"Nduk," pupil mata Badai melebar saat ia menoleh dan menemukan senyum cantik istrinya, sudah ada di sebelahnya begitu senyap, entah sejak kapan."Mas," balas Sasa lembut. "Aku nyari Mas dari tadi, kupikir ikut nyiapin kedatangan Ayah sama Presiden," sebutnya."Enggak, kalau nyambut begituan udah ada timnya sendiri kok," ujar Badai. Ia lantas mematikan bara rokoknya. Ditariknya jemari Sasa dan digenggamnya erat, "nyaman rasanya ada kamu," katanya tiba-tiba."Ada yang lagi Mas pikirin?"Badai mengangguk, tapi ia tidak langsung bicara. Tatapan matanya yang biasanya setajam elang, kini tampak tanpa fokus, bagai ditutupi selaput ketakutan dan penyesalan yang mendalam."Aku nggak akan maksa Mas buat cerita sekarang, aku sendiri tau kalau hatiku masih nggak karuan karena kejadian seharian. Yang kupengin justru pulang ke rumah, tidur di pelukan Mas, rasanya pasti nyaman banget. Sayangnya, kami semua kudu di karantina di sini," desah Sasa sedikit sendu."Aku juga di sini selama seminggu itu Nd
Last Updated : 2024-11-11 Read more