Home / Romansa / BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN : Chapter 51 - Chapter 60

79 Chapters

Chapter 51

Matahari yang mulai terbenam terlihat begitu indah di tengah laut. Sinar jingganya seolah mengajak kita untuk terbenam bersamanya.Dan di antara keindahan itu, Fandi dan Laras tampak berdiri di tepi pantai. Mereka sedang menyaksikan panorama alam yang eksotis di hadapannya.Dress selutut motif bunga dengan tali kecil yang membalut tubuh Laras, melambai-lambai tepinya karena embusan angin.Fandi melingkarkan kedua tangannya ke sekitar perut Laras. Sesekali ia mengecup pipi dan bahu perempuan itu. Momen inilah yang ia inginkan. Di saat Laras hanya menjadi miliknya saja."Si Laras lagi di booking sama klien VIP! Mungkin bulan depan Mas baru bisa memesan dia."Brak!"Katakan saja, berapa yang mesti saya bayar supaya saya bisa melakukan transaksi sama Laras?!"Frans menaikan sudut bibirnya melihat kemarahan di wajah laki-laki yang sedang duduk di depan meja kerjanya itu.Fandi sudah menekan kontrak selama satu bulan depan Laras. Namun, itu tidak jadi masalah kalau ada klien lain yang mau b
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Chapter 52

"Pasien kritis! Tolong hubungi keluarganya!"Johan dan Pak Irwan sangat terkejut saat dokter menyampaikan tentang kondisi Bagas. Lelaki itu terjatuh dari ketinggian sekitar sepuluh meter. Luka di kepala Bagas cukup serius. Bahkan dia belum sadar sejak tiba di rumah sakit tiga jam yang lalu."Saya sudah kirim pesan pada istrinya! Tapi mungkin belum bisa datang atau sedang di jalan," ucap Johan. Dia tampak sangat mencemaskan Bagas.Pak Irwan menoleh ke arah rekannya itu. "Gimana kalo hubungi orang tuanya saja?"Johan menoleh langsung.*"Apa?! Bagas di rumah sakit?!""Betul, Pak! Itu kabar yang saya terima dari Mas Johan!"Pak Handoko sangat terkejut mendengar kabar yang disampaikan oleh Triatno. Mereka sedang berada di ruang rapat. Sementara Purwanti juga sedang kurang sehat."Jangan katakan ini sama Ibu. Biar saya saja yang berangkat ke Kalimantan," ucap Pak Handoko.Triatno mengangguk."Aku sudah dengar, Pak!"Mereka dibuat sangat terkejut saat melihat Purwanti muncul. Perempuan itu
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Chapter 53

Kediaman Pak Danu pukul enam sore."Jadi, Bagas mengalami kecelakaan kerja sewaktu bertugas di Kalimantan?""Betul, Pak. Menurut informasi, Pak Handoko sudah memindahkan Mas Bagas ke rumah sakit miliknya di kota Solo."Pak Danu manggut-manggut mendengar penjelasan sekretarisnya yang bernama Jamal.Jamal datang menemui Pak Danu di rumahnya sore itu. Kebetulan pada saat itu Elsa dan Bu Retno juga sedang berada di rumah. Mereka mendengar kabar yang disampaikan oleh Jamal."Pa, aku ingin melihat kondisi Bagas!" Elsa tiba-tiba menyela di tengah keheningan itu.Bu Retno cuma menoleh ke arah putrinya lalu menatap ke arah Pak Danu. Dia ingin melihat tanggapan suaminya itu.Pak Danu menatap Elsa. "Kita bisa berangkat ke Solo besok."Elsa tersenyum puas. Lantas ia menoleh ke arah ibunya. Bu Retno cuma tersenyum menanggapi."Lantas bagaimana dengan persiapan sidang? Apa sudah ada keputusan?" Pak Danu bicara lagi pada Jamal setelah hening sejenak.Jamal mengangguk. "Sidang akan digelar dua pekan
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Chapter 54

Rumah Sakit Handoko Hospital pukul sepuluh pagi.Aktivitas berjalan seperti biasa. Para petugas rumah sakit tampak sibuk dengan rutinitas masing-masing. Juga lalu lalang orang-orang di sekitar, tidak terlihat ada yang janggal di sini.Di sebuah ruang tamu VIP intensif, Bagas terbaring lemas dengan beragam alat medis yang mengelilingi ranjang pasien di mana ia berada.Suara monitor Elektrokardiogram terdengar di seluruh ruangan. Juga tetesan air infus, Bagas berusaha membuka matanya."Dokter, Pasien sudah sadar!"Dokter Teo segera berlari memasuki ruang rawat VIP setelah mendengar teriakan seorang perawat.Bagas menatap semua orang yang datang dengan manik hitam yang tampak lemas."Nadinya sudah stabil. Cepat beritahu walinya!" perintah Dokter Teo setelah memeriksa kondisi Bagas.Perawat segera pergi untuk menjalankan perintah. Tak lama kemudian Pak Handoko dan Purwanti pun tiba di ruang rawat Bagas."Bagas, kamu sudah sadar, Nak?" Purwanti tersenyum haru menanggapi tatapan Bagas. Dia
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Chapter 55

Brak! Frans melempar selembar foto ke meja di depannya. Seorang Lelaki berperawakan tinggi kekar memicingkan mata menanggapi tatapan Frans. "Elo kan punya banyak anak buah di stasiun, coba suruh mereka cari cewek itu," ucap Frans. Lelaki bernama Baron yang berprofesi sebagai preman itu menatap ke arah Frans sebelum menyambar foto di depannya. Dipandangi foto itu lebih dulu lantas menatap pada Frans lagi. "Piaraan lu ini?" Frans mengangguk. "Dia tambang emas gue. Gue bisa bangkrut kalo dia nggak ketemu," jawabnya dengan wajah pusing. Baron manggut-manggut. Matanya kembali memandangi foto perempuan di tangannya. "Berani bayar berapa lu, kalo gue berhasil tangkep ini cewek?" katanya acuh tak acuh. Frans menatap Baron. "Berapa aja yang lu minta. Asalkan tuh cewek segera lu bawa ke sini." Baron manggut-manggut. "Urusan ginian mah kecil! Anak buah gue lagi pada nongkrong di stasiun. Gue tinggal telepon mereka aja." Frans mengangguk mantap. "Kalo gitu cepetan deh elu suruh mereka b
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Chapter 56

Brak!Tubuh Laras dilemparkan ke tengah ranjang oleh dua orang lelaki. Mereka lantas pergi setelah Baron melangkah memasuki kamar itu.Baron mengibaskan tangannya. Pintu kamar segera dikunci rapat. Dua orang lelaki geleng-geleng sambil tersenyum. Mereka segera meninggalkan tempat itu.Langkah Baron mendekat pada ranjang di mana Laras tergolek belum sadarkan diri di sana. Bibirnya menyeringai tipis memandangi perempuan itu."Frans, Frans, lu pikir gue percaya kalo lu bakal bayar anak buah gue? Gue tahu kalo elu itu licik! Gue juga nggak sudi ikutin perintah lu."Sambil berdiri di samping ranjang, Baron segera menanggalkan pakaiannya. Matanya tertuju pada perempuan di tengah ranjang. Ia segera merangkak naik.Laras masih belum sadarkan diri saat tangan bertato Baron melucuti semua kain dari tubuhnya. Lelaki itu meneguk liurnya saat tubuh polos Laras terpampang di depannya."Jadi, orang-orang bayar ratusan juta cuma buat elu?" desis Baron. Tangannya meremas bongkahan besar di bagian dep
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Chapter 57

"Baron!""Keluar lu!"Suara bising itu sampai ke telinga lelaki yang masih berada di tengah ranjang. Baron berdecak jengah. Sialan! Rupanya Frans dan anak buahnya sudah datang.Segera ia melepaskan perempuan yang sedang berada di bawah kendalinya. Laras terkulai tak berdaya di kasur. Dan Baron segera beringsut dari ranjang."Di mana bos kalian?! Suruh dia keluar!""Bangsat!"Frans marah-marah di depan markas Baron. Dia kesal karena Baron tidak menepati janjinya. Bukannya mengantar Laras padanya, lelaki itu malah menyekap Laras di markas mereka.Baron yang sudah berpakaian lengkap segera berjalan menuju teras di mana keributan sedang terjadi. Dia tersenyum remeh saat mata merah Frans menatapnya."Anjing! Di mana si Laras?!" Frans menyambar kerah jaket Baron seraya menatapnya tajam.Baron menanggapi dengan tenang. Bibirnya menyeringai tipis membalas tatapan Frans. Kemudian matanya melirik ke arah salah satu orang anak buahnya. Sang anak buah segera mengangguk setelah diberi isyarat.F
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Chapter 58

Dua hari kemudian.Laras mulai terjaga saat mencium wangi parfum yang dirasa tidak asing baginya. Matanya terbuka perlahan. Dilihatnya seorang lelaki yang sedang duduk di samping ranjang di mana ia terbaring saat ini."Laras, kamu sudah sadar?"Mas Bagas?Bibir pucat itu mengulas senyum diwarnai manik-manik lelah yang berbinar. Laras sangat senang melihat sosok di sampingnya itu.Melihat perempuan itu hendak bangkit, lelaki itu segera membantunya.Dan saat itu juga Laras menatap wajah laki-laki itu lamat-lamat setelah semua fantasinya buyar. Dia bukan Mas Bagas. Melainkan ..."Kamu jangan banyak gerak dulu. Kamu belum pulih benar."Suara lelaki itu membuat Laras terkejut. Ia menggeleng dengan tak percaya. Mustahil dia melihat wajah Bagas pada lelaki itu.Melihat perempuan itu menatapnya, Fandi tersenyum. "Aku senang melihat kamu yang sudah sadar. Kamu pingsan selama dua hari."Laras menggeleng dengan tatapan kecewa. Bukan! Bukan lelaki itu yang ia harapkan saat ini. Melainkan suaminy
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Chapter 59

"Aku tahu kamu tidak pernah sudi kalau aku yang merawat kamu. Aku minta maaf karena sudah memaksakan diri."Bagas menarik nafas dalam-dalam mendengar ucapan Elsa. Matanya melirik ke arah perempuan yang sedang duduk pada sofa di seberang ranjangnya.Sambil mengupas buah apel, mata Elsa menangkap pandangan Bagas. Ia tersenyum manis."Aku akan kembali ke Jakarta sore ini. Kamu juga udah baikan. Mungkin besok kamu juga sudah dibolehkan pulang." Elsa bicara lagi. Tangannya sibuk menata potongan buah apel di tengah piring.Bagas masih bergeming. Hanya matanya yang bergerak mengikuti langkah anggun Elsa. Perempuan itu itu tersenyum lalu meletakkan sepiring buah apel pada meja di samping ranjang pasien."Aku seneng lihat kamu udah sehat," ucapnya lalu mendaratkan bokongnya di tepi ranjang.Bagas masih terdiam sambil memperhatikan Elsa."Kamu pasti sangat kangen sama istri kamu, ya?" Elsa bicara lagi. Tangannya meraih satu potong apel lalu menyuapi Bagas.Laki-laki itu masih menatapnya dengan
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Chapter 60

Pagi yang dingin. Laras tampak sedang duduk menghadap meja rias di depannya. Subuh tadi Frans sudah mengirim pesan, jika dia harus melakukan transaksi pagi ini.Tadinya Laras berpikir untuk berhenti dengan pekerjaan kotor itu. Namun, kini Bagas sudah tiada. Hidupnya pun tidaklah berarti lagi.Pun bila dirinya berhenti menjadi perempuan panggilan, apa masih ada orang yang akan percaya padanya lagi?Laras putus asa. Dia bimbang untuk menentukan jalan hidupnya setelah kepergian Bagas.Sementara itu, lelaki yang sedang bergelung di dalam selimut mulai terjaga.Fandi terkejut saat meraba kasur di sampingnya yang sudah kosong.Laras?Segera lelaki itu membuka matanya. Dilihatnya punggung seorang perempuan yang sedang duduk menghadap meja rias. Laras sudah berdandan sepagi ini?Mau kemana dia?Segera disingkap selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Dengan hanya mengenakan celana boxer saja, Fandi segera menghampiri Laras.Sentuhan hangat di kedua bahu disertai kecupan di pipi membuatnya s
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status