Semua Bab ALKEMIS TERAKHIR : Bab 81 - Bab 90

116 Bab

80. Misi Penyusupan

Elric merasa bahwa langkah selanjutnya tidak bisa diambil sembarangan. Tatapan dinginnya mengisyaratkan bahwa dia paham betul apa yang akan dihadapi oleh tim mereka. Harzan bukan hanya seorang pelatih keras, dia adalah mata-mata langsung dari kekaisaran, dan setiap langkah yang salah bisa berujung pada kehancuran mereka.Di salah satu ruangan asrama mereka yang sempit dan jauh dari pengawasan, Elric memulai diskusi. Dia duduk dengan serius, matanya memperhatikan tiga teman yang kini menjadi rekan sehidup semati."Kita tidak punya banyak waktu," kata Elric, suaranya tegas tapi pelan. "Harzan memberi kita peringatan, tapi aku yakin itu bukan peringatan biasa. Dia mungkin sedang menguji kita."Kyro, yang duduk bersandar di dinding, mengangguk perlahan. "Tapi apa sebenarnya yang dia maksud dengan 'jalan yang harus kita tempuh'? Apakah itu jebakan?"Daren menghela napas panjang. "Kita tahu Harzan adalah orang yang penuh rahasia. Tapi satu hal yang pasti, dia tidak akan membiarkan kita berg
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

81. Keputusan Sulit

Malam yang Mencekam di Ruang ArsipPintu ruang arsip perlahan terbuka, menciptakan suara gemeretak kecil yang membuat Zidan dan Elric menahan napas. Cahaya obor menyinari ruangan yang sempit, menciptakan bayangan panjang di dinding. Dua penjaga masuk, matanya tajam menyapu setiap sudut."Sepertinya ada yang masuk," bisik salah satu penjaga, tangannya menggenggam erat tombak."Tidak mungkin. Ruang arsip ini selalu terkunci," balas yang lain, meskipun nada suaranya tidak begitu yakin. Dia melangkah lebih jauh ke dalam ruangan, mengamati rak-rak yang penuh debu.Elric melirik Zidan, memberi isyarat untuk tetap diam. Mereka berdua meringkuk di balik tumpukan buku tua, menahan setiap gerakan agar tidak menciptakan suara. Zidan menggenggam peti kecil di tangannya erat-erat, seolah benda itu adalah kunci dari semua misteri yang mereka cari.Salah satu penjaga mendekat ke sudut tempat mereka bersembunyi. Langkahnya lambat, tapi penuh kewaspadaan. Jarak antara mereka kini hanya beberapa langka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

82. Bertemu Kakek Suma

Zidan menghela napas panjang saat mendengar suara Elric. "Aku tidak melarikan diri," katanya pelan, mencoba meredakan ketegangan. "Aku hanya mencoba mencari celah untuk keluar tanpa menarik perhatian. Ada seseorang di luar yang bisa membantu kita memahami apa yang sebenarnya terjadi di sini."Elric mendekat dengan langkah hati-hati, tatapannya penuh kecurigaan. "Seseorang? Kau berbicara tentang gurumu, bukan?"Zidan terkejut sejenak, tetapi dia tahu ini bukan waktu untuk menyangkal. "Iya," jawabnya jujur. "Kakek Suma. Dia mungkin satu-satunya orang yang tahu kelemahan Harzan dan rahasia kekuatan mengerikan ini. Kita tidak bisa bergerak buta, Elric."Elric terdiam, ekspresinya berubah dari curiga menjadi merenung. Akhirnya, dia berkata dengan nada dingin, "Kalau begitu, aku ikut. Aku tidak akan membiarkanmu pergi sendirian."Zidan ingin menolak, tapi dia tahu bahwa Elric tidak akan menerima penolakan begitu saja. Lagipula, kehadiran Elric mungkin bisa menjadi pelindung tambahan jika se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

83. Keluar Istana

Zidan melangkah keluar dari pondok Kakek Suma dengan perasaan campur aduk. Pikirannya berputar-putar, memikirkan apa yang baru saja ia dengar. Tugas yang diembannya jelas sangat berbahaya, tetapi dia tahu bahwa dia tidak bisa melakukannya sendirian."Elric, Daren, Kyro... aku harus segera memberitahu mereka," gumamnya, mengencangkan jubahnya dan bergegas kembali ke markas mereka.Malam sudah semakin larut ketika Zidan tiba di tempat persembunyian mereka. Elric, Daren, dan Kyro sedang duduk melingkar, membicarakan rencana mereka selanjutnya. Saat Zidan masuk, mereka semua menoleh dengan wajah penuh rasa ingin tahu."Zidan! Kau ke mana saja? Kami mencarimu," kata Kyro, nada khawatir terdengar dalam suaranya.Zidan duduk bersama mereka, wajahnya serius. "Aku baru saja kembali dari bertemu dengan guruku, Kakek Suma. Ada hal yang sangat penting yang harus kita bicarakan."Daren, yang selalu penuh antusias, bersandar ke depan. "Apa itu? Apa ini tentang Harzan?"Zidan mengangguk. "Iya. Harza
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

84. Rawa Kegelapan

Zidan melompat ke samping untuk menghindari serangan makhluk berlendir itu. Gerakannya cepat, tetapi makhluk itu lebih gesit. Dengan tubuh yang licin, ia meluncur di atas permukaan air, seolah tidak terhalang oleh lumpur atau rintangan. "Daren, ke kiri! Kyro, bantu aku dari belakang!" Zidan berteriak, memberi perintah sambil menebaskan belatinya ke arah makhluk itu. Daren, yang awalnya terlihat panik, akhirnya mengangguk dan berlari ke sisi kiri, mencoba menyerang makhluk itu dari samping. Namun, serangan Daren meleset ketika makhluk itu melompat ke atas, membuat Kyro terkejut dan nyaris terjatuh ke dalam lumpur. "Elric! Gunakan panahmu sekarang!" Zidan berteriak lagi. Elric, yang sejak awal ragu untuk bertarung, dengan gemetar menarik busur panahnya. "Aku... aku tidak yakin bisa mengenai—" "TEMBAK!" Zidan memotong kalimatnya dengan nada mendesak. Panah pertama Elric terbang dengan bunyi peluit pelan, tetapi meleset, hanya menciptakan cipratan air di dekat makhluk itu. Pan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

85. Keberhasilan

Sosok yang muncul dari kabut itu semakin mendekat, setiap langkahnya seakan mengguncang tanah. Dikenakan jubah hitam yang panjang, wajahnya tertutup bayang-bayang gelap, hanya sepasang mata merah yang tampak bersinar terang dalam kegelapan, seperti dua api yang membakar. Tubuhnya tinggi, lebih tinggi dari manusia biasa, dan aura yang memancar dari tubuhnya begitu kuat, seolah-olah mengundang kegelapan untuk mendekat."Siapa kau?" tanya Zidan dengan suara mantap, meskipun hatinya berdegup kencang. Dia tahu ini bukan lawan biasa. Ini bukan sekadar penjaga biasa dari rawa terlarang.Sosok itu tidak langsung menjawab. Hanya berdiri, menatap mereka dengan mata yang penuh kebencian. Seiring dengan langkahnya yang semakin dekat, tanah di bawah kakinya terasa bergetar, seakan-akan alam pun ikut merasakan kekuatan yang ia bawa."Raja Kegelapan," jawab suara serak dari dalam jubah itu. "Aku adalah penjaga terakhir dari tempat ini. Tidak ada yang boleh menginjakkan kaki di sini tanpa akibat.""P
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

86. Rencana Baru

Setelah pertarungan yang berat dan melarikan diri dari ancaman kabut serta penjaga gelap, Zidan dan kelompoknya akhirnya menyelesaikan misi mereka. Informasi yang mereka dapatkan tentang kekuatan gelap di Arzan kini menjadi senjata penting untuk langkah berikutnya. Namun, di balik kemenangan kecil itu, Zidan merasa beban baru menekan dirinya.Ia menatap teman-temannya yang kelelahan namun tetap berdiri teguh di bawah langit malam. Elric memegangi lengannya yang terluka, Kyro menyeka keringat dari dahinya, dan Daren hanya duduk terengah-engah di tanah sambil mengutuki nasib buruk mereka."Kita berhasil... untuk kali ini," gumam Zidan, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada orang lain.Elric mendongak, meskipun wajahnya terlihat pucat, tatapannya tetap penuh dengan tekad. "Tapi kita tidak bisa berhenti di sini. Apa pun yang kita lihat dan alami di tempat itu hanyalah permulaan.""Benar," sahut Kyro sambil mengatur napas. "Tapi kita juga tahu, untuk melanjutkan ini, kita harus kemb
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

87. Jejak Kegelapan

Suasana dalam ruang bawah tanah itu semakin tegang. Zidan, Elric, Kyro, dan Daren saling berbisik, berusaha menahan nafas mereka seiring dengan langkah kaki yang semakin mendekat. Mereka menyembunyikan diri dengan cermat, bersembunyi di balik rak-rak buku yang tinggi dan penuh debu. Langkah itu berhenti sejenak, dan keduanya bisa merasakan ketegangan yang mencekam. Tiba-tiba, suara langkah itu berhenti tepat di depan mereka. Salah satu sosok dari pengawal yang mereka kenali muncul, mengenakan jubah hitam dan wajahnya tersembunyi dalam bayang-bayang topinya. Mereka bisa merasakan aura kekuatan yang kuat mengalir dari sosok tersebut. “Kita harus tetap diam,” bisik Zidan dengan suara yang hampir tidak terdengar. Di antara mereka, Elric adalah yang paling gelisah. Matanya melirik ke arah tangga yang gelap, merasa khawatir jika lebih banyak lagi pengawal akan datang. Kyro yang biasa tenang juga tampak waspada, sementara Daren menggenggam pedangnya dengan erat. Mereka semua tahu, jika
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

88. Latihan Insentif

Langkah kaki itu semakin dekat, menggema di lorong sempit yang diterangi obor di dinding. Zidan dan kelompoknya berdiri dalam formasi, napas mereka berat, tubuh masih lelah setelah melawan pengawal sebelumnya. "Berapa banyak lagi yang akan datang?" bisik Kyro dengan nada cemas. "Aku tidak tahu," jawab Zidan, matanya terpaku pada kegelapan di ujung lorong. "Tapi kita harus bertahan." Daren mencengkeram gagang pedangnya lebih erat, sementara Elric, meskipun masih terluka, menyiapkan panah di busurnya. "Jika kita tidak bisa melawan, kita harus menemukan cara lain untuk keluar dari sini," katanya dengan suara lirih. Dari balik bayangan, muncul tiga pengawal bersenjata lengkap. Tubuh mereka lebih besar dari pengawal sebelumnya, dan mereka tampak jauh lebih terlatih. Salah satu dari mereka, yang membawa kapak besar, melangkah maju dan menatap kelompok Zidan dengan mata tajam. "Jadi kalian yang membuat kekacauan di sini?" suaranya berat dan dingin. "Kalian tidak akan keluar hidup-h
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

69. Bahasa Mendekat

Hari-hari di akademi berubah menjadi lebih tegang dari sebelumnya. Zidan, Elric, Daren, dan Kyro menjalani latihan intensif sambil terus waspada. Mereka tahu bahwa Harzan tidak hanya menguji kemampuan mereka, tetapi juga mencari celah untuk menemukan penyusup yang berani menantang kekuasaan Arzan.Di tengah latihan fisik yang melelahkan, Zidan tak bisa menghilangkan kekhawatiran dalam hatinya. Harzan memiliki cara licik untuk membuat seseorang menyerah tanpa harus mengajukan banyak pertanyaan."Bagaimana jika dia tahu?" bisik Kyro suatu malam ketika mereka berkumpul di kamar."Kita tidak boleh panik," jawab Zidan, suaranya pelan namun tegas. "Harzan hanya mencoba mengintimidasi kita. Selama kita tetap tenang, dia tidak akan punya bukti."Daren mengangguk sambil menggenggam tangannya yang penuh goresan akibat latihan hari itu. "Aku setuju. Kita hanya perlu bersatu. Kalau ada yang mulai curiga, kita saling melindungi."Namun, Elric tampak lebih gelisah. "Kalian tidak mengerti. Harzan bu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status