Semua Bab Menjadi Istri yang Dilupakan: Bab 81 - Bab 90

123 Bab

Bab 81: Kesunyian yang Kian Dalam

Pagi itu, Nadia terbangun lebih awal dari biasanya. Matanya terasa berat karena kurang tidur. Pikirannya terus berputar semalam, mengulang-ulang percakapan yang ia dan Indra lakukan. Meski lelah, Nadia memaksakan diri bangun untuk memulai hari seperti biasa. Ia tak ingin Reza merasakan kecanggungan antara dirinya dan Indra.Di dapur, Nadia menyiapkan sarapan sambil melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi. Biasanya, pada waktu seperti ini, Indra sudah siap untuk berangkat ke kantor. Namun, pagi itu rumah masih sunyi. Nadia tahu, Indra pasti masih tidur setelah pulang larut malam.Reza keluar dari kamarnya dengan wajah cerah seperti biasa. Anak itu tidak menyadari pergolakan batin yang sedang dialami ibunya. Dia duduk di meja makan, memandang ibunya yang sibuk memasak.“Ibu, nanti aku boleh main ke rumah teman?” tanya Reza sambil menyuap nasi goreng yang baru saja diletakkan Nadia di depannya.Nadia tersenyum tipis. "Boleh,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-16
Baca selengkapnya

Bab 82: Tanda-Tanda Retaknya Rumah Tangga

Malam itu terasa begitu panjang bagi Nadia. Setelah konflik yang terjadi sore tadi, pikirannya terus berputar. Indra tak lagi berkata apa-apa sejak keluar dari ruang tamu, dan keheningan di rumah membuat Nadia semakin merasa terasing dalam dunianya sendiri. Di sebelahnya, Reza tertidur pulas, wajah polosnya tampak tenang, seakan tak menyadari apa pun yang terjadi di sekelilingnya. Nadia membelai rambut anaknya dengan lembut, menghela napas panjang untuk menenangkan hatinya yang gelisah.Keinginan untuk mempertahankan keluarganya semakin besar, tetapi pertanyaan tentang bagaimana melakukannya semakin sulit dijawab. Nadia menyadari bahwa meskipun ia terus mencoba untuk memperbaiki keadaan, Indra semakin sulit dijangkau. Perubahan sikapnya—dari pria yang bertanggung jawab menjadi sosok yang dingin dan penuh emosi—adalah sesuatu yang tak pernah ia bayangkan. Indra seolah bukan lagi pria yang dulu dinikahinya.Keesokan paginya, Nadia mencoba beraktivitas seperti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-17
Baca selengkapnya

Bab 83: Harapan yang Mulai Pudar

Pagi datang dengan sinar matahari yang perlahan mengintip dari celah-celah jendela kamar. Nadia membuka matanya dengan perasaan yang sama seperti kemarin—berat dan penuh kecemasan. Ia menatap langit-langit kamar, berpikir tentang percakapan singkatnya dengan Indra malam sebelumnya. Hatinya terasa sakit, tetapi ia mencoba bangkit dari tempat tidur untuk memulai hari yang baru. Reza masih tidur di kamar sebelah, sementara Indra sudah berangkat ke kantor, seperti biasanya, tanpa kata-kata, tanpa perhatian.Nadia duduk di tepi tempat tidur, memijat keningnya yang terasa sedikit pusing. Kepalanya penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Apakah masih ada jalan untuk memperbaiki pernikahannya? Bagaimana ia bisa bertahan jika setiap usahanya untuk berkomunikasi dengan Indra selalu berakhir dengan dinding dingin yang tak bisa ditembus? Namun, di sisi lain, Nadia masih ingin mempertahankan keluarganya. Ia tak ingin Reza tumbuh tanpa kehadiran seorang ayah."Reza butuh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-17
Baca selengkapnya

Bab 84: Cinta yang Semakin Pudar

Pagi itu, ketika matahari mulai menyinari jendela kamar, Nadia merasa tubuhnya begitu berat. Seolah ada beban tak kasat mata yang menahannya untuk bangun dari tempat tidur. Di sebelahnya, tempat tidur Indra sudah kosong. Ia tahu, suaminya pasti sudah berangkat kerja tanpa pamit lagi. Sudah menjadi rutinitas belakangan ini, Indra jarang sekali berpamitan. Nadia hanya bisa menghela napas, merasakan kelelahan mental yang kian hari semakin menumpuk.Nadia berjalan ke kamar Reza, menemui anaknya yang masih tertidur pulas. Senyum tipis muncul di wajahnya ketika melihat Reza yang tidur dengan tenang, seolah tak ada masalah di dunia ini. Bagi Reza, dunia masih sederhana. Belum ada konflik, belum ada perasaan terluka. Nadia ingin sekali menjaga anaknya agar tetap seperti itu—tak terpapar oleh masalah rumah tangganya. Namun, realitas semakin sulit untuk dihindari.Setelah menyiapkan sarapan dan membangunkan Reza, mereka duduk di meja makan bersama. Reza menatap ke kursi ko
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-18
Baca selengkapnya

Bab 85: Di Ambang Keputusan

Pagi itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Nadia bangun lebih awal, berharap bisa menikmati sedikit ketenangan sebelum hari yang berat dimulai lagi. Namun, di dalam dirinya, perasaan itu tetap sama: lelah, terjebak, dan bingung. Indra masih tertidur di sampingnya, wajahnya terlihat damai saat terlelap, sangat bertolak belakang dengan sikap dingin yang kerap ia tunjukkan ketika terjaga.Nadia berjalan pelan ke dapur, mencoba untuk tidak membuat suara. Di meja makan, ia duduk dengan secangkir teh hangat di tangannya, merenungkan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Selama beberapa bulan terakhir, ia merasa dirinya semakin hilang. Indra, yang dulu penuh perhatian dan peduli, sekarang menjadi sosok yang begitu asing. Setiap kata yang keluar dari mulutnya terasa seperti pisau yang menusuk hati Nadia.Namun, ia tak ingin menyerah begitu saja. Ada Reza—anaknya yang menjadi alasan ia tetap bertahan selama ini. Nadia tahu betul, jika ia memutuskan untuk pergi, Re
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-18
Baca selengkapnya

Bab 86: Batas Kesabaran

Pintu depan yang berderit membuat Nadia tersentak dari lamunannya. Indra muncul dari balik pintu, wajahnya lelah dan tampak lebih suram dari biasanya. Ia berdiri sejenak di ambang pintu, menatap Nadia yang duduk di sofa ruang tamu dengan wajah tak terbaca. Tidak ada senyuman, tidak ada sapa. Nadia tahu bahwa malam ini mungkin akan berakhir seperti malam-malam sebelumnya, di mana keheningan yang mencekam menggantikan percakapan.Namun, ada sesuatu dalam sikap Indra malam itu yang membuat Nadia merasa tidak nyaman. Sikapnya lebih kaku, dan tatapan matanya seolah membawa beban yang jauh lebih berat. Mungkinkah ini saatnya Indra akan bicara? Ataukah, seperti biasanya, ia hanya akan mengeluh tentang pekerjaannya dan mengabaikan perasaan Nadia?"Kenapa masih bangun?" suara Indra akhirnya memecah keheningan, namun nada suaranya tetap dingin.Nadia meneguk ludah, menyiapkan dirinya untuk menjawab dengan tenang meski hatinya bergejolak. “Aku menunggumu,” jawa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-19
Baca selengkapnya

Bab 87: Kabar yang Tak Diduga

Pagi hari di rumah Nadia dimulai dengan keheningan. Reza sudah berangkat sekolah dengan wajah ceria, sementara Nadia masih merasa beban emosional dari percakapan malam sebelumnya dengan Indra. Suasana rumah yang sepi semakin menambah rasa sunyi dalam hatinya. Ia duduk di meja makan, memandang cangkir kopi yang belum disentuh.Nadia mendesah panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Meski begitu, kegelisahan tetap merayap, terutama setelah pembicaraan terakhirnya dengan Indra. Dingin dan jarak yang semakin terasa dari suaminya membuat Nadia semakin sulit bertahan. Namun, ia selalu memaksa dirinya untuk tidak menyerah, karena ia percaya bahwa demi Reza, keluarga ini harus tetap utuh.Saat ia berusaha mengalihkan pikirannya dengan tugas rumah tangga, tiba-tiba ponselnya bergetar di atas meja. Ia meraih ponselnya dengan cepat, berharap itu pesan dari Indra—mungkin sebuah permintaan maaf atau sekadar kabar. Namun, ketika dilihatnya, nama di layar bukanlah Indra. Itu se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-19
Baca selengkapnya

Bab 88: Mencari Kebenaran

Keesokan paginya, Nadia bangun dengan perasaan yang bercampur aduk. Setelah telepon dari Tika kemarin, hatinya masih diselimuti rasa tak nyaman yang begitu kuat. Di satu sisi, ia merasa ada sesuatu yang salah dengan pernikahannya, tapi di sisi lain, ia masih ingin percaya bahwa mungkin semua itu hanya kesalahpahaman.Nadia berjalan pelan menuju dapur, mencoba mengalihkan pikirannya dengan menyiapkan sarapan untuk Reza. Reza duduk di meja makan, menikmati sereal kesukaannya. Saat ia menatap anaknya, ada rasa sakit yang menusuk hati Nadia. Apa yang akan terjadi pada Reza jika rumah tangga ini benar-benar hancur? Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya."Bu, kok diam aja? Aku mau susu," suara kecil Reza membuyarkan lamunannya.Nadia tersenyum kecil, berusaha menyembunyikan kegelisahan dalam dirinya. "Iya, nak, ibu ambilin," jawabnya sambil mengambil kotak susu dari kulkas.Namun, di balik senyum itu, Nadia tahu bahwa ada keputusan besar yang harus ia buat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-20
Baca selengkapnya

Bab 89: Kesunyian yang Menyesakkan

Malam itu, setelah percakapan singkat mereka di meja makan, Nadia merasa seolah-olah ada dinding yang tidak terlihat memisahkan dirinya dan Indra. Setiap kali ia mencoba berbicara lebih dalam, Indra selalu menjawab dengan kata-kata singkat yang seolah mengakhiri percakapan sebelum sempat dimulai. Kesunyian itu terasa begitu menyesakkan, membuat Nadia merasa semakin jauh dari suaminya.Setelah Reza tidur, Nadia duduk sendirian di ruang tamu. Pikirannya berkecamuk, tidak bisa berhenti memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang menghantui. Ia menggenggam ponselnya, jari-jarinya bergerak pelan seolah ingin menghubungi nomor yang ia catat dari ponsel Indra, namun ia ragu. Apakah ia benar-benar siap untuk tahu siapa pemilik nomor itu? Apakah ia siap mendengar kebenaran yang mungkin akan menghancurkan segala harapan yang ia bangun selama ini?Perlahan-lahan, Nadia menurunkan ponselnya dan menatap jendela ruang tamu. Angin malam berembus pelan, menggerakkan tirai dengan lembut. K
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-20
Baca selengkapnya

Bab 90: Deru Emosi yang Tak Terbendung

Matahari baru saja terbit, sinarnya perlahan menembus sela-sela tirai kamar, tetapi tidak ada kehangatan yang terasa di hati Nadia. Ia terbangun lebih awal dari biasanya, merasa perutnya seperti diikat simpul ketat, tak nyaman. Tatapannya kosong menatap langit-langit kamar, sementara di sebelahnya, Indra masih terlelap, wajahnya tampak damai seolah tak ada beban yang ia rasakan. Namun, Nadia tahu bahwa di balik kedamaian itu ada kekosongan yang menyelimuti rumah tangga mereka.Pagi ini, ia memutuskan untuk tidak membangunkan Indra seperti biasanya. Biarkan saja dia tidur, pikirnya. Nadia beranjak perlahan dari tempat tidur, mengenakan sandal rumah dan berjalan keluar kamar tanpa suara. Pikiran tentang pesan terakhir dari Tika semalam terus membayanginya, dan meski hatinya masih diliputi keraguan, ada dorongan kuat untuk segera mencari tahu lebih jauh.Di dapur, Nadia mulai menyiapkan sarapan. Tangannya dengan otomatis memotong roti dan menggoreng telur, meski pikiranny
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status