"Sebenarnya, Anggia itu... dia lagi sakit, dan dia nggak bawa bekal. Gue ***a ingin membantu," lanjutnya, suaranya sedikit bergetar, mencoba meredakan kemarahan yang mulai memuncak dalam diriku. Aku mendengus, merasa ada kebohongan dalam kata-katanya. "Jadi, lo lebih milih menolong dia daripada memikirkan perasaan gue?" tanyaku, nada suaraku meninggi, penuh dengan rasa kecewa dan amarah yang bercampur menjadi satu. Aku merasa dikhianati, seolah semua yang telah kuberikan kepadanya tak lebih dari sekedar benda tak bernilai. Biru menghela napas panjang, matanya kini menatapku langsung. "Bukan begitu, gue nggak ingin lo salah paham. Gue hargai semua yang lo lakukan untuk gue, tapi situasinya tadi mendesak," jelasnya, mencoba meraih tangan yang kuletakkan di sisi tubuhku, namun aku menepisnya. Rasa sakit di hatiku bertambah ketika Biru mencoba mendekat, mencari pengertian dari diriku yang terluka. Namun, aku terlalu marah untuk mendengarkan segala penjelasannya. "Jangan sentuh gue!"
Last Updated : 2024-11-01 Read more