaan, pabrik-pabrik dan perkebunan mereka.Bagas tersenyum. "Masih banyak yang harus aku persiapkan. Untuk saat ini, aku belum bisa dikatakan layak untuk memikul tanggung jawab besar yang Bapak berikan."Pak Handoko manggut-manggut. "Kamu kelamaan mikir. Tapi Bapak hargai keputusan dan prinsip kamu itu."Bagas mengangguk. Pak Handoko kembali mengajaknya berjalan-jalan lagi
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Chapter 43

Purwanti dibuat terkejut saat seorang asisten menemuinya dan menyampaikan sebuah kabar."Bu, Mbak Laras sudah pulang!"Syukurlah!Purwanti segera meninggalkan kamar lalu berjalan cepat menuju teras rumah. Dilihatnya Laras yang baru saja keluar dari mobil taksi."Laras, kamu kemana saja? Ibu kuatir menunggu kamu pulang!" Laras cuma tersenyum menanggapi wajah cemas Purwanti. Kemudian ia segera mengikuti langkah ibu mertuanya masuk rumah."Jadi, kamu habis mengunjungi panti? Kenapa nggak ajak Ibu juga?" Purwanti tampak merajuk. Namun rasa cemasnya segera hilang setelah mendengar penuturan Laras.Perempuan itu mengatakan jika dirinya baru saja pergi ke panti asuhan tempatnya tinggal dulu. Laras bersusah payah mencari alasan itu. Dia tak ingin Purwanti curiga."Tadi Laras buru-buru karena ditelepon sama Bu Ratna. Beliau rupanya tahu kalau Laras sedang berada di Solo."Laras bicara dengan wajah tenang dan meyakinkan. Purwanti manggut-manggut mendengarkannya."Nggak pa-pa kalau kamu pergi k
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Chapter 44

Dua orang pekerja kafe menyambut kedatangan Fandi sambil tersenyum hangat. Langkah sepasang pantofel hitam mengkilat itu pun terayun memasuki ruang kafe.Dari tempatnya berjalan, mata Fandi membidik seorang perempuan cantik yang sedang duduk sendiri pada suatu meja yang berada di paling sudut ruangan.Elsa?Entah ada apa tiba-tiba saja dia ingin bertemu. Fandi tersenyum manis saat manik-manik cokelat Elsa menangkap bayangannya."Maaf, kalo udah bikin kamu menunggu lama." Elsa cuma memasang wajah bosan dan mengangguk pelan menanggapi ucapan Fandi.Laki-laki itu kembali tersenyum lalu duduk pada bangku kosong di depan Elsa. Matanya terfokus ke arah perempuan dengan stelan kantor warna cream di hadapannya."Ada apa? Kok tumben ngajak ketemuan di luar?" tanya Fandi. Elsa menaikan sudut bibirnya. Kemudian dia melempar sebuah berkas ke depan Fandi. Laki-laki itu dibuatnya terkejut."Baca dan pelajari semua itu. Aku nggak mau beli kucing dalam karung," ujar Elsa malas-malasan.Fandi tercen
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Chapter 45

Hari itu Matahari amat terik. Di bawah cuaca yang panas Bagas dan para buruh lainnya sedang sibuk bekerja."Jadi, kamu mau ikut tim yang lagi bangun gedung di Kalimantan?" Bagas mengangguk menanggapi pertanyaan Basuki. Mereka sedang duduk di warung pada jam makan siang.Fandi mengatakan padanya jika upah yang didapat akan lebih besar jika dia mau ikut dengan tim yang sedang bangun gedung di luar kota itu.Selama ini ada banyak hal yang terjadi. Bagas mengira Laras sudah capek bekerja sebagai buruh cuci dan gosok demi menunjang perekonomian.Mungkin kalau dia mengambil tawaran dari Fandi, maka dia akan dapat upah yang lebih besar. Dengan begitu Laras tidak usah capek-capek bekerja lagi.Basuki geleng-geleng usai menghembuskan asap rokoknya ke udara. "Susah betul cari duit di Jakarta. Belum lagi anakku sudah harus bersekolah tahun ini. Sementara istriku juga sudah lelah berjualan nasi uduk. Sudah sepi pelanggan!"Bagas menoleh mendengar ucapan Basuki. Dia lantas menepuk bahu rekannya i
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Chapter 46

Satu jam sudah berlalu. Laras membuka matanya perlahan. Dilihatnya lelaki biadab itu yang sudah tertidur pulas."Ah, sakit ..."Meringis Laras berusaha untuk bangkit. Matanya mencari-cari ke sekitar. Sudah mau sore. Dia harus segera pergi sekarang."Mbak Laras?!"Jarwo dibuat terkejut melihat Laras yang sedang berjalan menuju padanya. Langkah perempuan itu terlihat gontai. Laras tampak meringis sambil memegang bagian bawah perutnya."Mbak Laras nggak apa-apa?" tanya Jarwo cemas. Segera ia menyambar tas hitam yang Laras bawa.Perempuan itu menggeleng. "Langsung pulang aja, Mas!""Baik, Mbak!"Laras segera masuk mobil setelah Jarwo membukakan pintu. Area intimnya terasa nyeri karena kekerasan seksual yang klien itu lakukan.Dia tidak sanggup lagi kalau harus pergi menemui klien selanjutnya. Mungkin Fandi akan mengerti jika dia mengirimnya pesan.["Mas Fandi, aku nggak bisa datang."]Fandi sangat terkejut dan kesal setelah membaca pesan singkat dari Laras. Apa yang membuat Laras tidak da
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Chapter 47

Pagi-pagi sekali Bagas sudah pergi meninggalkan rumah. Laras melepas kepergian suaminya sambil berdiri di teras.Hari ini dia harus melakukan transaksi dengan Fandi. Lelaki itu mungkin sudah mengirim banyak pesan padanya. Sayangnya Laras mematikan ponsel rahasianya sejak hari kemarin.Setelah menepikan motornya di area parkiran, Bagas segera berjalan menuju para buruh yang sudah berkumpul di lapangan."Kalian akan dikirim ke Kalimantan selama tiga hari. Sudah kabarkan ini pada keluarga kalian?!""Sudah, Pak!"Mandor tersenyum melihat semangat para buruh. Kemudian dia menoleh ke arah lelaki berkemeja biru muda yang berdiri di samping. Fandi cuma mengangguk menanggapi.Setelah melakukan sedikit persiapan, para buruh pun segera naik ke mobil. Bagas menoleh ke arah balkon kantor di mana dilihatnya Fandi yang sedang berdiri di sana.'Pergilah, Bagas. Biar istrimu aku saja yang urus.'Fandi tersenyum membalas tatapan Bagas. Dia melambaikan tangan pada mobil yang membawa para buruh itu pergi
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Chapter 48

"Aku kangen kamu, Laras ..."Fandi segera mendesak Laras sampai punggung perempuan itu menyentuh dinding kamar. Tatapan Laras membuatnya terbuai.Dan tanpa mengatakan apa-apa lagi, lelaki itu segera membelai pipi Laras lalu memajukan wajahnya. Laras cuma memejamkan mata saat Fandi melumat bibirnya dengan begitu liar dan rakus.Sementara di luar kamar, Elsa dan Mona sedang mengendap-endap. Menurut informasi yang diterima oleh Mona, hari ini Laras datang menemui Fandi. Mereka mau menangkap basah keduanya."Udah, El! Ayo dobrak aja pintunya!" Mona sudah tidak sabaran. Geram sekali dia dengan kelakuan Fandi.Elsa cuma menoleh ke arah Mona dengan wajah bosan. Dia tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Namun Mona membuatnya jadi kesal dan susah konsentrasi."Laras ..."Di dalam kamar aktifitas panas sedang berlangsung. Bayangan kedua insan yang sedang melakukan hubungan terlarang itu terlihat dari pantulan cermin di sekitar.Mona yang sudah tak sabaran ingin segera mendobrak pintu unit ap
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Chapter 49

Brak!"Saya tidak bisa terima semua ini! Cepat hubungi pengacara saya! Pak Danu dan keluarganya harus dituntut!"Sepulang dari rumah Elsa, Pak Wirya marah-marah. Dia merasa tersinggung atas keputusan Pak Danu. Pokoknya harus ada sidang! Bila perlu dia akan meminta denda atas kejadian memalukan ini.Dua orang asisten segera melesat pergi untuk menjalankan perintah Pak Wirya. Fandi yang baru tiba di ruangan itu cuma menatap sang ayah dengan mata yang merah.Pak Wirya menoleh setelah mendengar suara langkah yang mendekat. Ia sedikit terkejut melihat Fandi menemuinya."Fandi, kamu jangan cemas. Kita akan membalas penghinaan ini. Kita buat keluarga Elsa merangkak di bawah kaki kita!"Fandi menggeleng mendengar penuturan sang ayah. Dan saat Pak Wirya hendak menyentuh bahunya, dia segera menepis tangan lelaki itu.Pak Wirya dibuat keheranan dengan sikap dingin putranya."Sejak kapan Papa berhubungan dengan Laras?"Pertanyaan Fandi membuat Pak Wirya tercengang. "Apa? Kamu masih mikirin pelac
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Chapter 50

Butik Elsa pukul dua siang."Jadi, orang tua si Fandi mau nuntut keluarga lo?!" Elsa cuma mengangguk menanggapi pertanyaan Mona. Dan Mona jadi geleng-geleng dibuatnya."Mestinya keluarga elo yang nuntut mereka! Apa ini nggak kebalik?!" Mona tampak kesal.Dia tidak habis pikir dengan Fandi dan bapaknya itu. Sudah jelas mereka yang membuat noda, tapi keluarga Elsa yang disuruh bersihkan. Benar-benar tidak punya malu.Elsa memutar bola matanya tampak bosan. "Kalo pun ada sidang pasti mereka juga yang dapat malu. Itu pun kalo mereka emang punya malu."Mona mengangguk. "Yaudah kalo mau sidang ya sidang aja! Nggak perlu takut! Elo kan punya bukti! Foto bapaknya si Fandi yang lagi nganu sama si Laras!"Mendengar Mona menyebutkan nama perempuan itu, Elsa jadi teringat sesuatu. "Mon, apa elo tahu di mana tuh cewek tinggal?""Si Laras maksud lo?"Elsa mengangguk.Mona memalingkan wajahnya tampak bingung. "Mana gue tahu tuh cewek tinggal di mana! Gue tahu dia aja dari Om gue, kan?"Elsa menghel
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status