Pagi itu, Nadia terbangun lebih awal dari biasanya. Matanya terasa berat karena kurang tidur. Pikirannya terus berputar semalam, mengulang-ulang percakapan yang ia dan Indra lakukan. Meski lelah, Nadia memaksakan diri bangun untuk memulai hari seperti biasa. Ia tak ingin Reza merasakan kecanggungan antara dirinya dan Indra.Di dapur, Nadia menyiapkan sarapan sambil melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi. Biasanya, pada waktu seperti ini, Indra sudah siap untuk berangkat ke kantor. Namun, pagi itu rumah masih sunyi. Nadia tahu, Indra pasti masih tidur setelah pulang larut malam.Reza keluar dari kamarnya dengan wajah cerah seperti biasa. Anak itu tidak menyadari pergolakan batin yang sedang dialami ibunya. Dia duduk di meja makan, memandang ibunya yang sibuk memasak.“Ibu, nanti aku boleh main ke rumah teman?” tanya Reza sambil menyuap nasi goreng yang baru saja diletakkan Nadia di depannya.Nadia tersenyum tipis. "Boleh,
Read more