Semua Bab ALKEMIS TERAKHIR : Bab 61 - Bab 70

116 Bab

61. Kecurigaan Yang Semakin Menjadi

Zidan berdiri tegak di arena, menatap Elric yang masih terbaring di tanah dengan wajah yang penuh rasa ingin tahu. Meskipun ia telah memenangkan pertandingan itu, perasaan cemas mulai menyelinap ke dalam dirinya. Elric tidak bodoh, dan tatapan tajamnya sudah cukup untuk mengingatkan Zidan bahwa ia mungkin sudah mulai mencurigai sesuatu.“Apakah itu cukup untukmu?” Zidan bertanya dengan nada tenang, berusaha menyembunyikan kegelisahannya.Elric, yang sudah bangkit dan menepuk debu dari pakaiannya, tersenyum samar. “Hanya untuk sekarang, Zidan. Tapi aku rasa kita akan bertemu lagi. Aku penasaran denganmu.”Sesuatu dalam diri Zidan merasakan ketegangan yang lebih dalam, seolah Elric sudah tahu lebih banyak dari yang seharusnya. Meskipun Zidan berusaha tetap tenang, ia tahu bahwa ia tidak bisa terus-menerus menyembunyikan kekuatannya begitu saja. Setiap pertempuran, setiap tes yang ia jalani, semakin memperbesar risiko terungkapnya identitas dan kemampuannya sebagai seorang alkemis.Merek
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

62. Terus Diawasi

Keesokan harinya, Zidan merasa suasana semakin tegang. Elric tampak semakin intens mengawasi setiap langkahnya, dan Zidan tahu bahwa waktunya untuk tetap tersembunyi semakin sedikit. Ia harus memikirkan strategi untuk tetap menjaga identitasnya, sementara Elric semakin mendekati kebenaran.Saat latihan dimulai, Zidan kembali disertakan dalam tim yang sama dengan Daren, Kyro, dan Elric. Kali ini, mereka dihadapkan dengan simulasi pertahanan yang lebih kompleks, di mana mereka harus melawan tim yang dipimpin oleh instruktur yang lebih berpengalaman.“Zidan, kau akan bertarung melawan instruktur utama dalam simulasi ini,” kata instruktur dengan nada tegas. “Jaga stamina dan gunakan segala kemampuan yang ada.”Zidan menelan ludah, meskipun ia berusaha tetap tenang. Lawan kali ini jauh lebih kuat daripada yang sebelumnya. Instruktur yang akan ia lawan sudah terkenal akan kelihaiannya dalam bertarung, dan meskipun Zidan bisa mengandalkan pilnya untuk menutupi kekuatannya, ia tahu itu tidak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

62. Kekejaman Arzan

Malam tiba, dan suasana di asrama terasa lebih hening dari biasanya. Zidan duduk di ranjangnya, berpikir keras tentang langkah selanjutnya. Latihan hari ini jelas membuatnya menonjol, sesuatu yang justru ingin ia hindari. Namun, di sisi lain, kerja sama dengan timnya berjalan lebih baik dari perkiraannya. “Zidan,” suara Elric memecah kesunyian. Ia berdiri di dekat jendela, memandangi bulan yang menggantung di langit. “Aku harus mengakui, rencanamu tadi luar biasa. Tapi... aku masih merasa ada sesuatu yang kau sembunyikan.”Daren, yang sedang berbaring dengan tangan di belakang kepala, tertawa kecil. “Elric, kau ini terlalu curiga. Zidan itu hanya pintar. Apa salahnya?”“Tapi kepintaran itu tidak sesuai dengan cerita yang ia sampaikan,” balas Elric sambil menatap tajam ke arah Zidan.Kyro, yang sedang asyik menggambar sesuatu di buku catatannya, ikut angkat bicara. “Elric, mungkin kau benar. Tapi, apa pentingnya? Zidan telah membantu kita, itu yang terpenting.”Zidan menarik napas pan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

64.

Elric berdiri di tepi jendela kamar mereka malam itu, pandangannya menerawang jauh ke luar. Cahaya bulan yang redup memantulkan bayangan murung di wajahnya. Kekejaman yang baru saja disaksikannya di aula utama membuat pikirannya terus bergolak. Ia menggenggam bingkai jendela dengan erat, mencoba menenangkan diri, namun rasa tidak nyaman semakin mencekiknya.“Apa yang mereka lakukan tadi… itu bukan keadilan,” gumam Elric dengan nada rendah, namun cukup keras untuk didengar oleh yang lain.Kyro, yang sedang duduk di tempat tidur, menoleh ke arahnya. "Apa maksudmu? Bukankah mereka bilang itu untuk menjaga keamanan kekaisaran?"Elric berbalik, matanya tajam menatap Kyro. "Keamanan? Itu lebih mirip teror. Membunuh tanpa belas kasihan di depan semua orang. Bagaimana itu bisa disebut sebagai keadilan?"Daren, yang sedang berbaring, mencoba menyela. "Tapi mereka adalah pengkhianat. Mereka melanggar aturan dan mencoba melawan kekaisaran. Kau tahu apa akibatnya jika ada yang mencoba melawan Arz
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya

65. Kedekatan

Pada malam yang sunyi, Zidan terbangun di tengah tidur nyenyaknya. Suara angin yang berhembus pelan dari jendela yang terbuka sedikit memberikan ketenangan, tapi sesuatu yang lebih mengganggu pikirannya. Ia merasa seolah ada yang mengawasi, atau lebih tepatnya, ada sesuatu yang mengintai dalam kegelapan.Zidan bangkit perlahan, mencoba untuk tidak membangunkan teman-temannya yang sedang tidur di ranjang masing-masing. Ketika ia melangkah menuju jendela, ia melihat Elric berdiri di luar, tampak seperti menunggu sesuatu. Zidan merasa ada ketegangan yang tak biasa di antara mereka.Dengan hati-hati, Zidan mendekati Elric yang tampak tidak memperhatikan kedatangannya. "Elric," panggil Zidan pelan.Elric menoleh, terkejut sejenak sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Oh, Zidan. Kau terjaga juga?""Kenapa kau di sini?" tanya Zidan, mencoba tidak terdengar terlalu curiga."Aku tidak bisa tidur," jawab Elric dengan nada yang tidak biasa, agak datar. "Ada banyak hal yang aku pikirkan. Tentang kit
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya

66. Duel sengit

Keesokan harinya, suasana di akademi terasa semakin tegang. Latihan berikutnya adalah duel individu, sebuah kesempatan bagi setiap murid untuk menunjukkan kemampuan mereka di depan para pelatih dan pengawas. Zidan menyadari bahwa ini adalah ujian berat. Dia harus tampil cukup baik untuk tidak dicurigai lemah, tetapi tidak terlalu mencolok sehingga membahayakan penyamarannya. Saat giliran Zidan tiba, dia berdiri di tengah arena dengan napas tertahan. Lawannya adalah seorang murid bernama Rael, salah satu petarung yang dikenal agresif di akademi. Rael tersenyum lebar, menghunus pedang kayu yang terlihat sudah sering digunakan dalam duel. "Aku sudah mendengar desas-desus tentangmu, Zidan," kata Rael dengan nada mengejek. "Katanya kau cukup cerdik dalam taktik. Tapi kali ini, taktik saja tidak akan menyelamatkanmu." Zidan hanya tersenyum tipis, tidak menanggapi. Dia memegang pedang kayunya dengan sikap santai, tetapi matanya mengamati setiap gerakan Rael dengan teliti. Wasit membe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

67. Kecurigaan

Zidan mencoba menjaga ekspresinya tetap tenang, meskipun pikirannya berpacu. Ia tahu, satu langkah salah bisa mengubah segalanya."Apa yang kau bicarakan, Elric?" tanyanya dengan nada tenang, meski di dalam hati ia merasa cemas. "Kekuatan apa? Aku hanya murid biasa, sama seperti kalian."Elric melangkah mendekat, senyum sinisnya semakin jelas. "Jangan bodoh, Zidan. Kau mungkin bisa menipu Daren dan Kyro dengan penampilan polosmu, tapi aku tidak mudah dibodohi. Aku sudah memperhatikanmu sejak awal. Kau menyembunyikan sesuatu—aku yakin itu. Dan sekarang, kau mencoba kabur? Apa yang sebenarnya kau rencanakan?"Zidan menelan ludah. "Aku hanya ingin keluar sebentar, mencari udara segar. Tempat ini terlalu menyesakkan.""Udara segar, ya?" Elric mendekatkan wajahnya ke Zidan, menatapnya tajam. "Kau pikir aku akan percaya begitu saja? Kau berbeda, Zidan. Aku bisa merasakannya sejak hari pertama. Jika kau tidak jujur sekarang, aku tidak akan segan melaporkanmu ke pengawal Arzan."Pernyataan it
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya

67. Kekejaman Yang Belum berakhir

Daren dan Kyro saling berpandangan, mencoba mencerna apa yang baru saja mereka dengar. Diamnya mereka membuat atmosfer semakin berat. Elric, yang biasanya tenang, kini tampak gelisah. Ia melangkah mendekat ke Zidan, wajahnya penuh pertimbangan."Aku tidak tahu apakah aku harus percaya padamu," kata Elric dengan nada dingin. "Tapi jika kau benar-benar seorang alkemis, kau menyadari risikonya, bukan? Jika Arzan mengetahui identitasmu, bukan hanya kau yang akan dihukum. Kita semua bisa ikut terlibat."Zidan mengangguk pelan, wajahnya serius. "Aku tahu risikonya. Aku sudah siap menanggung semuanya. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak bisa hanya diam melihat kekejaman Arzan terus berlanjut. Kerajaan kecil telah dihancurkan, rakyat tidak bersalah disiksa, dan mereka yang melawan dianggap musuh. Apa kau pikir kita bisa hidup seperti ini selamanya?"Kyro, yang biasanya ceria, tampak muram. Ia menundukkan kepala sejenak sebelum akhirnya mengangkat wajahnya untuk menatap Zidan. "Aku ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

68. Hutan Zorn

Tahap ketiga dimulai dengan langkah yang jauh lebih menantang. Di depan mereka terbentang sebuah hutan lebat yang dikenal sebagai Hutan Zorn sebuah tempat yang penuh dengan makhluk buas dan jebakan alami. Hutan ini bukan hanya menguji fisik, tetapi juga ketahanan mental dan strategi bertahan hidup.Master Haidar, dengan ekspresi serius, memberi instruksi terakhir sebelum mereka memasuki hutan. “Kalian akan berkelompok dan bertahan di dalam hutan selama tiga hari. Yang bertahan hidup dan berhasil keluar dari hutan dengan kondisi utuh akan dinilai sebagai pemenang. Jangan mengandalkan kekuatan semata. Gunakan strategi dan kerjasama.”Zidan merasakan ketegangan di udara. Hutan Zorn terkenal tidak hanya karena bahaya yang mengintai, tetapi juga karena rumor-rumor tentang makhluk mengerikan yang menghuni tempat itu. Namun, ini adalah kesempatan terakhir mereka untuk menunjukkan kemampuan.“Jangan khawatir,” kata Daren, memecah keheningan. “Kita sudah melalui banyak hal bersama. Ini hanya b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

69. Altar Ritual

Setelah pertempuran itu, langkah-langkah mereka semakin hati-hati. Hutan Zorn, dengan suasana sunyinya yang menyesakkan, seolah mengintai setiap gerakan mereka. Pohon-pohon besar yang menjulang tinggi dengan akar yang melilit menyerupai jebakan alami membuat perjalanan terasa semakin sulit. Tidak ada jalan setapak yang jelas, hanya semak belukar dan bayang-bayang gelap yang menyelimuti mereka."Apakah ada yang merasa seperti sedang diawasi?" tanya Kyro, suara gemetar. Ia melirik ke belakang seolah-olah sesuatu bisa melompat kapan saja."Aku merasakannya sejak kita melangkah lebih jauh ke dalam hutan," jawab Elric dengan nada serius. “Ini bukan hanya hutan biasa. Ada sesuatu yang salah di sini.”Zidan berhenti, mengangkat tangan memberi tanda agar mereka juga berhenti. Ia menajamkan pendengarannya. Suara angin yang meniup daun-daun kering tiba-tiba terhenti. Segala sesuatu terasa begitu hening, terlalu hening.“Kita harus tetap bersiap. Tidak ada yang tahu apa yang akan muncul berikutn
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status