Beranda / Fantasi / ALKEMIS TERAKHIR / 85. Keberhasilan

Share

85. Keberhasilan

Penulis: PengkhayalMalam
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-12 21:29:36

Sosok yang muncul dari kabut itu semakin mendekat, setiap langkahnya seakan mengguncang tanah. Dikenakan jubah hitam yang panjang, wajahnya tertutup bayang-bayang gelap, hanya sepasang mata merah yang tampak bersinar terang dalam kegelapan, seperti dua api yang membakar. Tubuhnya tinggi, lebih tinggi dari manusia biasa, dan aura yang memancar dari tubuhnya begitu kuat, seolah-olah mengundang kegelapan untuk mendekat.

"Siapa kau?" tanya Zidan dengan suara mantap, meskipun hatinya berdegup kencang. Dia tahu ini bukan lawan biasa. Ini bukan sekadar penjaga biasa dari rawa terlarang.

Sosok itu tidak langsung menjawab. Hanya berdiri, menatap mereka dengan mata yang penuh kebencian. Seiring dengan langkahnya yang semakin dekat, tanah di bawah kakinya terasa bergetar, seakan-akan alam pun ikut merasakan kekuatan yang ia bawa.

"Raja Kegelapan," jawab suara serak dari dalam jubah itu. "Aku adalah penjaga terakhir dari tempat ini. Tidak ada yang boleh menginjakkan kaki di sini tanpa akibat."

"P
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • ALKEMIS TERAKHIR    86. Rencana Baru

    Setelah pertarungan yang berat dan melarikan diri dari ancaman kabut serta penjaga gelap, Zidan dan kelompoknya akhirnya menyelesaikan misi mereka. Informasi yang mereka dapatkan tentang kekuatan gelap di Arzan kini menjadi senjata penting untuk langkah berikutnya. Namun, di balik kemenangan kecil itu, Zidan merasa beban baru menekan dirinya.Ia menatap teman-temannya yang kelelahan namun tetap berdiri teguh di bawah langit malam. Elric memegangi lengannya yang terluka, Kyro menyeka keringat dari dahinya, dan Daren hanya duduk terengah-engah di tanah sambil mengutuki nasib buruk mereka."Kita berhasil... untuk kali ini," gumam Zidan, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada orang lain.Elric mendongak, meskipun wajahnya terlihat pucat, tatapannya tetap penuh dengan tekad. "Tapi kita tidak bisa berhenti di sini. Apa pun yang kita lihat dan alami di tempat itu hanyalah permulaan.""Benar," sahut Kyro sambil mengatur napas. "Tapi kita juga tahu, untuk melanjutkan ini, kita harus kemb

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • ALKEMIS TERAKHIR    87. Jejak Kegelapan

    Suasana dalam ruang bawah tanah itu semakin tegang. Zidan, Elric, Kyro, dan Daren saling berbisik, berusaha menahan nafas mereka seiring dengan langkah kaki yang semakin mendekat. Mereka menyembunyikan diri dengan cermat, bersembunyi di balik rak-rak buku yang tinggi dan penuh debu. Langkah itu berhenti sejenak, dan keduanya bisa merasakan ketegangan yang mencekam. Tiba-tiba, suara langkah itu berhenti tepat di depan mereka. Salah satu sosok dari pengawal yang mereka kenali muncul, mengenakan jubah hitam dan wajahnya tersembunyi dalam bayang-bayang topinya. Mereka bisa merasakan aura kekuatan yang kuat mengalir dari sosok tersebut. “Kita harus tetap diam,” bisik Zidan dengan suara yang hampir tidak terdengar. Di antara mereka, Elric adalah yang paling gelisah. Matanya melirik ke arah tangga yang gelap, merasa khawatir jika lebih banyak lagi pengawal akan datang. Kyro yang biasa tenang juga tampak waspada, sementara Daren menggenggam pedangnya dengan erat. Mereka semua tahu, jika

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • ALKEMIS TERAKHIR    88. Latihan Insentif

    Langkah kaki itu semakin dekat, menggema di lorong sempit yang diterangi obor di dinding. Zidan dan kelompoknya berdiri dalam formasi, napas mereka berat, tubuh masih lelah setelah melawan pengawal sebelumnya. "Berapa banyak lagi yang akan datang?" bisik Kyro dengan nada cemas. "Aku tidak tahu," jawab Zidan, matanya terpaku pada kegelapan di ujung lorong. "Tapi kita harus bertahan." Daren mencengkeram gagang pedangnya lebih erat, sementara Elric, meskipun masih terluka, menyiapkan panah di busurnya. "Jika kita tidak bisa melawan, kita harus menemukan cara lain untuk keluar dari sini," katanya dengan suara lirih. Dari balik bayangan, muncul tiga pengawal bersenjata lengkap. Tubuh mereka lebih besar dari pengawal sebelumnya, dan mereka tampak jauh lebih terlatih. Salah satu dari mereka, yang membawa kapak besar, melangkah maju dan menatap kelompok Zidan dengan mata tajam. "Jadi kalian yang membuat kekacauan di sini?" suaranya berat dan dingin. "Kalian tidak akan keluar hidup-h

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • ALKEMIS TERAKHIR    69. Bahasa Mendekat

    Hari-hari di akademi berubah menjadi lebih tegang dari sebelumnya. Zidan, Elric, Daren, dan Kyro menjalani latihan intensif sambil terus waspada. Mereka tahu bahwa Harzan tidak hanya menguji kemampuan mereka, tetapi juga mencari celah untuk menemukan penyusup yang berani menantang kekuasaan Arzan.Di tengah latihan fisik yang melelahkan, Zidan tak bisa menghilangkan kekhawatiran dalam hatinya. Harzan memiliki cara licik untuk membuat seseorang menyerah tanpa harus mengajukan banyak pertanyaan."Bagaimana jika dia tahu?" bisik Kyro suatu malam ketika mereka berkumpul di kamar."Kita tidak boleh panik," jawab Zidan, suaranya pelan namun tegas. "Harzan hanya mencoba mengintimidasi kita. Selama kita tetap tenang, dia tidak akan punya bukti."Daren mengangguk sambil menggenggam tangannya yang penuh goresan akibat latihan hari itu. "Aku setuju. Kita hanya perlu bersatu. Kalau ada yang mulai curiga, kita saling melindungi."Namun, Elric tampak lebih gelisah. "Kalian tidak mengerti. Harzan bu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • ALKEMIS TERAKHIR    90. Terjebak Dalam Kegelapan

    Zidan mengarahkan teman-temannya ke area yang lebih jauh dari penjagaan, tempat mereka bisa mengakses ruang arsip tanpa mudah terdeteksi. Jantung Zidan berdetak kencang, setiap langkahnya terasa seperti bom waktu. Ini adalah permainan hidup dan mati, dan mereka tahu bahwa satu kesalahan bisa mengakhiri segalanya."Pastikan kalian tetap tenang," bisik Zidan, memberi isyarat kepada Daren, Elric, dan Kyro untuk tetap berada di belakangnya. Mereka berempat bergerak dengan gesit, menunduk agar tidak terlihat dari luar. Seiring mereka mendekati pintu arsip, ketegangan semakin terasa.Zidan berhenti di depan pintu, matanya bergerak cepat mencari tahu apakah ada penjaga di dalam atau di sekitar ruangan. "Kalian tunggu di sini," bisiknya lagi. "Aku akan cek situasinya."Zidan bergerak ke samping pintu dan dengan hati-hati menyelinap ke dalam bayangan, mencoba untuk tetap tak terlihat. Ketika dia membuka sedikit pintu arsip, dia melihat penjaga yang sedang duduk menghadap meja di ujung ruangan.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • ALKEMIS TERAKHIR    91.

    Zee melangkah keluar dari pondok pelatihan dengan hati yang berat. Beban yang diletakkan Guru Kana di pundaknya terasa begitu besar. Pikiran tentang kutukan dan tanda gelap yang terus menghantuinya membuat langkahnya terasa semakin lambat. Di depan pondok, Neo berdiri menunggu, matanya memancarkan semangat. “Zee,” Neo memanggil, “Aku tahu ini tidak mudah, tapi kau harus percaya bahwa kau memiliki sesuatu yang luar biasa dalam dirimu. Tenaga dalam putih itu adalah anugerah, bahkan jika kau belum bisa mengendalikannya sekarang.”Zee menghela napas. “Kau selalu optimis, Neo. Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya mengatasi kutukan ini. Rasanya seperti ada dua kekuatan di dalam diriku yang saling bertarung, dan aku hanya bisa melihat kegelapan yang menang.”Neo menepuk bahu Zee dengan lembut. “Mungkin kau perlu lebih mengenal dirimu sendiri. Kegelapan itu bukan sesuatu yang tak terkalahkan. Jika kau bisa menemukan sumber cahayamu, aku yakin kau bisa melawan kutukan itu.”Sore itu, Zee dan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • ALKEMIS TERAKHIR    92. Jejak Terlarang

    Malam terasa panjang bagi Zidan. Ia duduk di ambang jendela, menatap bulan yang tergantung di langit gelap. Pikiran tentang Kakek Suma terus menghantuinya. Meski gurunya adalah salah satu alkemis terkuat yang ia kenal, tetap saja ada kekhawatiran dalam hatinya. Ia tahu kekuatan musuh yang mereka hadapi bukan main-main.“Zidan, kau tidak tidur?” suara Elric tiba-tiba memecah keheningan.Zidan menoleh, melihat Elric yang duduk di ranjangnya sambil memegang sisi rusuk yang masih terasa sakit akibat serangan sebelumnya.“Aku sedang berpikir,” jawab Zidan singkat.“Kau khawatir tentang Kakek Suma, kan?” tanya Elric.Zidan mengangguk. “Dia menyuruh kita pergi, tapi aku merasa seperti pengecut. Dia mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi kita.”Elric mendesah. “Aku mengerti perasaanmu. Tapi kita juga punya tanggung jawab. Kakek Suma percaya padamu, Zidan. Kau harus membuktikan bahwa kepercayaannya tidak salah.”Zidan terdiam, merenungkan kata-kata Elric. Dia tahu Elric benar, tapi tetap saj

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • ALKEMIS TERAKHIR    94. Kejaran yang Tak Terhindarkan

    Malam itu, setelah berhasil melarikan diri, Zidan dan teman-temannya kembali ke gudang tempat mereka biasa berdiskusi. Napas mereka masih tersengal-sengal, adrenalin belum sepenuhnya reda. Elric duduk dengan tangan di lutut, mencoba menenangkan dirinya.“Kita ketahuan,” kata Kyro, suaranya gemetar. “Bagaimana jika mereka melaporkan kita pada para pengawal? Ini bisa berakhir buruk!”“Kita tidak punya pilihan lain tadi,” jawab Zidan, mencoba menenangkan kelompoknya. “Tapi kita juga tidak bisa hanya bersembunyi. Harzan pasti sudah mengetahui bahwa seseorang menyusup ke ruangannya.”Daren memukul meja di depannya. “Kita harus segera bertindak! Kalau kita tunggu lebih lama, mereka bisa memperkuat penjagaan atau bahkan mempercepat ritualnya!”“Daren benar,” tambah Elric, meski sorot matanya menyiratkan kekhawatiran. “Tapi rencana apa yang bisa kita lakukan sekarang? Kita bahkan nyaris tertangkap.”Zidan berdiri, memandang teman-temannya dengan serius. “Kita tahu sekarang siapa musuh kita—Ha

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20

Bab terbaru

  • ALKEMIS TERAKHIR    116. Raja Zidan

    Langit di atas Arzan membentang biru jernih, hanya dihiasi awan tipis yang melayang perlahan. Sinar matahari pagi memantulkan kilauan keemasan di atap istana yang megah, lambang dari pemerintahan baru yang kini membawa harapan bagi rakyatnya. Di bawah kepemimpinan Raja Zidan, kerajaan yang dahulu dilanda peperangan kini berdiri dengan kokoh, lebih kuat dan lebih makmur dari sebelumnya.Di pusat kota, pasar yang dulunya sepi kini kembali ramai. Pedagang-pedagang memenuhi jalanan dengan tenda dan lapak mereka, menawarkan hasil bumi yang melimpah, kain-kain sutra yang indah, dan barang-barang berharga dari berbagai wilayah. Anak-anak berlarian dengan riang, suara tawa mereka menggema di antara bangunan-bangunan yang telah dipugar. Tidak ada lagi ketakutan di mata mereka, tidak ada lagi bayangan peperangan yang menghantui.Di depan istana, Zidan berdiri tegak di atas balkon, memandang ke arah rakyatnya dengan mata penuh kebanggaan. Ia mengenakan jubah kebesaran berwarna biru tua dengan su

  • ALKEMIS TERAKHIR    115. Raja Baru

    Setelah melalui perjalanan panjang penuh darah dan pengorbanan, Zidan akhirnya berdiri di puncak kekuasaan. Dia tidak mendambakan tahta, tetapi takdir membawanya ke posisi itu. Sebagai pemimpin baru kerajaan Arzan, dia memikul beban yang lebih besar daripada yang pernah ia bayangkan.Hari-hari setelah kemenangan besar itu dipenuhi dengan pertemuan, keputusan, dan perubahan yang drastis. Zidan menyadari bahwa kerajaan yang baru harus dibangun dengan fondasi yang kokoh, bukan hanya dengan kekuatan alkemis, tetapi juga dengan keadilan dan kebijaksanaan yang benar-benar mengutamakan rakyat.Rakyat Arzan, yang dulu hidup dalam bayang-bayang ketakutan, kini mengangkat kepalanya. Di jalanan dan pasar, mereka menyebutnya dengan penuh hormat: Raja Zidan, meski ia lebih suka dianggap sebagai pelayan rakyat.Zidan berjalan menyusuri jalan-jalan kota Arzan, ditemani oleh beberapa pengawal dan anggota dewan penasihat. Di setiap sudut, warga menyapanya dengan hormat. Para ped

  • ALKEMIS TERAKHIR    114. Kemenangan

    Zidan berdiri di tengah reruntuhan istana Arzan, menatap medan pertempuran yang kini mulai mereda. Udara masih dipenuhi debu, bau darah dan mesiu bercampur dengan angin malam yang dingin."Kyro, cari yang terluka dan kumpulkan mereka di pusat kota!" perintah Zidan, suaranya penuh kewibawaan meski kelelahan jelas terasa.Kyro mengangguk dan segera bergerak, bersama beberapa alkemis lain yang masih mampu berdiri."Asmar, periksa reruntuhan. Ada kemungkinan beberapa orang masih terjebak di bawah sana," lanjutnya.Asmar tanpa ragu mulai menggambar lingkaran alkemis di tanah. Dengan kekuatan alkeminya, batu-batu besar perlahan bergerak, membuka jalur bagi mereka yang mungkin masih hidup di bawah puing-puing.Di sisi lain, Kakek Suma memimpin pasukan alkemis yang tersisa, menahan sisa-sisa pengawal kerajaan yang menyerah. "Mereka yang menyerah, ikat dan kumpulkan. Kita akan menentukan nasib mereka nanti," katanya tegas.Zidan berjalan ke tengah kota yang porak-poranda. Beberapa warga sipil

  • ALKEMIS TERAKHIR    113. Serangan

    Zidan menggenggam pedangnya erat, tubuhnya dipenuhi luka, tapi semangatnya tidak padam. Energi biru yang mengelilinginya berkobar semakin kuat, berdenyut seperti jantung yang penuh amarah.Makhluk bayangan itu menatapnya dengan tatapan kosong, sebelum akhirnya mengangkat tangannya. Kabut hitam di sekelilingnya berputar seperti badai, membentuk tombak kegelapan raksasa."MATI!" raung makhluk itu, melemparkan tombak tersebut ke arah Zidan dengan kecepatan kilat.BOOM!Zidan melompat ke samping tepat sebelum tombak itu menghantam lantai, menciptakan kawah besar dan meruntuhkan sebagian dinding perpustakaan. Batu dan pecahan kayu beterbangan, menyelimuti medan pertempuran dengan debu tebal.Dari dalam kabut, makhluk itu melesat ke arah Zidan dengan kecepatan tak kasat mata!CLANG!Pedang Zidan bertemu dengan cakar hitam makhluk itu, menciptakan percikan energi yang menyilaukan. Tubuh Zidan terdorong ke belakang oleh kekuatan luar biasa, tapi dia tetap bertahan."Asmar! Beri dia dukungan!"

  • ALKEMIS TERAKHIR    112. Perang Kerajaan Arzan

    Zidan mengatur napasnya, darah mengalir dari luka di pelipisnya. Ia dan kelompoknya telah terpojok di dalam Perpustakaan Terlarang, dikelilingi oleh Zarif, Jenderal Morvath, dan pasukan kekaisaran. "Dinding mulai runtuh," bisik Kyro. "Kita tak bisa bertahan lama di sini." Asmar menekan luka di bahunya, matanya tajam mengamati Morvath. "Jadi ini rencana Kaisar? Menghapus seluruh jejak sejarah alkemis?" Morvath menyeringai. "Sejarah tidak lebih dari beban bagi yang lemah. Kaisar menginginkan kekuatan sejati." Zarif melangkah maju. "Tak perlu banyak bicara. Kita akhiri mereka sekarang." Zidan tidak menunggu. Dengan gerakan cepat, ia menjejak tanah, menciptakan gelombang energi yang menghantam lantai. Batu-batu berhamburan, menciptakan kabut debu yang menghalangi pandangan. "SEKARANG!" teriaknya. Kyro melemparkan bom asap, mempertebal kabut. Dalam kekacauan itu, Zidan berlari ke arah Morvath, mengayunkan pedangnya dengan sekuat tenaga. Tebasan itu hampir mengenai Morvath

  • ALKEMIS TERAKHIR    111. Pengkhianatan

    Ruangan masih dipenuhi asap akibat ledakan. Zidan mengatur napasnya, matanya tetap waspada mengawasi tubuh Zarif yang tergeletak tak berdaya di lantai. Namun, ia tahu bahwa kemenangan ini hanya permulaan dari pertarungan yang lebih besar. "Asmar, kita harus pergi sekarang," ucap Zidan tegas. Asmar mengangguk. "Terowongan ini tidak akan bertahan lama. Kita harus menuju ke bagian terdalam istana sebelum pasukan lain datang." Mereka bergerak cepat melalui lorong bawah tanah, langkah mereka tergesa-gesa namun tetap berhati-hati. Zidan merasakan atmosfer yang semakin mencekam—seperti ada sesuatu yang mengawasi mereka dari kegelapan. Saat mereka mencapai persimpangan lorong, suara langkah kaki mendekat dengan cepat. Zidan memberi isyarat agar semua berhenti. Dari kejauhan, terlihat sekelompok pengawal istana yang membawa obor, menerangi lorong yang remang. "Tidak ada jalan mundur," bisik Kyro, menggenggam belatinya erat. "Tidak," Zidan menggeleng. "Kita akan membuat mereka kehil

  • ALKEMIS TERAKHIR    110. Pertarungan Yang Sengit

    Dengan Asmar kini berada di sisi mereka, ketegangan semakin memuncak. Zidan tahu bahwa mereka sudah berada di ujung jurang—hanya dengan pergerakan cepat dan strategi yang cermat mereka bisa selamat. Namun, tantangan yang dihadapi tidak hanya fisik, tetapi juga banyak rahasia yang harus diungkap.Setelah mendiskusikan rencana mereka dengan Asmar, Zidan merasa seluruh beban tanggung jawab terletak di pundaknya. Kerajaan yang sudah begitu kuat dan pengkhianatan yang terjalin rapat membuat setiap langkah yang mereka ambil berpotensi menjadi jalan menuju kehancuran.Asmar mengisyaratkan agar mereka bergerak lebih cepat. "Pintu belakang sudah pasti telah dibuka. Kerajaan tidak akan lama lagi menyadari kita telah memasuki ruang bawah tanah ini. Kita harus menuju pusat kekuatan mereka—dan menemukan cara untuk menghentikan pertempuran alkemis yang telah mereka rencanakan."Zidan mengangguk dan dengan sigap memimpin kelompok menuju jalur yang lebih sempit dan

  • ALKEMIS TERAKHIR    109. Langkah Rahasia

    Baik! Saya akan melanjutkan cerita dengan lebih banyak ketegangan dan intrik. Berikut kelanjutannya:Zidan mengatur napasnya dengan hati-hati saat ia dan teman-temannya bersembunyi di balik bayangan dinding benteng Arzan. Mereka tahu bahwa setiap gerakan ceroboh bisa menarik perhatian pengawal yang berjaga ketat. Elric melirik ke arah Zidan, matanya penuh tanda tanya."Apa rencanamu sekarang?" bisik Elric.Zidan menghela napas, berpikir cepat. "Kita harus menciptakan gangguan. Jika kita hanya menunggu, kita akan terjebak di sini selamanya."Kyro mengangguk, matanya berbinar penuh keberanian. "Aku bisa membuat suara ledakan kecil dengan batu api dan bubuk mesiu yang kubawa. Itu bisa mengalihkan perhatian mereka cukup lama."Daren tersenyum tipis. "Baiklah, begitu mereka terpancing, kita harus bergerak cepat. Tapi bagaimana kita tahu jalur mana yang paling aman?"Zidan merogoh saku jubahnya dan mengeluarkan secarik kertas peta yang ia dapatkan dari seorang informan sebelumnya. "Ada jalu

  • ALKEMIS TERAKHIR    108. Rasa Curiga

    Zidan melangkah dengan hati-hati, matanya menyapu sekeliling lorong gelap yang dipenuhi bayangan. Nafasnya ditahan, mendengar langkah-langkah kaki yang mendekat. Ia merapat ke dinding, menunggu hingga suara itu menjauh sebelum melanjutkan perjalanan. Harzan telah mencurigainya, dan setiap gerak-geriknya kini dalam pengawasan. Namun, ia tak bisa mundur sekarang.Setelah bertemu Kakek Suma dan mendapatkan petunjuk penting, ia tahu bahwa keberadaannya di Akademi Arzan bukan sekadar kebetulan. Ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi, sesuatu yang melibatkan kekuatan tersembunyi yang bisa mengancam keseimbangan kekaisaran. Namun, sebelum ia bisa bertindak, ia harus memastikan keselamatan Daren, Kyro, dan Elric. Mereka bertiga mungkin belum tahu sepenuhnya bahaya yang mengintai, tetapi mereka adalah orang-orang yang bisa ia percayai.Di dalam kamar mereka, keheningan menggantung saat Zidan menceritakan apa yang ia ketahui. Daren duduk dengan ekspresi serius, sementara Kyro berkacak ping

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status