Darahku seperti mendidih saat kata-kata Anggia meluncur menusuk. Tak seharusnya ia menyentuh kenangan tentang mamaku. "Lo bisa diam nggak sih? Gue bisa bungkam mulut lo!" umpatku, suara bergetar penuh amarah. Anggia, dengan senyuman menyeringai, menambah luka. "Kenapa? Mama lo kan emang tukang selingkuh!" Sindirnya tanpa rasa bersalah. Tanpa sadar, tanganku mendorong bahunya. Tubuhnya terhempas, punggungnya membentur dinding dengan keras. Napasku memburu, tangan terkepal. "Aya, udah, jangan," Lala menarik lenganku dengan lembut, matanya memohon agar aku berhenti.Mataku masih menyala dengan amarah yang belum juga padam. "Lo nggak berhak ngomongin mama gue!" teriakku, suaraku menggema di koridor yang sempit itu.Anggia mengerang kesakitan, tapi tatapan sinisnya masih terpaku padaku. "Gue cuma bilang yang sebenarnya, Aya. Kenyataannya pahit, ya?" sindirnya lagi, sambil mengusap punggungnya yang terbentur.Napas ku memburu, hati ini seolah ingin meledak. Lala memelukku erat, mencob
Terakhir Diperbarui : 2024-10-22 Baca selengkapnya