Share

Chapter 50

Author: Dewa Amour
last update Huling Na-update: 2025-01-03 09:55:33

Butik Elsa pukul dua siang.

"Jadi, orang tua si Fandi mau nuntut keluarga lo?!"

Elsa cuma mengangguk menanggapi pertanyaan Mona. Dan Mona jadi geleng-geleng dibuatnya.

"Mestinya keluarga elo yang nuntut mereka! Apa ini nggak kebalik?!" Mona tampak kesal.

Dia tidak habis pikir dengan Fandi dan bapaknya itu. Sudah jelas mereka yang membuat noda, tapi keluarga Elsa yang disuruh bersihkan. Benar-benar tidak punya malu.

Elsa memutar bola matanya tampak bosan. "Kalo pun ada sidang pasti mereka juga yang dapat malu. Itu pun kalo mereka emang punya malu."

Mona mengangguk. "Yaudah kalo mau sidang ya sidang aja! Nggak perlu takut! Elo kan punya bukti! Foto bapaknya si Fandi yang lagi nganu sama si Laras!"

Mendengar Mona menyebutkan nama perempuan itu, Elsa jadi teringat sesuatu. "Mon, apa elo tahu di mana tuh cewek tinggal?"

"Si Laras maksud lo?"

Elsa mengangguk.

Mona memalingkan wajahnya tampak bingung. "Mana gue tahu tuh cewek tinggal di mana! Gue tahu dia aja dari Om gue, kan?"

Elsa menghel
Locked Chapter
Patuloy ang Pagbabasa sa GoodNovel
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 51

    Matahari yang mulai terbenam terlihat begitu indah di tengah laut. Sinar jingganya seolah mengajak kita untuk terbenam bersamanya.Dan di antara keindahan itu, Fandi dan Laras tampak berdiri di tepi pantai. Mereka sedang menyaksikan panorama alam yang eksotis di hadapannya.Dress selutut motif bunga dengan tali kecil yang membalut tubuh Laras, melambai-lambai tepinya karena embusan angin.Fandi melingkarkan kedua tangannya ke sekitar perut Laras. Sesekali ia mengecup pipi dan bahu perempuan itu. Momen inilah yang ia inginkan. Di saat Laras hanya menjadi miliknya saja."Si Laras lagi di booking sama klien VIP! Mungkin bulan depan Mas baru bisa memesan dia."Brak!"Katakan saja, berapa yang mesti saya bayar supaya saya bisa melakukan transaksi sama Laras?!"Frans menaikan sudut bibirnya melihat kemarahan di wajah laki-laki yang sedang duduk di depan meja kerjanya itu.Fandi sudah menekan kontrak selama satu bulan depan Laras. Namun, itu tidak jadi masalah kalau ada klien lain yang mau b

    Huling Na-update : 2025-01-06
  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 52

    "Pasien kritis! Tolong hubungi keluarganya!"Johan dan Pak Irwan sangat terkejut saat dokter menyampaikan tentang kondisi Bagas. Lelaki itu terjatuh dari ketinggian sekitar sepuluh meter. Luka di kepala Bagas cukup serius. Bahkan dia belum sadar sejak tiba di rumah sakit tiga jam yang lalu."Saya sudah kirim pesan pada istrinya! Tapi mungkin belum bisa datang atau sedang di jalan," ucap Johan. Dia tampak sangat mencemaskan Bagas.Pak Irwan menoleh ke arah rekannya itu. "Gimana kalo hubungi orang tuanya saja?"Johan menoleh langsung.*"Apa?! Bagas di rumah sakit?!""Betul, Pak! Itu kabar yang saya terima dari Mas Johan!"Pak Handoko sangat terkejut mendengar kabar yang disampaikan oleh Triatno. Mereka sedang berada di ruang rapat. Sementara Purwanti juga sedang kurang sehat."Jangan katakan ini sama Ibu. Biar saya saja yang berangkat ke Kalimantan," ucap Pak Handoko.Triatno mengangguk."Aku sudah dengar, Pak!"Mereka dibuat sangat terkejut saat melihat Purwanti muncul. Perempuan itu

    Huling Na-update : 2025-01-06
  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 53

    Kediaman Pak Danu pukul enam sore."Jadi, Bagas mengalami kecelakaan kerja sewaktu bertugas di Kalimantan?""Betul, Pak. Menurut informasi, Pak Handoko sudah memindahkan Mas Bagas ke rumah sakit miliknya di kota Solo."Pak Danu manggut-manggut mendengar penjelasan sekretarisnya yang bernama Jamal.Jamal datang menemui Pak Danu di rumahnya sore itu. Kebetulan pada saat itu Elsa dan Bu Retno juga sedang berada di rumah. Mereka mendengar kabar yang disampaikan oleh Jamal."Pa, aku ingin melihat kondisi Bagas!" Elsa tiba-tiba menyela di tengah keheningan itu.Bu Retno cuma menoleh ke arah putrinya lalu menatap ke arah Pak Danu. Dia ingin melihat tanggapan suaminya itu.Pak Danu menatap Elsa. "Kita bisa berangkat ke Solo besok."Elsa tersenyum puas. Lantas ia menoleh ke arah ibunya. Bu Retno cuma tersenyum menanggapi."Lantas bagaimana dengan persiapan sidang? Apa sudah ada keputusan?" Pak Danu bicara lagi pada Jamal setelah hening sejenak.Jamal mengangguk. "Sidang akan digelar dua pekan

    Huling Na-update : 2025-01-06
  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 54

    Rumah Sakit Handoko Hospital pukul sepuluh pagi.Aktivitas berjalan seperti biasa. Para petugas rumah sakit tampak sibuk dengan rutinitas masing-masing. Juga lalu lalang orang-orang di sekitar, tidak terlihat ada yang janggal di sini.Di sebuah ruang tamu VIP intensif, Bagas terbaring lemas dengan beragam alat medis yang mengelilingi ranjang pasien di mana ia berada.Suara monitor Elektrokardiogram terdengar di seluruh ruangan. Juga tetesan air infus, Bagas berusaha membuka matanya."Dokter, Pasien sudah sadar!"Dokter Teo segera berlari memasuki ruang rawat VIP setelah mendengar teriakan seorang perawat.Bagas menatap semua orang yang datang dengan manik hitam yang tampak lemas."Nadinya sudah stabil. Cepat beritahu walinya!" perintah Dokter Teo setelah memeriksa kondisi Bagas.Perawat segera pergi untuk menjalankan perintah. Tak lama kemudian Pak Handoko dan Purwanti pun tiba di ruang rawat Bagas."Bagas, kamu sudah sadar, Nak?" Purwanti tersenyum haru menanggapi tatapan Bagas. Dia

    Huling Na-update : 2025-01-07
  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 55

    Brak! Frans melempar selembar foto ke meja di depannya. Seorang Lelaki berperawakan tinggi kekar memicingkan mata menanggapi tatapan Frans. "Elo kan punya banyak anak buah di stasiun, coba suruh mereka cari cewek itu," ucap Frans. Lelaki bernama Baron yang berprofesi sebagai preman itu menatap ke arah Frans sebelum menyambar foto di depannya. Dipandangi foto itu lebih dulu lantas menatap pada Frans lagi. "Piaraan lu ini?" Frans mengangguk. "Dia tambang emas gue. Gue bisa bangkrut kalo dia nggak ketemu," jawabnya dengan wajah pusing. Baron manggut-manggut. Matanya kembali memandangi foto perempuan di tangannya. "Berani bayar berapa lu, kalo gue berhasil tangkep ini cewek?" katanya acuh tak acuh. Frans menatap Baron. "Berapa aja yang lu minta. Asalkan tuh cewek segera lu bawa ke sini." Baron manggut-manggut. "Urusan ginian mah kecil! Anak buah gue lagi pada nongkrong di stasiun. Gue tinggal telepon mereka aja." Frans mengangguk mantap. "Kalo gitu cepetan deh elu suruh mereka b

    Huling Na-update : 2025-01-07
  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 56

    Brak!Tubuh Laras dilemparkan ke tengah ranjang oleh dua orang lelaki. Mereka lantas pergi setelah Baron melangkah memasuki kamar itu.Baron mengibaskan tangannya. Pintu kamar segera dikunci rapat. Dua orang lelaki geleng-geleng sambil tersenyum. Mereka segera meninggalkan tempat itu.Langkah Baron mendekat pada ranjang di mana Laras tergolek belum sadarkan diri di sana. Bibirnya menyeringai tipis memandangi perempuan itu."Frans, Frans, lu pikir gue percaya kalo lu bakal bayar anak buah gue? Gue tahu kalo elu itu licik! Gue juga nggak sudi ikutin perintah lu."Sambil berdiri di samping ranjang, Baron segera menanggalkan pakaiannya. Matanya tertuju pada perempuan di tengah ranjang. Ia segera merangkak naik.Laras masih belum sadarkan diri saat tangan bertato Baron melucuti semua kain dari tubuhnya. Lelaki itu meneguk liurnya saat tubuh polos Laras terpampang di depannya."Jadi, orang-orang bayar ratusan juta cuma buat elu?" desis Baron. Tangannya meremas bongkahan besar di bagian dep

    Huling Na-update : 2025-01-08
  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 57

    "Baron!""Keluar lu!"Suara bising itu sampai ke telinga lelaki yang masih berada di tengah ranjang. Baron berdecak jengah. Sialan! Rupanya Frans dan anak buahnya sudah datang.Segera ia melepaskan perempuan yang sedang berada di bawah kendalinya. Laras terkulai tak berdaya di kasur. Dan Baron segera beringsut dari ranjang."Di mana bos kalian?! Suruh dia keluar!""Bangsat!"Frans marah-marah di depan markas Baron. Dia kesal karena Baron tidak menepati janjinya. Bukannya mengantar Laras padanya, lelaki itu malah menyekap Laras di markas mereka.Baron yang sudah berpakaian lengkap segera berjalan menuju teras di mana keributan sedang terjadi. Dia tersenyum remeh saat mata merah Frans menatapnya."Anjing! Di mana si Laras?!" Frans menyambar kerah jaket Baron seraya menatapnya tajam.Baron menanggapi dengan tenang. Bibirnya menyeringai tipis membalas tatapan Frans. Kemudian matanya melirik ke arah salah satu orang anak buahnya. Sang anak buah segera mengangguk setelah diberi isyarat.F

    Huling Na-update : 2025-01-08
  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 58

    Dua hari kemudian.Laras mulai terjaga saat mencium wangi parfum yang dirasa tidak asing baginya. Matanya terbuka perlahan. Dilihatnya seorang lelaki yang sedang duduk di samping ranjang di mana ia terbaring saat ini."Laras, kamu sudah sadar?"Mas Bagas?Bibir pucat itu mengulas senyum diwarnai manik-manik lelah yang berbinar. Laras sangat senang melihat sosok di sampingnya itu.Melihat perempuan itu hendak bangkit, lelaki itu segera membantunya.Dan saat itu juga Laras menatap wajah laki-laki itu lamat-lamat setelah semua fantasinya buyar. Dia bukan Mas Bagas. Melainkan ..."Kamu jangan banyak gerak dulu. Kamu belum pulih benar."Suara lelaki itu membuat Laras terkejut. Ia menggeleng dengan tak percaya. Mustahil dia melihat wajah Bagas pada lelaki itu.Melihat perempuan itu menatapnya, Fandi tersenyum. "Aku senang melihat kamu yang sudah sadar. Kamu pingsan selama dua hari."Laras menggeleng dengan tatapan kecewa. Bukan! Bukan lelaki itu yang ia harapkan saat ini. Melainkan suaminy

    Huling Na-update : 2025-01-08

Pinakabagong kabanata

  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 79 ( Extra Part )

    Musim hujan di bulan Juni tahun 2011.Angin bertiup kencang menjelang sore. Gerimis mulai turun di tengah langit yang terus saja mendung. Satu tahun sudah berlalu pasca insiden kecelakaan yang merenggut nyawa Laras. Sudah saatnya Bagas menata hidupnya lagi. Tanpa Laras.Pengemudi mobil yang menabrak Laras juga sudah menjalani proses hukum di Lapas Pusat, Jakarta. Pelakunya tidak lain adalah Aryo. Rupanya lelaki itu sudah dibayar oleh Pak Wirya untuk menghabisi Laras dan juga Bagas.Lagi, rencana jahat Pak Wirya gagal lagi. Akhirnya pebisnis itu harus menghabiskan hari tuanya di balik jeruji besi. Hukuman seumur hidup itu rasanya masih belum cukup untuk membayar semua kejahatannya.Hari ini pada tanggal 20 Juni. Jatuh di hari selasa dan bertepatan dengan hari jadi Laras yang ke 25 tahun. Bagas mengunci pintu rumahnya. Lelaki itu berjalan menuju motornya yang sudah menunggu di pelataran.Sebelum ia melajukan motor, Bagas melirik ke arah rumahnya. Dilihatnya Laras yang sedang berdiri di

  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 78 ( Ending )

    Hari mulai siang saat mini bus yang dikemudikan oleh Anto terjebak macet di pertigaan jalan menuju arah bandara. Dengan wajah gelisah Laras menoleh ke luar dari kaca jendela mobil.Sudah dua hari ia tidak pulang. Pasti Bagas sudah kelimpungan mencarinya. Namun apa yang harus ia lakukan sekarang? Alex akan mengirim dia ke Jepang siang ini juga.Ekor mata Laras melirik ke arah lelaki yang duduk di sampingnya. Alex tampak sibuk dengan aktifitas ponsel.Membuang nafas berat, Laras kembali memandang ke luar mobil. Dilihatnya mobil Fandi yang juga sedang terjebak macet di sekitar.Apa dia tidak saah lihat? Ya, itu memang mobil Mas Fandi!Ada sedikit cahaya dalam kegelapan yang sedang melanda jiwa Laras. Sepertinya dia bisa minta bantuan kepada Fandi untuk kabur dari Alex."Aduuh!"Laras berpura-pura meringis kesakitan sambil meremas bagian depan dressnya. Alex segera menoleh ke arah perempuan itu."Laras, kamu kenapa?" tanya Alex.Laras meringis, "Perut saya sakit banget, Mas Alex. Bisa kit

  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 77

    Lapas Pusat Jakarta."Saudara Aryo! Anda dibebaskan!"Aryo yang sedang duduk di dalam sel tahanan sangat terkejut saat seorang opsir memberinya kabar itu.Seorang pengusaha datang dengan membawa pengacara. Dia memberi jaminan sampai akhirnya dia dibebaskan. Aryo sangat ingin bertemu dengan orang dernawan tersebut."Jadi, Bapak yang sudah membebaskan saya? Mohon maaf, apa kita saling kenal?" Aryo keheranan saat bertemu dengan pengusaha yang memberinya jaminan.Pak Wirya menaikan sudut bibirnya lalu berkata dengan jumawa, "Saya seorang pebisnis besar! Mana mungkin punya kenalan seorang Narapidana macam kamu!"Aryo menunduk kaget dan malu. "Lalu kenapa Bapak menjamin saya?" tanyanya ragu-ragu.Pak Wirya tersenyum miring, " Saya punya kerjaan buat kamu."Aryo dibuat terkejut. Pak Wirya cuma tersenyum remeh menanggapi tatapan laki-laki itu."Mas Fandi, jangan ngebut-ngebut!"Agus sangat ketakutan dan panik saat duduk di dalam mobil yang sedang Fandi kemudikan. Dia tidak tahu apa masalah an

  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 76

    Fandi mulai terjaga dari tidurnya. Ia sangat terkejut saat melihat sosok perempuan yang sedang duduk di sofa.Elsa membuka kacamata hitam yang menutupi sebagian wajah, "Hai, Fandi. Bagaimana kabar kamu?"Fandi mencengkeram tepi ranjang. Dia segera bangkit lalu melotot pada Elsa. "Ngapain kamu di sini? Puas kamu sekarang, hah?!" gertaknya penuh emosi.Elsa tersenyum remeh menanggapi. Dia lantas bangkit dan segera menuju pada seorang lelaki yang sedang duduk di tengah ranjang pasien."Fandi, mestinya kamu tidak melakukan hal yang bodoh sampai berakhir di rumah sakit ini," ujar Elsa dengan sinis setelah ia berdiri di hadapan Fandi.Lelaki itu mendengus kesal. Segera ia mencabut jarum infus dari lengannya lalu beringsut dari ranjang. Elsa cuma memicingkan alisnya saat lelaki itu mendekat."Kamu dan Bagas, kalian sengaja bersekongkol, kan?! Dasar perempuan murahan kamu, Elsa!" Fandi menunjuk-nunjuk muka Elsa dan menghinanya.Plaak!"Tutup mulut busuk kamu itu!"Elsa tidak tinggal diam saat

  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 75

    "Bawa perempuan itu ke kamar!""Baik, Bos!"Dua orang pengawal segera menuju mobil hitam yang menepi di depan sebuah villa. Mereka segera membuka pintu mobil dan menyeret wanita yang tergolek di dalam sana.Laras tidak sadarkan diri setelah Frans memberinya minuman yang dicampur dengan obat tidur. Kini tubuhnya yang ringkih itu segera dikeluarkan dari mobil dan dibawa masuk villa.Lelaki berperawakan tinggi bernama Alex cuma tersenyum smirk saat para pengawal melewatinya sambil memapah Laras."Elu nggak usah mikirin cewek itu, dia udah aman sama gue," ucapnya lewat sambungan ponselnya.Frans yang dia hubungi. Alex berencana mau mengirim Laras malam ini juga ke Jepang. Namun kecantikan perempuan itu membuatnya tergiur.Alex ingin mencicipi tubuh Laras sebelum mengirim dia ke luar negeri. Oleh karena itu dia membawa Laras ke villanya.Frans tersenyum puas mendengar ucapan Alex lewat sambungan ponsel. "Ya! Kamu atur sajalah! Saya terima beres!"Setelah panggilan berakhir, Alex segera ber

  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 74

    "Uhuk! Uhuk!"Fandi berusaha mengangkat tubuh ringkihnya. Sambil terbatuk-batuk lelaki itu menuju mobil."Gus, jemput saya ..."Ia berujar dengan suara pelan usai meraih ponselnya dari dalam mobil. Kemudian tubuhnya merosot sampai jatuh duduk bersandar di mobil."Uhuk!"Bajingan si Bagas!Lelaki itu menghajar dia sudah seperti preman. Kini tubuhnya terasa lemah tak bertenaga lagi.Untuk kembali bangkit saja Fandi tak kuasa. Pandangannya mulai berubah kabur dan dadanya terasa sangat sesak. Setelah penglihatan memudar, ia pun tak sadarkan diri lagi."Mas Fandi!"Agus berlari menuju sosok yang tergolek di samping mobil. Dia sangat terkejut melihat kondisi Fandi."Tolong segera kirim ambulans!"Usai menghubungi rumah sakit, Agus langsung membenahi ponselnya. Dia berusaha membantu Fandi berdiri.Suara sirine ambulans terdengar begitu cetar saat mereka melarikan lelaki itu menuju rumah sakit.Fandi kritis. Agus segera menghubungi orang tua lelaki itu."Blegedes! Bisa-bisanya lelaki itu biki

  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 73

    "Gua udah hubungi lu dan suruh untuk tangani orang Jepang itu, tapi lu nya kebanyakan menye-menye! Sekarang lu tanggung sendiri akibatnya!"Frans terlihat sedang berhadapan dengan seorang lelaki berpakaian formal. Rupanya lelaki itu adalah orang yang berada di belakang bisnis prostitusi online yang Frans geluti selama ini.Alex, nama lelaki berperawakan tinggi kekar dan selalu berpenampilan layaknya seorang pebisnis itu.Alex datang ke kantor Frans untuk menegur anak buahnya itu yang dirasanya mulai tidak becus mengurus bisnis gelap mereka.Bukan cuma itu, Alex juga mendapat surel dari orang-orangnya di Jepang. Mereka mengatakan jika Yuta akan menutup situs prostitusi online mereka.Entah apa alasannya. Yang pasti dia akan rugi besar kalau situs mereka ditutup. Sedang Yuta sendiri sangat sulit untuk dihubungi.Frans gemetaran mendengar semua penuturan Alex. "Jadi, apa yang harus saya lakukan?"Alex menyipit mendengar ucapan lelaki yang sedang berdiri di depan mejanya. Ia lantas mencon

  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 72

    Brak!Baron menapakkan satu kakinya pada meja yang berada di depan Pak Wirya. Telunjuknya mengangkat dagu lelaki paruh baya yang terikat di kursi. Bibirnya menyeringai tipis saat mata lelah Pak Wirya terangkat ke wajahnya."Blegedes! Kenapa kalian malah menculik saya?!" berang Pak Wirya dengan marah.Baron tersenyum. "Karena lu nggak kasih gue uang muka. Malah tuh cewek yang kasih gue duit 50 juta buat kirim lu ke rumah sakit," desisnya.Pak Wirya tercengang.Sial!Jadi Elsa yang mengirim para preman itu untuk menculik dan memukulinya semalam suntuk. Kini tubuhnya terasa sakit semua. Dia butuh penanganan medis sesegera mungkin.Melihat Pak Wirya menatap, Baron bicara lagi, "Gue bisa aja lepasin lu tapi ada syaratnya.""Syarat?" Pak Wirya menyipitkan mata.Baron mengangguk. "Kalo lu bisa bayar gue lebih dari yang Elsa kasih, maka lu bakal gue lepasin sekarang juga," desisnya ke wajah lelaki paruh baya di hadapannya.Pak Wirya tercengang.Hari berikutnya di kediaman Bagas. Laras sedang

  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 71

    Malam tak juga menemukan pagi. Bagas yang putus asa mencari Laras akhirnya memutuskan untuk pulang. Mungkin Laras sudah sampai di rumah saat ini. Ia berpikir sambil mengendarai motornya menuju pulang.Mini bus putih terlihat melaju meninggalkan pintu pagar rumah. Bagas sangat terkejut melihat punggung seorang perempuan yang sedang menuju rumahnya.Laras?Segera ia melajukan motornya mendekat. "Laras?!"Perempuan yang sedang menuju pintu pagar rumah dibuat terkejut saat ada yang menyerukan namanya. Bergegas ia menoleh. Dilihatnya seorang lelaki yang sedang mengendarai sepeda motor mendekat ke arahnya."Mas Bagas?"Bagas segera melepaskan motornya lantas berlari menuju pada Laras. Wajahnya kelihatan sangat cemas sekaligus senang melihat istrinya sudah pulang."Laras, kamu kemana saja? Mas mencarimu sejak tadi sore," ujar Bagas. Matanya fokus menatap wajah perempuan yang sedang berdiri di depannya saat ini.Laras tidak buru-buru menjawab pertanyaan Bagas. Ia masih bergeming saat lelaki

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status