Home / Romansa / Wanita Kedua / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Wanita Kedua: Chapter 11 - Chapter 20

97 Chapters

Beri Mereka Pelajaran!

Anna menghela napas dalam dan menghembuskan dengan kekesalan."Aku bukannya nyerah. Kalau saja Pak Alan tidak menelponku dan mengatakan sesuatu yang harus aku lakukan malam ini juga, aku nggak akan mau ngomongin ini sama kamu.""Alan? Yang menelponmu barusan itu Alan? Aku kira itu tadi ibumu. Kamukan masih kecil, mungkin saja takut kenapa main belum pulang-pulang," canda Aditya sambil menahan senyuman."Bukan!" kesal Anna. "Ada urusan bisnis. Dua klien baru minta dadakan bertemu malam ini juga, karena besok pagi mereka harus ke luar negeri.""Terus?""Pak Alan meminta aku... dan kamu juga sih, buat nemenin bertemu mereka. Kamu akan di libatkan juga," sahutan dengan napas tersengal-sengal karena Anna mengatakannya dengan cepat."Terus?""Ya, kita bertiga nanti menemui mereka. Kliennya ada dua orang. Aku nggak tahu, dua-duanya itu kerjasama jadi satu atau sendiri-sendiri.""Terus?""Terus ya... kita temui mereka di apartemenmu... lobby apartemenmu tepatnya." Anna ngos-ngosan karena Adit
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

Napas Bau Alkohol

2. Bau alkohol "Kamu mau apa, Mas?" Anna berancang-ancang menahan Aditya, tapi Aditya tak menggubris ketakutan Anna, tapi justru membuka pintu mobil. "Mas. Jangan keluar. Kalau mereka melukaimu bagaimana?" Anna masih berusaha menahan Aditya dengan menarik lengan bajunya. "Aku yang akan melukai mereka terlebih dahulu!" "Mas! Aduuh. Kamu ini." Terlambat buat Anna untuk mencegah Aditya keluar, karena anak-anak berandalan yang berada di luar menatap ke arah Aditya. "Kamu. Di dalam saja, dan saksikan pertunjukan, mengerti!" "Tapi, Mas..." Pintu tertutup, dan Anna hanya bisa diam dan menyaksikan apa yang akan terjadi di luar sana. Anna juga sesekali menyaksikan angka berupa hitungan detik untuk menunjukkan berapa lama lampu merah itu akan menyala. Waktu menunjukkan detik ke-20. Perkiraan Anna masih ada kira-kira 40 detik ke depan bila perkiraan memang benar, kalau hitungan sekali jalan lampu merah menyala adalah satu menit atau 60 detik. Aditya terlihat berbicara dengan seorang an
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

Geregetan!

Setiap kali mengaca di kamar mandi, seperti sebuah pengingat buat Anna soal keberadaan Aditya. Keraguan terbesit di sana. Anna belum berani menceritakan pada siapa-siapa, selain hanya pada dirinya sendiri. "Tuh kan, Anna. Kamu di buat terpana lagi." Pertahanan Anna mulai runtuh lagi. "Apa yang di lakukan Mas Aditya tadi tuh keren banget. Belum pernah aku lihat cowok so gentleman kayak dia." Sedetik kemudian Anna tertunduk lesu saat melihat jam tangan dan mendapati waku sudah menunjukkan pukul 7 lewat lima menit, kepanikan langsung menghampiri Anna. "Aduh. Bisa ngomel itu Tuan Judes kalau aku kelamaan." Anna kemudian mundur beberapa langkah, untuk lebih memastikan kerapian penampilannya, tapi hanya sebentar saja Anna kemudian segera menyambar tasnya dan berjalan cepat ke arah luar. Anna jadi gugup, karena tidak di jumpai Aditya di luar kamar mandi seperti baisanya. Aditya selalu menunggunya bila berada di kamar mandi khusus wanita meskipun itu dalam waktu yang lumayan lama. Da
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

Pembicaraan Serius Hanya Berdua

Saat akan mengikuti langkah Aditya, Anna yang melewati area lobby lounge, menyempatkan diri untuk melihat keluar. Di lihatnya langit masih dipenuhi air hujan deras disertai kilatan petir tak henti-hentinya menyambar. Keinginan untuk segera pulang tampaknya belum mungkin Anna lakukan saat ini. Kini Anna berada di tengah-tengah lobby lounge, antara melihat ke luar dan ke arah Aditya yang sudah berada di depan lift. Anna mengalami kebimbangan. Apakah akan menunggu hujan reda di salah satu sofa di lobby lounge itu ataukah mengobati rasa penasaran dengan mendengarkan cerita Aditya soal apa saja yang di bisikkan atasannya tadi pada Aditya. Anna kembali beralih ke arah luar setelah melihat Aditya dan tampak hujan masih terlihat deras. "Tapikan aku nggak boleh terlalu dekat dengannya. Nggak boleh!" gumam Anna dalam lingkaran antara setan dan malaikat. "Tapi kepingin tahu banget. Gimana, dong?" tanyanya pada diri sendiri. Saat beralih lagi ke Aditya. Anna terkejut, karena Aditya te
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

Hanya Aku Yang Bisa Melindungimu

"Anna. Mulai sekarang kamu harus hati-hati." "Ke kenapa?" "Jangan sembarangan bercerita sama orang lain, meskipun itu sahabatmu sendiri. Mulai sekarang kalau ada yang ingin kamu bicarakan atau tanyakan soal Alan dan yang berhubungan dengan pekerjaanmu, soal apapun itu yang ada hubungannya denganku juga, kamu harus mengatakannya padaku dulu. Kamu mengerti Anna?" Mata Anna terbelalak. "Aku...iya..." Aditya langsung menyambar memberi kesimpulan sendiri. "Berarti kamu mengerti!" Aditya lalu menarik tangan Anna lagi, tapi kali ini adalah telapak tangannya. "Dengar. Aku bertanya padamu dahulu." "Apa itu?" Anna menatap pada tangan Aditya yang menggenggamngnya, tapi di biarkan saja, tidak ada penolakan sama sekali dari Anna. Tapi Aditya melepaskan genggamannya itu dengan lembut. Anna segera bergeser kembali pada tempat duduknya semula, tangannya memegang dadanya, mengatur nada jantung yang berdetak tak beraturan antara senang tapi juga takut. Ketakutan akan perasaan yang tersimpan di h
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

Tamu Tak Terduga

"Cuma kamu yang bisa melindungiku?"Anna masih mencerna kata-kata yang barusan di ucapkan oleh Aditya. Bagi Anna, persoalan di antara mereka berdua tak perlu di anggap berlebihan, karena hanyalah urusan pekerjaan dan secara tak sengaja memergoki atasannya sedang bermain api di belakang istrinya.Sedangkan Aditya masih menatap Anna, menunggu respon darinya."Perlindungan seperti apa maksudmu, Mas?" Anna yang belum paham. "Memang setelah mengetahui perselingkuhan Pak Alan nyawaku bakal terancam, gitu? Jujur saja, pikiranku nggak seribet itu. Aku sudah berniat, besok hari senin akan menghapus videonya tadi, malahan akan aku lakukan di depan Pak Alan sendiri, karena aku juga bukan tipe orang yang suka gosip sana-sini. Diam saja, cari aman. Kalaupun sudah tahu, orang lain yang sebelumnya belum tahu akan mendapatkan informasi kalau bisa tidak dari mulutku. Kalau perlu seperti yang Mas Aditya bilang tadi. Aku juga nggak akan cerita ke sahabatku sendiri, walaupun dia orang yang bisa di percay
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

Aku Menyukai Kirana

Mata Ibu Sari terbelalak tak percaya. Melihat anaknya, Anna dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Dandanan Anna yang tidak pernah seperti yang di lihatnya selama ini. Di tatap mata Anna dengan tajam. Apa yang di kenakannya ini tentu barang-barang yang nggak akan mungkin dia belikan ataupun terbeli dengan gaji Anna sekalipun. Terlebih lagi, keberadaan Anna di dalam apartemen seorang pria seperti saat ini, tentu saja membuat Sari tak menyangka sama sekali. Anna terdiam sambil tertunduk, menggigit bibir bawah dan tangannya memegang erat evening gownnya. Anna masih tak mampu dan bingung bagaimana harus menjelaskan alasan keberadaannya di dalam apartemen Aditya sekarang. Anna masih mengingat betul pagi tadi sudah terlanjur memberi alasan pada Sari kalau sedang ada janji dengan Vani, teman kantornya untuk pergi bersama ke suatu tempat yang belum mereka berdua tentukan. "Lho. Apa dia ibumu, Anna?" tanya Aditya kemudian untuk mencairkan kebekuan, dan Anna mengangguk pelan kemudian
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

Jangan Cintai Dia

"Tentu saja aku sadar waktu mengatakannya, Anna." Ada nada kekesalan dari Aditya menanggapi pertanyaam tapi cenderung meremehkan dari Anna barusan. "Kamu kira, sewaktu aku menyatakan perasaanku pertama kali tadi, aku ini cuma main-main. Kamu kira aku hanya ingin mempermainkanmu, hah?" "Maaf." Hanya itu yang bisa Anna berikan sebagai jawaban. "Asal kamu tahu, aku tidak pernah main-maim kalau sudah menyangkut perasaan. Aku tidak mau terlalu bersandiwara, pura-pura saja." "Bukan begitu maksudku. Aku hanya beranggapan kalau kamu nggak akan mungkin punya perasaan itu padaku. Itu saja kok." "Kalau aku nggak serius mana mungkin aku akan bicara di depan ibumu seperti ini?" Anna tertunduk untuk kesekian kalinya. "Maaf." Hanya itu yang bisa Anna berikan sebagai jawaban. Satu hal yang baru pertama kali Anna lihat pada diri Aditya. Sesiangan dia bersikap dingin dan ketus pada Anna, tapi sekarang, di hadapan ibunya, Aditya bersikap seperti anak kecil yang manja, meminta keinginannya di turut
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

Tuduhan Tiba-Tiba

Ketika hari kembali berawal. Suasana sedikit berubah bagi Anna, karena takdir bertemu dengan seorang pria bernama Aditya. Hari-hari penuh warna seketika juga bermula. Setelah mengantar ibunya bekerja di unit apartment milik Aditya. Sari mendapatkan fasilitas satu unit apartemen berukuran lebih kecil di lantai lain, guna keperluan pekerjaan dan kenyamanan, dimana Aditya tidak selalu berada di kondominiumnya. Semula Aditya menempati unit di lantai 7, kemudian seminggu yang lalu unit itu di pakai sebagai tempat Ibu Sari memasak dan beristirahat. Baru dua bulan Aditya membeli kondominium yang ada di lantai teratas tersebut. Sedangkan Anna, bergegas ke kantor setelah mengantar ibunya. Untuk sesaat Anna tidak memikirkan soal Aditya, tidak untuk saat ini. Anna berpikir, bilamana dia berkonsentrasi dengan kesibukan kerja, ada kemungkinan untuk melupakan Aditya. Kali ini harapan Anna adalah fokus hanya pada karier, jabatan baru, dan Alan. Atasan dengan penilaian berbeda-beda dari bebebepa
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

Di Permainkan

"Tapi, saya benar-benar tidak tahu, Pak?" "Masa sih, kamu tidak tahu!" Alan masih bersikukuh. Alan lalu meraih sebuah berkas dari tumpukan kertas yang dia bawa ke OHP. Alan membuka salah satu lembar dari kontrak perjanjian antara dua perusahaan kontraktor yang menjadi sebuah pemberitahuan laporan keuangan dengan tujuan sebagai bahan pertimbangan pengajuan proposal kontrak investasi pada salah satu badan usaha milik pemerintah daerah. Kemudian di bagian terakhir berkas itu terdapat nama Anna yang tertulis sebagai orang yang mengetik dokumen kontrak antara dua perusahaan tersebut. Seketika itu pula, semua mata yang berada di satu ruangan meeting itu tertuju pada Anna. Anna berniat mengatakan sesuatu, tapi Alan tampak mendahuluinya. "Kamu sudah tidak bisa lagi memungkiri bukti tulisan yang aku pegang ini, Anna. Ini merupakan bukti valid. Untuk kali ini aku memaafkan tindakan kamu, karena aku percaya sepenuhnya pada kamu. Tapi, besar harapan yang aku berikan padamu agar lain kal
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more
PREV
123456
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status