Home / Romansa / Wanita Kedua / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Wanita Kedua: Chapter 21 - Chapter 30

97 Chapters

Bertemu Lagi

Dengan penuh keberanian, Anna mengatakan kalau tak ingin di permainkan oleh Alan.Alan sendiri tersenyum menanggapinya. "Anna. Aku hanya ingin mengetesmu. Tidak ada maksud lain.""Tapi, berkas itu. Terlihat jelas tertera nama saya di sana. Bagaimana caranya, Pak?""Itu hal yang sangat mudah, Anna. Aku tinggal memanipulasi satu lembar itu saja dengan data dan tanda tanganmu. It's easy for me."Ekspresi masam Anna yang jadi tanggapanny terhadap tindakan Alan yang menurutnya tidaklah lucu."Kembalilah bekerja. Kembali ke ruanganmu. Aku banyak kerjaan.""Baik, Pak." Anna buru-buru keluar dari ruangan Alan dengan perasaan kesal. Anna bahkan tak ingin menoleh lagi ke arah Alan. Anna merasa di permainkan.Sesampai di ruangannya, Anna membuka file-file milik Vera yang masih tersimpan. Sebuah pemikiran terbesit, apa alasan hingga Vera memutuskan resign dari pekerjaannya secara tiba-tiba? Apakah dia mendapat perlakuan yang sama dengan yang di alaminya barusan? Pertanyaan yang akan Anna cari jaw
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more

Curi-Curi Pandang

Menjelang pukul 10.00 Setelah Alan mempersilahkan para tamunya masuk ke dalam ruang terima tamu di lobby kantornya, Anna memposisikan diri duduk di samping atasannya ini, berhadapan dengan Aditya yang mendampingi dua tamu sekaligus sebagai penerjemah. "Nimen hao! Zaoshang hao." Suara Aditya menyampaikan salam jumpa dan selamat pagi kepada kedua tamu yang merupakan investor dari China, sebagai pembuka pertemuan mereka ini. Hati Anna berdesir saat mendengar tiap kali Aditya berbicara dalam dua bahasa asing sekaligus, bahasa Inggris dan China. Pikirannya tidak dapat sepenuhnya fokus. Saat kedua tamu berbicara dengan menggunakan bahasa inggris, Anna akan memperhatikan dengan serius, sesekali mencatat hal-hal yang sekiranya penting. Tetapi saat para tamu menggunakan bahasa mandarin dan meminta Aditya menerjemahkan kepada Alan dan sebaliknya, Anna langsung menunduk menuliskan sesuatu pada notenya sebagai kesibukan. Bahkan bukan hal yang penting, hanya untuk mengalihkan pikiran dan menutu
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more

Sudah Kebelet

Satu menit kemudian, di dalam ruangan Anna. Muka masam dengan kerutan di dahi, begitu juga dengan gumaman kekesalan jadi pemandangan di dalamnya.. "Tiga menit? Apa-apaan suruh orang secepat itu! Kan harus beresin berkas dulu. Belum lagi rapiin penampilan," gerutuan Anna masih saja kesal karena Aditya memberinya waktu hanya 3 menit saja untuk bersiap. Anna menyambar satchel bagnya, kemudian merapikan sebentar meja kerjanya, dan buru-buru kembali berlari menuju ke lobby kantor, hingga sampai berada di dekat lift. Ketiga pria yang berdiri di depan lift tersebut tersenyum saat melihat Anna berlari mendekat. Anna mengangguk kepada dua orang tamu atasannya dan Aditya itu, dan tak menghiraukan Aditya yang berada di dekatnya, mendekat pada Anna dan membisikkan sesuatu. "Kenapa harus berlari? Ini bukan rebutan nunggu antrian masuk KRL!" goda Aditya pada Anna sambil memandangnya dengan senyuman geli karena melihat ekspresi wajah Anna seperti orang ketakutan ketinggalan kereta sekaligus cembe
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more

Di Manfaatkan

Walaupun kesal karena Anna seolah acuh padanya, tapi Aditya tetap berbalik badan dan mengikuti arah kemana Anna pergi. Aditya memperhatikan Ana dari arah belakang saat dia berjalan. Diam-diam Aditya tersenyum saat Anna mengalihkan pandangan kepadanya sekilas namun tetap berjalan mengacuhkannya. Hati Aditya terusik dengan apa yang di lakukan Anna tersebut, dan apa yang di rasakannya sendiri saat ini. Dia laki-laki dewasa yang bertemu dengan wanita berjarak umur hampir 10 tahun dengannya, tapi mampu membuatnya kembali seperti menjadi remaja lagi. Aditya bahkan tersenyum geli sendiri dengan apa yang di pikirkannya sekarang, namun dia menikmati pikirannya ini. Saat-saat bersama dengan Anna, dia merasa seperti seorang bapak yang mangajak jalan anak perempuan kecilnya. Banyak pertanyaan polos darinya yang baru saja melihat dunia. Walau kadang kesal kenapa tidak dia sendiri mencari jawabannya, tapi justru hal itu membuat hatinya bahagia. Aditya membayangkan kalau saja Anna merengek pad
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

Pindah Semua

"Aku akui kadang aku kesal dengan Alan karena dia sering berlaku tidak fair dalam menangani suatu tender bersama-sama. Dan bodohnya, aku masih saja bersedia di ajaknya bekerjasama."Anna terperangah dengan pengakuan Aditya ini. Ada hal lain lagi dari atasannya yang kini dia ketahui." Mungkin karena kredibilitas ayah mertuanya yang sudah lama aku kenal. Bahkan aku sering berpikiran akan lepas kerjasama dengan Alan dan mulai menjalani semua sendiri. Itu yang sudah aku lakukan. Meskipun harus dari awal, tanpa Alan, tanpa ..." Aditya tiba-tiba beralih ke minuman yang ada di depan mereka, "Minumlah dulu!" Aditya terlihat telah mengalihkan pembicaraan, memutupi sesuatu.Anna tidak berani menanyakan apa kelanjutan dari kata-kata Aditya tadi, meskipun sudah bisa menafsirkan kemana arahnya. Anna sudah hafal gelagat Aditya satu itu. Berarti dia tidak ingin membahas batas yang masih di simpannya. Kalau dia sudah merasa perlu mengatakan, Aditya akan mengatakannya, jadi Anna hanya bisa diam dan b
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

Aditya Atau Alan

"Whoamm." Anna merasakan rasa kantuk yang tak tertahankan. Sungguh melelahkan rasanya saat harus mendampingi Aditya ketika menemani para tamu dan harus mengimbangi ritme cara jalan Aditya yang kadang cepat dan susah terkejar. Anna melepas sepatu lalu memijit-mijit kakinya secara lembut. Untung saja bagi Anna sekarang, adiknyalah yang bertugas menjemput ibunya yang bekerja untuk Aditya sampai Aditya selesai makan malam. Anna lalu merebahkan kepalanya di atas bantal. Pikirannya melayang mengingat perkataan demi perkataan Aditya, hingga ajakannya agar mereka bertiga pindah ke apartment miliknya yang berada di lantai bawah. Anna tidak mengerti, itu ajakan atau pemaksaan. Dua hal itu kadang sama saja kalau sudah menyangkut Aditya.Anna ingin menimbang apa untung dan ruginya kalau dia menuruti kehendak Aditya tersebut, tapi kini matanya terasa berat nggak mau di ajak kompromi. Saat akan terlelap, ponselnya terdengar bergetar berkali-kali hingga membuat Anna terkejut dan berusaha sekuat
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

Seperti Membaca Pikiran

Ting! Lantai 17, bel lift berbunyi. Anna keluar, langsung berbelok ke arah kanan ke tempat yang di tujunya. Sebuah kantor kontraktor dan investasi bidang konstruksi milik Aditya Adam Winata. Hari ini Anna memakai setelan jas dan rok pensil dengan warna fanta polos, di permanis sebuah bros dengan inisial A besar sebagai ornamen pada bagian atas jasnya agar tidak berkesan sepi. Pulasan make up nuansa pink lembut, dengan rambut di kuncir kuda juga poni rapi ke samping. Karena paginya sudah menguras tenaganya, Anna hanya menguncir kuda, di harapkannya agar tidak terlalu sering membenahi rambut, juga dandanan yang simple untuk menaikkan moodnya. Anna terlihat cantik seperti riasan boneka Barbie. Saat memasuki pintu utama, Anna sudah di buat takjub dengan desain interior kantor Aditya yang baru pertama kali ini di datanginya. Desain monochrome yang cozy dan simple, sama seperti interior kondominiumnya. Saat Anna menapakkan tangannya di permukaan pintu masuk, Anna dapat melihat furnitur
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

Sebelum Terlalu Jauh

Berbicara dengan Aditya bagi Anna seperti bermain catur. Aditya merupakan lawan yang cerdas, punya komitmen dan konsistensi tinggi yang sudah di pegangnya sejak awal permainan. Dalam hal ini nggak berlaku kata jaim, untuk Anna harus lebih aktif. Seperti sebuah ungkapan. 'Act like a lady, but think like a man.' Aditya bukan tipe cowok misterius, hanya saja lawan mainnya harus punya strategi untuk mengorek pikiran dan maksud tindakannya. Ada sebuah gerbang kokoh yang di jaganya agar tidak semua orang bisa mengerti pikiran dan apa yang juga di rasakan. Hal itu yang mulai Anna pahami satu persatu. Tapi, ada satu yang belum Anna pahami adalah bagaimana hubungan dan interaksi Aditya dengan istrinya. Hal yang kadang masih tabu untuk Anna tanyakam. Belum banyak cerita yang Anna dapatkan tentang kehidupan perkawinannya. Dan sepertinya akan sulit mencari informasi yang sebenarnya tentang itu selain melalui Aditya sendiri. "Aku baru mengenalmu, itu masalahnya. Bukannya nggak percaya, cuma ..
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

Mau Kabur?

Sepulang kerja, Anna ingin segera pulang ke rumahnya. Kejadian di kantor Aditya, masih buat Anna kepikiran, meski coba di tepis sedemikian rupa, tapi masih saja menjadi beban tersendiri. Sudah Anna upayakan mencari banyak kesibukan, tapi wajah dan setiap perkataan Aditya, masih nyelip di antara pikiran Anna. Biasanya, adiknya menyambutnya karena datang terlebih dahulu. Tapi, kali ini adik dan ibunya sudah berada di apartment pertama Aditya sebelum memilih tinggal di kondominium, dan Anna tahu itu. Anna belum berniat mengikuti mereka tinggal di sana, tapi memilih pulang ke rumahnya, meski sebagian barang sudah berpindah ke sana. Hari ini, bagi Anna juga terasa melelahkan seperti hari kemarin. Tapi kali ini bukan saja secara fisik, tapi juga psikologisnya terganggu, sehingga mempengaruhi keadaan fisiknya. Kalau cuma kecapekan karena gerakan fisik, Anna bisa saja menuruti anjuran kesehatan seperti makan dan tidur cukup, dengan sendirinya akan berkurang. Tapi kalau soal psikologis, masa
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Beda Produk, Beda Rasa

"Mau kabur?" Anna mengulang pertanyaan Aditya dengan kikuk. "Eh, masa? Iya. Eh, nggak kok!" Anna gelagapan karena Aditya berdiri terlalu dekat dengannya. Bahkan Aditya kini berjalan maju, sehingga Anna terpaksa melangkah mundur, agar tidak sampai tubuh mereka saling menempel.Anna pernah merasakan hal yang sama seperti saat ini tapi Anna alami dengan Dani, teman satu kantornya. Mereka berbicara dengan jarak sedekat ini juga, tetapi saat dengan Dani, Anna berusaha melarikan diri, dalam arti yang sebenarnya. Berbeda dengan Aditya, Anna juga berusaha menghindari tapi juga nggak berdaya menolak kehadirannya. Memang benar kalau beda produk, beda rasa.Karena merasa Anna tidak nyaman dengan tindakannya, akhirnya Aditya menarik kursi makan di belakang Anna, hingga Anna bergeser dengan harapan tidak bersinggungan dengan Aditya. "Duduk! Temani aku makan!" perintah Aditya."Memangnya, ibuku juga menemani kamu makan?" tanya Anna dan mengalah menuruti perintah Aditya untuk duduk dengan pelan-pel
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more
PREV
123456
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status