Beranda / Romansa / Wanita Kedua / Aku Menyukai Kirana

Share

Aku Menyukai Kirana

Penulis: Sugar Baby
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-23 16:09:05

Mata Ibu Sari terbelalak tak percaya. Melihat anaknya, Anna dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Dandanan Anna yang tidak pernah seperti yang di lihatnya selama ini.

Di tatap mata Anna dengan tajam. Apa yang di kenakannya ini tentu barang-barang yang nggak akan mungkin dia belikan ataupun terbeli dengan gaji Anna sekalipun. Terlebih lagi, keberadaan Anna di dalam apartemen seorang pria seperti saat ini, tentu saja membuat Sari tak menyangka sama sekali.

Anna terdiam sambil tertunduk, menggigit bibir bawah dan tangannya memegang erat evening gownnya.

Anna masih tak mampu dan bingung bagaimana harus menjelaskan alasan keberadaannya di dalam apartemen Aditya sekarang. Anna masih mengingat betul pagi tadi sudah terlanjur memberi alasan pada Sari kalau sedang ada janji dengan Vani, teman kantornya untuk pergi bersama ke suatu tempat yang belum mereka berdua tentukan.

"Lho. Apa dia ibumu, Anna?" tanya Aditya kemudian untuk mencairkan kebekuan, dan Anna mengangguk pelan kemudian
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Kedua   Jangan Cintai Dia

    "Tentu saja aku sadar waktu mengatakannya, Anna." Ada nada kekesalan dari Aditya menanggapi pertanyaam tapi cenderung meremehkan dari Anna barusan. "Kamu kira, sewaktu aku menyatakan perasaanku pertama kali tadi, aku ini cuma main-main. Kamu kira aku hanya ingin mempermainkanmu, hah?" "Maaf." Hanya itu yang bisa Anna berikan sebagai jawaban. "Asal kamu tahu, aku tidak pernah main-maim kalau sudah menyangkut perasaan. Aku tidak mau terlalu bersandiwara, pura-pura saja." "Bukan begitu maksudku. Aku hanya beranggapan kalau kamu nggak akan mungkin punya perasaan itu padaku. Itu saja kok." "Kalau aku nggak serius mana mungkin aku akan bicara di depan ibumu seperti ini?" Anna tertunduk untuk kesekian kalinya. "Maaf." Hanya itu yang bisa Anna berikan sebagai jawaban. Satu hal yang baru pertama kali Anna lihat pada diri Aditya. Sesiangan dia bersikap dingin dan ketus pada Anna, tapi sekarang, di hadapan ibunya, Aditya bersikap seperti anak kecil yang manja, meminta keinginannya di turut

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Wanita Kedua   Tuduhan Tiba-Tiba

    Ketika hari kembali berawal. Suasana sedikit berubah bagi Anna, karena takdir bertemu dengan seorang pria bernama Aditya. Hari-hari penuh warna seketika juga bermula. Setelah mengantar ibunya bekerja di unit apartment milik Aditya. Sari mendapatkan fasilitas satu unit apartemen berukuran lebih kecil di lantai lain, guna keperluan pekerjaan dan kenyamanan, dimana Aditya tidak selalu berada di kondominiumnya. Semula Aditya menempati unit di lantai 7, kemudian seminggu yang lalu unit itu di pakai sebagai tempat Ibu Sari memasak dan beristirahat. Baru dua bulan Aditya membeli kondominium yang ada di lantai teratas tersebut. Sedangkan Anna, bergegas ke kantor setelah mengantar ibunya. Untuk sesaat Anna tidak memikirkan soal Aditya, tidak untuk saat ini. Anna berpikir, bilamana dia berkonsentrasi dengan kesibukan kerja, ada kemungkinan untuk melupakan Aditya. Kali ini harapan Anna adalah fokus hanya pada karier, jabatan baru, dan Alan. Atasan dengan penilaian berbeda-beda dari bebebepa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Wanita Kedua   Di Permainkan

    "Tapi, saya benar-benar tidak tahu, Pak?" "Masa sih, kamu tidak tahu!" Alan masih bersikukuh. Alan lalu meraih sebuah berkas dari tumpukan kertas yang dia bawa ke OHP. Alan membuka salah satu lembar dari kontrak perjanjian antara dua perusahaan kontraktor yang menjadi sebuah pemberitahuan laporan keuangan dengan tujuan sebagai bahan pertimbangan pengajuan proposal kontrak investasi pada salah satu badan usaha milik pemerintah daerah. Kemudian di bagian terakhir berkas itu terdapat nama Anna yang tertulis sebagai orang yang mengetik dokumen kontrak antara dua perusahaan tersebut. Seketika itu pula, semua mata yang berada di satu ruangan meeting itu tertuju pada Anna. Anna berniat mengatakan sesuatu, tapi Alan tampak mendahuluinya. "Kamu sudah tidak bisa lagi memungkiri bukti tulisan yang aku pegang ini, Anna. Ini merupakan bukti valid. Untuk kali ini aku memaafkan tindakan kamu, karena aku percaya sepenuhnya pada kamu. Tapi, besar harapan yang aku berikan padamu agar lain kal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Wanita Kedua   Bertemu Lagi

    Dengan penuh keberanian, Anna mengatakan kalau tak ingin di permainkan oleh Alan.Alan sendiri tersenyum menanggapinya. "Anna. Aku hanya ingin mengetesmu. Tidak ada maksud lain.""Tapi, berkas itu. Terlihat jelas tertera nama saya di sana. Bagaimana caranya, Pak?""Itu hal yang sangat mudah, Anna. Aku tinggal memanipulasi satu lembar itu saja dengan data dan tanda tanganmu. It's easy for me."Ekspresi masam Anna yang jadi tanggapanny terhadap tindakan Alan yang menurutnya tidaklah lucu."Kembalilah bekerja. Kembali ke ruanganmu. Aku banyak kerjaan.""Baik, Pak." Anna buru-buru keluar dari ruangan Alan dengan perasaan kesal. Anna bahkan tak ingin menoleh lagi ke arah Alan. Anna merasa di permainkan.Sesampai di ruangannya, Anna membuka file-file milik Vera yang masih tersimpan. Sebuah pemikiran terbesit, apa alasan hingga Vera memutuskan resign dari pekerjaannya secara tiba-tiba? Apakah dia mendapat perlakuan yang sama dengan yang di alaminya barusan? Pertanyaan yang akan Anna cari jaw

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Wanita Kedua   Curi-Curi Pandang

    Menjelang pukul 10.00 Setelah Alan mempersilahkan para tamunya masuk ke dalam ruang terima tamu di lobby kantornya, Anna memposisikan diri duduk di samping atasannya ini, berhadapan dengan Aditya yang mendampingi dua tamu sekaligus sebagai penerjemah. "Nimen hao! Zaoshang hao." Suara Aditya menyampaikan salam jumpa dan selamat pagi kepada kedua tamu yang merupakan investor dari China, sebagai pembuka pertemuan mereka ini. Hati Anna berdesir saat mendengar tiap kali Aditya berbicara dalam dua bahasa asing sekaligus, bahasa Inggris dan China. Pikirannya tidak dapat sepenuhnya fokus. Saat kedua tamu berbicara dengan menggunakan bahasa inggris, Anna akan memperhatikan dengan serius, sesekali mencatat hal-hal yang sekiranya penting. Tetapi saat para tamu menggunakan bahasa mandarin dan meminta Aditya menerjemahkan kepada Alan dan sebaliknya, Anna langsung menunduk menuliskan sesuatu pada notenya sebagai kesibukan. Bahkan bukan hal yang penting, hanya untuk mengalihkan pikiran dan menutu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Wanita Kedua   Sudah Kebelet

    Satu menit kemudian, di dalam ruangan Anna. Muka masam dengan kerutan di dahi, begitu juga dengan gumaman kekesalan jadi pemandangan di dalamnya.. "Tiga menit? Apa-apaan suruh orang secepat itu! Kan harus beresin berkas dulu. Belum lagi rapiin penampilan," gerutuan Anna masih saja kesal karena Aditya memberinya waktu hanya 3 menit saja untuk bersiap. Anna menyambar satchel bagnya, kemudian merapikan sebentar meja kerjanya, dan buru-buru kembali berlari menuju ke lobby kantor, hingga sampai berada di dekat lift. Ketiga pria yang berdiri di depan lift tersebut tersenyum saat melihat Anna berlari mendekat. Anna mengangguk kepada dua orang tamu atasannya dan Aditya itu, dan tak menghiraukan Aditya yang berada di dekatnya, mendekat pada Anna dan membisikkan sesuatu. "Kenapa harus berlari? Ini bukan rebutan nunggu antrian masuk KRL!" goda Aditya pada Anna sambil memandangnya dengan senyuman geli karena melihat ekspresi wajah Anna seperti orang ketakutan ketinggalan kereta sekaligus cembe

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Wanita Kedua   Di Manfaatkan

    Walaupun kesal karena Anna seolah acuh padanya, tapi Aditya tetap berbalik badan dan mengikuti arah kemana Anna pergi. Aditya memperhatikan Ana dari arah belakang saat dia berjalan. Diam-diam Aditya tersenyum saat Anna mengalihkan pandangan kepadanya sekilas namun tetap berjalan mengacuhkannya. Hati Aditya terusik dengan apa yang di lakukan Anna tersebut, dan apa yang di rasakannya sendiri saat ini. Dia laki-laki dewasa yang bertemu dengan wanita berjarak umur hampir 10 tahun dengannya, tapi mampu membuatnya kembali seperti menjadi remaja lagi. Aditya bahkan tersenyum geli sendiri dengan apa yang di pikirkannya sekarang, namun dia menikmati pikirannya ini. Saat-saat bersama dengan Anna, dia merasa seperti seorang bapak yang mangajak jalan anak perempuan kecilnya. Banyak pertanyaan polos darinya yang baru saja melihat dunia. Walau kadang kesal kenapa tidak dia sendiri mencari jawabannya, tapi justru hal itu membuat hatinya bahagia. Aditya membayangkan kalau saja Anna merengek pad

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Wanita Kedua   Pindah Semua

    "Aku akui kadang aku kesal dengan Alan karena dia sering berlaku tidak fair dalam menangani suatu tender bersama-sama. Dan bodohnya, aku masih saja bersedia di ajaknya bekerjasama."Anna terperangah dengan pengakuan Aditya ini. Ada hal lain lagi dari atasannya yang kini dia ketahui." Mungkin karena kredibilitas ayah mertuanya yang sudah lama aku kenal. Bahkan aku sering berpikiran akan lepas kerjasama dengan Alan dan mulai menjalani semua sendiri. Itu yang sudah aku lakukan. Meskipun harus dari awal, tanpa Alan, tanpa ..." Aditya tiba-tiba beralih ke minuman yang ada di depan mereka, "Minumlah dulu!" Aditya terlihat telah mengalihkan pembicaraan, memutupi sesuatu.Anna tidak berani menanyakan apa kelanjutan dari kata-kata Aditya tadi, meskipun sudah bisa menafsirkan kemana arahnya. Anna sudah hafal gelagat Aditya satu itu. Berarti dia tidak ingin membahas batas yang masih di simpannya. Kalau dia sudah merasa perlu mengatakan, Aditya akan mengatakannya, jadi Anna hanya bisa diam dan b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25

Bab terbaru

  • Wanita Kedua   Bagaimana Ivan Tahu?

    Perkataan Ivan mempunyai dua sisi baginya. Pertama, sebagai sanjungan pertama yang di dengarnya selama di rumah ibunya Aditya, yang kedua berkaitan dengan emosi Aditya, yang akan bertambah sinis pada Ivan.Anna menatap terang-terangan ke arah Aditya yang tercengang dengan ucapan Ivan.'Hei singa, tenanglah! Dia hanya memujiku, bukan mau merebutku!'Aditya bergerak, sedikit memundurkan letak duduknya, mengendalikan rasa tidak nyaman."Iya, tentu saja. Karena dia istriku," tegasnya tanpa ekspresi. Anna mengira Aditya memang tidak berniat menampakkan ekspresi apa-apa, hanya bersikap dingin seperti biasanya.Pandangan Ivan beralih pada Anna, dan langsung di balasnya dengan senyuman. Rasanya naif buat Anna kalau tidak tersenyum pada pria itu, karena dia benar-benar seperti cowboy Texas dengan garis wajah old westnya yang tampan."Anna, kamu bekerja di perusahaan bidang apa?" tanya Ivan berat dan dalam. Ivan merasa mendapat peluang mengambil alih pembicaraan, yang tadi hanya di isi percakap

  • Wanita Kedua   Boomerang Dari Ucapannya Sendiri

    Selama perjalanan menuju ke rumah Ivan. Masih saja terjadi adu argumentasi antara Anna dan Aditya. Hal yang masih mengganjal pada pikiran, selalu saja segera di ungkapkan. "Apa pentingnya kamu bertemu dengan Fita?" tanya Aditya seketika. Merasa heran, karena Anna terlihat sangat ingin melakukannya, bahkan seperti memaksakan diri. "Dia orang pertama yang menyadarkanku suatu hal," sahut Anna mencoba memberi jawaban masuk akal buat Aditya yang rasional person. Memang benar, selama di pesawat menuju ke tempat Aditya berada saat ini, Anna banyak mengobrol dengan wanita itu. Seornag wanita yang sudah menikah tiga kali dan kemudian menyadari kalau pernikahan tidak hanya sebuah skin to skin relationship, tapi juga pengorbanan. Pengorbanan yang tidak hanya satu, dua, tapi bisa mengorbankan banyak hal, dengan harapan mendapatkan imbalan yang manis, dan itulah yang ingin di dapatkan dalam sebuah pernikahan. "Apa itu?" sahut Aditya sangat ingin tahu. Anna menghela napas dalam-dalam sebelum

  • Wanita Kedua   Lebih Buas Daripada Kandang Singa

    Anna menatap sebuah benda dalam jepitan kedua jarinya dengan perasaan campur aduk. Sebenarnya, Aditya yang berniat membuangnya, tapi karena rasa ingin tahunya lebih besar dari rasa jijiknya, jadi Anna ngotot minta dia saja yang membuangnya. "Owh, jadi begini?" ucapnya pelan, lalu segera di buang cepat-cepat ke tempat sampah. Tanpa di sadari, Aditya telah membuntutinya dari arah belakang. Laki-laki itu tertawa tak tertahankan. "Sekarang kamu tahukan?" candanya, masih dengan tawanya. Anna berlari kecil melewati Aditya, "Aku nggak mau tahu lagi!" balas Anna, kedua tangannya melambai, ekspresi wajahnya cemberut. Aditya menyeringai. "Nggak mau tahu, tapi dianya yang ngebet duluan!" Setelah membersihkan diri bersama, masih menggunakan handuk mantelnya, Anna berlari ke arah lemari dan memilih baju yang akan di kenakan nanti. "Kalau kamu nggak mau datang, tak apa, aku janjian sama Fita aja," seru Anna sesaat setelah berpakain dan sambil menyiapkan hair dryer, mengeringkan rambu

  • Wanita Kedua   Cinta Timbal Balik

    Anna kemudian turun dari mobil secara enggan dan perlahan. Bertemu anak-anak saudara ibu Aditya di jadikan Anna sebagai kamuflase rasa canggung yang masih di rasakannya ketika harus berhadapan dengan adik-adik dari mendiang ibu Aditya. Anna berusaha mengajak mereka mengobrol di selingi canda."Jadi, kalian akan pulang sekarang? Tante juga akan pulang besok," ucapnya memulai pembicaraan, berjongkok dengan satu kaki menekuk, juga menggandeng si kembar. Mereka berdualah yang paling syok saat dirinya teriak kala bersama Aditya menjalin pelukan di bawah selimut pagi itu."Tante sama Om nanti ke sini lagi, kan?" tanya Kiki."Tentu saja. Tante bahkan sekarang sudah tahu mana yang Kiki dan mana yang Koko, kalian di bedakan dari garis panjang seperti lesung pada pipi kiri saat tersenyum, yaitu padamu Koko." balas Anna, lalu beralih cepat ke arah Koko, dan anak itu tersenyum setelah di kejutkan Anna yang di lakukannya secara sengaja itu.Kiki lebih cerewet dan banyak tanya, sedang Koko lebih ba

  • Wanita Kedua   Heyna Pilihan Singa

    Ketidaktahuan cerita yang sebenarnya, membuat Anna berusaha bijak. "Para singa berasal dari kumpulan yang sama, apa kau tega membiarkan kami para heyna betina kelaparan?" sahutnya dengan melingkarkan kedua tangannya pada lengan Aditya dengan manja, membuat Fita jadi terkekeh, Ronny dan Ivan yang menyaksikan juga jadi tersenyum. Urat syaraf pada kening Aditya berdenyut, dia berpikir sejenak menentukan apa jawabannya sebelun akhirnyapun menjawab. "Lebih baik kau siapkan tidak hanya satu daging, karena itu tidak cukup bagi seorang singa yang mudah marah," balas Aditya diplomatis, lalu dia menarik tangan Anna mengajaknya meninggalkan area pemakaman dan orang-orang yang di temui setelah berpamitan.Setelah keduanya berjalan menjauh, Adityapun melanjutkan isi dalam pikiran yang belum di utarakan semua. "Singa dan heyna tidak pernah akur. Lain kali, sepertinya aku harus berhati-hati dengan wanita yang menganggap dirinya heyna betina di sampingku ini, kalau tidak aku akan menerkamnya terleb

  • Wanita Kedua   Ivan

    "Anna, aku nggak pake pengaman lagi." Suara lembut bisikan Aditya pada kuping Anna yang masih terlelap. Suaranya memang lembut tapi justru membuat Anna sontak terperanjat. Tak perlu mengumpulkan nyawa dulu untuk bangun, karena ucapan Aditya itu sudah cukup berfungsi sebagai alarm yang memekakkan telinga Anna. "Ke kamar mandi! Buang-buang!" pekik Anna. Matanya langsung terbuka lebar walaupun kesadaran belum sepenuhnya. Meski begitu, artikel yang pernah di bacanya di sebuah kolom khusus wanita itu, segera saja terlintas. Anna berlari ke kamar mandi, dan sibuk sendiri, sedang Aditya tertawa sambil menggelengkan kepala. "Sebegitunya. Anna Anna," sahut Aditya tak habis pikir. Selama Anna di dalam kamar mandi, ponsel miliknya bergetar. Aditya meraihnya yang di letakkan Anna serampangan dan di temukannya di samping bawah nakas. Dengan tubuh masih di dalam selimut, Aditya meraih dengan sedikit membungkuk. Di lihat sebuah nama kontak yang di kenalnya, tapi justru karena itu Aditya

  • Wanita Kedua   Game Yang Menyudutkan

    "Apa kau tersinggung Anna?"Pertanyaan dari Fatma membuat Anna menurunkan pandangannya lagi karena merasa tak enak. "Eh, hanya ingin mencoba jawab saja," tusukan kecil buat Anna, tapi bagaimanapun juga dia merasa sudah terlanjur mengatakannya, jadi Anna berusaha bersikap biasa saja.Anna melirik ke arah Aditya, merasa cemas karena laki-laki itu belum memberi reaksi, tidak berniat membela atau semacamnya. Aditya bahkan tidak membalas tatapannya.Tapi, meskipun tak menatap secara langsung, ternyata Aditya tersenyum dan beberapa detik kemudian baru membalas memandangnya dengan sayu. Rasanya jantung Anna berdetak seperti saat pertemuan pertama mereka saja."Aku benar-benar mencintai Anna. Memang kami belum lama berkenalan, aku sadar itu, tapi aku sangat mencintainya. Dia partner bisnis dan juga hidupku sekarang," reaksi Aditya yang benar-benar Anna harapkan terjadi.Senyuman lebarpun tak dapat Anna sembunyikan.Sejenak Anna menjadi pusat perhatian, semua mata tertuju padanya."Ehmm, aku r

  • Wanita Kedua   Wanita Satu-Satunya

    'Berhentilah menatapku seperti itu. Kamu tahu, aku benci harus mengatakannya, tapi semua ini benar adanya. Sebenarnya, meski nggak aku akui secara jujur padamu, kehadiranmu lebih indah dari integritas ambisi dan mimpiku selama ini.'Anna membatin sambil melirik lagi ke Aditya yang sedang mengemudi dengan bersiul riang. Berbanding terbalik dengan perasaannya saat ini. Integritas mimpi dan ambisi yang belum sepenuhnya terwujud, masih mambuatnya galau.Memang benar, Aditya tidak pernah memaksa secara fisik atau kata-kata kalau mengenai pernikahan yang ingin Anna sembunyikan, tapi justru argumen-argumen kecilnya selalu masuk di akal dan membuat Anna berpikir, yah, masih dalam proses berpikir.Masalahnya, Anna masih menjadi penganut setia ajaran stashing, yaitu orang yang berakting seperti seorang lajang, padahal sebenarnya sudah memiliki pasangan karena alasan-alasan yang rasional. Rasionalitas menurut Anna tentunya."Apa kau sudah putuskan?" tanya Aditya di sela-sela fokus menyetirnya, b

  • Wanita Kedua   Menikah Tapi Bohong

    'Kenapa aku jadi suka berpikir yang berlebihan ya?' Senyuman Aditya, tidak ... semua yang ada pada laki-laki itu, membuat Anna jadi seperti kehilangan akal sehat. Anna merasa selalu ada keinginan untuk menjalin malam berdua lagi dengannya. Bahkan sekarang, keinginan itu tanpa ragu lagi terang-terangan akan dia perlihatkan. Anna yakin saja, kalau tidak akan mendapat penolakan dari Aditya. "Jawab dong, nanti aku dapat lagi, nggak?" tanya Aditya manja. Anna menatap Aditya dengan suara parau, "Mas, apa perlu melakukannya sesering mungkin ya?" tanya Anna polos. Keingintahuan Anna karena hal seperti itu tak pernah terpikir olehnya. Aditya tertawa keras, tawa yang baru pertama kali Anna melihatnya pada laki-laki itu. "Kau lucu Anna. Kita ini pasangan yang sudah menikah Kalau surat nikah kita sudah aku daftarkan, aku ingin membuat rencana bulan madu, oh tidak aku rasa ... tidak perlu di rencanakan. Lebih indah kalau dadakan." Aditya terus merandai-andai, hingga rasanya Anna ingin menget

DMCA.com Protection Status