Home / Romansa / Jodoh Malaikat Pelindung / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Jodoh Malaikat Pelindung: Chapter 71 - Chapter 80

118 Chapters

71. Kondisi Terancam

Demi kebaikan semua orang yang sudah tunduk pada perintah para teroris ini, Sasa akhirnya berdiri. Ia letakkan ponselnya di podium depan, lalu ia didorong oleh Diaz agar bergabung dengan tawanan lainnya, duduk sambil memegangi kepala."Dia juga nggak berkutik, badan doang gede tapi nyalinya nggak ada. Tuh!" tunjuk Diaz ke arah pintu setelah berbisik di telinga Sasa.Ada Badai di sana, kedua tangannya terangkat sambil digiring oleh salah seorang kawanan teroris terorganisir yang berasal dari universitas tuan rumah. Semua perkiraan tim Raider dan sejauh apa pergerakan Diaz benar-benar diprediksi dengan sempurna oleh pasukan khusus itu. Saat Badai digiring ke sisi berlawanan dengan Sasa, mereka saling melempar tatapan. Badai memberikan dua kedipan pelan pada istrinya itu. Sebuah isyarat agar Sasa tetap tenang dan percaya pada sang suami."Kita punya tawanan dan kita siapin tuntutan," ujar Diaz bergerak sebagai pemimpin teroris."Apa karena gue?" tanya Sasa yang sengaja dijaga tetap dekat
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

72. Ketakutan Sasa

Kabar penyanderaan dan penyerangan oleh Organisasi Kriminal Bersenjata di dalam kampus yang didalangi Diaz dan anak buahnya cepat sampai ke pusat. Operasi senyap segera digelar, seluruh pasukan elite khusus yang tengah bersiaga segera diturunkan untuk mendukung tim Raider yang bertugas di lapangan. Keamanan sekitar berikut polisi segera mengamankan lingkungan sekitar kampus, memasang garis polisi agar tidak ada orang luar yang masuk, sesuai permintaan para teroris berkedok mahasiswa itu.Sementara di bawah tekanan, Sasa berusaha tegar. Meski air matanya terus mengalir, takut terjadi sesuatu pada sang suami. Namun, ingatan mengenai Badai yang adalah pemimpin tim elite khusus membuatnya sedikit lebih tenang. Badai tidak akan tumbang semudah itu bukan?"Lo nggak akan dapet apa-apa dari ngelakuin ini selaen dapet kutukan marah dari semua orang, berharap lo mati mengenaskan!" geram Sasa melirik tajam pada Diaz yang kini menggunakan masker hingga hanya matanya saja yang terlihat.Diaz menye
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

73. Somebody To Die For

Sasa jelas tertegun mendengar suara itu. Pilihannya hanya ada satu, antara Rahman yang tumbang atau Badai yang terkena tembakan. Ia remas kedua lututnya untuk menguatkan diri, menyemangati hatinya dan meyakinkan dirinya bahwa Badai pasti baik-baik saja. Sementara, suasana di luar yang menjelang senja itu hening. Hanya ada tiga kumpulan petugas gabungan tentara dan polisi yang bersiaga, menunggu kode dari tim pelaksana operasi senyap."Heh!" Diaz menyodok bahu Sasa menggunakan ujung senjata apinya, "kayaknya emang kebanyakan omong si Badai, gue anter ngecek mau?" tawarnya kejam dengan seringai.Sasa bergeming."Ikut gue! Sekarang lo milik gue seutuhnya!" ujar Diaz menarik lengan Sasa dengan paksa, membuat semua sandera menatap ke arah istri Badai itu.Sasa berontak, berusaha melawan tapi ia kalah ancaman. Bagaimanapun, Diaz ada di posisi menang senjata sekarang, Sasa tidak bisa berbuat semaunya jika ingin semua sandera tetap hidup. Langkahnya terseok, mengimbangi Diaz yang terus menyer
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

74. Aksi Penyelamatan

***WARNING 21+***Bab ini berisi tindakan kekerasan dan aksi brutal, mohon bijak salam membaca. "Orang-orang di luar pasti denger suara tembakan tadi," sebut Badai sambil membalut luka di pundak Sasa dengan peralatan seadanya."Diaz bakalan muncul Mas, Mas harus pergi," ujar Sasa sudah mulai bisa menguasai keadaan meski sesekali ia melirik mayat Tino yang disingkirkan Badai ke pojok ruangan."Enggak tanpa kamu," balas Badai lirih, tapi terdengar sangat serius."Aku tau aku adalah prioritas utama Mas, tapi ada tiga lusin nyawa lain di dalam sana yang butuh pertolongan, iya kan?" gumam Sasa meremas jemari Badai pelan."Meski begitu, aku nggak akan ninggalin istriku di sini sendirian.""Tinggalin handgun Mas buat jadi temenku, Mas," ujar Sasa mengejutkan. "Perintahnya tangkap dalam kondisi hidup atau mati kan?""Tembak mati semuanya," sahut Badai membuat Sasa membasahi bibirnya cukup kaget. "Dan mana mungkin kutinggalin kamu!""Mas nggak pernah ninggalin aku," sangkal Sasa. "Kita tau si
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

75. Menyelamatkan Cherry Blossom

Selanjutnya, Sasa memeluk kedua lututnya, air matanya mulai mengalir, sengaja bersikap gemetaran tepat saat Diaz membuka pintu cukup keras. Mata Diaz nyalang meneliti ke sekitar, lalu fokusnya jatuh pada tubuh Tino yag terkapar."Jalang sialan!" teriak Diaz seraya mendatangi Sasa dan menjambak rambutnya. "Berani lo mampusin orang gue?" sengalnya tanpa ampun.Sasa berusaha untuk bertahan, ia biarkan rambutnya dibawa Diaz hingga tubuhnya ikut terseret karena jambakan kuat itu. Hanya erangan kesakitan yang muncul dari mulut Sasa atas tindakan brutal Diaz."Gue bunuh lo! Gue mampusin lo sekarang!" seru Diaz langsung menodong kening Sasa dengan senjata laras panjangnya.Pintu ruang kontrol yang terbuka lebar memungkinkan para sandera yang lain melihat adegan Sasa diseret dan dijambak oleh Diaz, hingga diancam dengan senjata. Namun, tak ada satu katapun yang keluar dari mulut Sasa, justru para mahasiswi lainnya yang panik dan saling bergumam ketakutan."Brengsek!" sergah Diaz segera menutup
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

76. Your Shelter

Di posisinya, Badai terus mengawasi pergerakan timnya dan juga Sasa. Pengaman senjatanya sudah tidak terpasang, ia siaga, menjaga sang istri agar tidak terluka dari kejauhan."You got an enemy on your 12," ujar Badai pada earpiece-nya."Copy that Boss," balas Lion dari seberang.Sasa terus dilindungi oleh Anung di belakangnya. Mereka masih ada di dalam ruang kontrol, bersiap untuk kontak senjata langsung jika musuh yang dikatakan Badai, mendekat dan masuk mendatangi mereka. Seakan diberi kekuatan untuk bertahan sekuat tenaga, Sasa yang terluka di bagian pundaknya bahkan ikut menyelipkan kedua tangan di balik punggungnya, siap ikut menyerang jika nantinya terjadi baku tembak.Suara riuh sirine di luar gedung mulai terdengar. Tuntutan yang Diaz layangkan sudah didengar oleh pemerintah tapi berkat diterjunkannya tim Raider, Damar meminta presiden untuk tetap pada posisinya. Laporan yang dikirim oleh masing-masing pemimpin tim Raider padanya membuat Damar sangat percaya bahwa kekacauan ak
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

77. Asal Kamu Baik-Baik Saja

"Hei!" Sasa habis kesabaran. Ia tarik senjata milik Badai yang masih ia simpan di balik punggungnya, lantas ia todong Dira hingga mengejutkan semua orang. "Badai belom mati dan jaga mulut lo atau gue bener-bener habis kesabaran!" ancamnya mengerikan."Mbak," Ramdan meremas pergelangan tangan Sasa, "akan ada waktu untuk menginterogasi sandera non kooperatif nantinya, Mbak harus sabar," pintanya. "Di tengah situasi kayak gini dia justru memperparah suasana Mas, kita lagi berjuang buat hidup tapi mulutnya udah lebih bocor dari meriam!" gumam Sasa tak mau menuruti Ramdan dan justru mengokang handgun milik suaminya itu.Dira yang tak menyangka akan ditodong tiba-tiba menggunakan senapan sungguhan seperti itu langsung ciut nyali. Ia harus kapok memprovokasi Sasa kali ini jika tidak ingin mati konyol."Sakura Kadita Rumi," Badai kembali dan langsung meremas tangan Sasa yang menodong Dira, "jangan kotori tangan kamu dengan darah orang yang nggak penting," katanya lembut."Mas harus periksa d
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

78. Pengaruh Sasa

Sasa mengitarkan pandangannya setelah menerima secangkir teh panas dari perempuan yang ditugaskan untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi korban teror yang tidak terluka. Untuk memulihkan jiwa mereka dari trauma, ke-40 orang itu sengaja diberikan pelayanan kesehatan sebelum kembali pada keluarga satu minggu ke depan. Harapannya, para sandera itu sudah lupa pada kejadian baku tembak dan bisa menjalani aktivitas sehari-hari mereka lagi tanpa rasa takut dan panik."Kalau mantan model dan artis emang bisa bebas meluk cowok mana aja gitu ya?" gumam Dira sengaja duduk di seberang Sasa."Jangan lo pikir karena pistol gue udah diminta Mas Badai, lo nggak bakalan gue todong pake senjata yang laen ya Ra!" desah Sasa jengah, "lagian gue nggak perlu ngejelasin ke lo siapa aja cowok yang gue peluk dan apa hubungannya sama gue!" lanjutnya ketus."Lo nggak malu asal nempel begitu?" tanya Dira belum merasa cukup dengan jawaban Sasa."Yang dipeluk Sasa tadi itu Mas Ernest," Nana bergabung dan duduk
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more

79. Secantik Senyum Sakura

"Nduk," pupil mata Badai melebar saat ia menoleh dan menemukan senyum cantik istrinya, sudah ada di sebelahnya begitu senyap, entah sejak kapan."Mas," balas Sasa lembut. "Aku nyari Mas dari tadi, kupikir ikut nyiapin kedatangan Ayah sama Presiden," sebutnya."Enggak, kalau nyambut begituan udah ada timnya sendiri kok," ujar Badai. Ia lantas mematikan bara rokoknya. Ditariknya jemari Sasa dan digenggamnya erat, "nyaman rasanya ada kamu," katanya tiba-tiba."Ada yang lagi Mas pikirin?"Badai mengangguk, tapi ia tidak langsung bicara. Tatapan matanya yang biasanya setajam elang, kini tampak tanpa fokus, bagai ditutupi selaput ketakutan dan penyesalan yang mendalam."Aku nggak akan maksa Mas buat cerita sekarang, aku sendiri tau kalau hatiku masih nggak karuan karena kejadian seharian. Yang kupengin justru pulang ke rumah, tidur di pelukan Mas, rasanya pasti nyaman banget. Sayangnya, kami semua kudu di karantina di sini," desah Sasa sedikit sendu."Aku juga di sini selama seminggu itu Nd
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

80. Obrolan Dini Hari

Hari hampir pagi dan Sasa masih belum bisa memejamkan mata di ranjangnya. Ia bangun dalam posisi duduk, mengitarkan pandangannya ke sekeliling. Mungkin karena energi semua orang tersita akibat serangan yang dipimpin oleh Diaz seharian tadi, mereka tertidur lelap. Meski Sasa acapkali masih mendengar beberapa dari mereka mengigau meminta ampun dan meminta agar diselamatkan. Perlahan Sasa turun dari ranjangnya. Ponselnya rusak parah dan tidak bisa digunakan akibat terlempar saat baku tembak tak terelakkan, bersama milik sandera lain. Jadi, ia mengandalkan jam dinding kecil di dalam barak sebagai penunjuk waktunya. Baru pukul 3 pagi, rasanya matahari masih lama terbit untuk menemaninya menyambut pagi. Banyak yang berputar di kepala Sasa, termasuk pikiran tentang perkataan Damar sang ayah pada suaminya. "Le ..., udah tau ini baru awal kan ya? Masih ada tanggung jawab besar menantimu dan juga tim," sebut Damar malam tadi, terngiang terus-menerus di telinga Sasa. Rasa penasaran yang meny
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status