Home / Fantasi / ALKEMIS TERAKHIR / 94. Kejaran yang Tak Terhindarkan

Share

94. Kejaran yang Tak Terhindarkan

last update Last Updated: 2025-01-20 20:46:21

Malam itu, setelah berhasil melarikan diri, Zidan dan teman-temannya kembali ke gudang tempat mereka biasa berdiskusi. Napas mereka masih tersengal-sengal, adrenalin belum sepenuhnya reda. Elric duduk dengan tangan di lutut, mencoba menenangkan dirinya.

“Kita ketahuan,” kata Kyro, suaranya gemetar. “Bagaimana jika mereka melaporkan kita pada para pengawal? Ini bisa berakhir buruk!”

“Kita tidak punya pilihan lain tadi,” jawab Zidan, mencoba menenangkan kelompoknya. “Tapi kita juga tidak bisa hanya bersembunyi. Harzan pasti sudah mengetahui bahwa seseorang menyusup ke ruangannya.”

Daren memukul meja di depannya. “Kita harus segera bertindak! Kalau kita tunggu lebih lama, mereka bisa memperkuat penjagaan atau bahkan mempercepat ritualnya!”

“Daren benar,” tambah Elric, meski sorot matanya menyiratkan kekhawatiran. “Tapi rencana apa yang bisa kita lakukan sekarang? Kita bahkan nyaris tertangkap.”

Zidan berdiri, memandang teman-temannya dengan serius. “Kita tahu sekarang siapa musuh kita—Ha
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • ALKEMIS TERAKHIR    95. Pertempuran Tak Terduga

    Malam menjelang keberangkatan mereka terasa tegang. Zidan, Elric, Kyro, dan Daren mempersiapkan diri dengan perlengkapan yang telah mereka kumpulkan secara diam-diam selama beberapa hari terakhir. Mereka tahu ini bukan sekadar perjalanan biasa—ini adalah misi yang dapat menentukan nasib mereka, atau bahkan seluruh dunia.Zidan menggenggam sebuah peta kasar yang ia dapat dari Kakek Suma. Pegunungan barat tampak jauh, dan kuil kuno yang menjadi tujuan mereka tersembunyi di antara jurang-jurang terjal.“Aku harap kita tidak perlu menghadapi terlalu banyak penjaga di sana,” gumam Kyro sambil memeriksa busur panahnya.“Harapan itu bagus,” balas Daren dengan nada sarkastik, “tapi kita semua tahu Harzan pasti sudah memperkirakan ini. Mereka akan melindungi tempat itu dengan segala cara.”“Kalau begitu, kita harus bergerak cepat dan berhati-hati,” sela Zidan. “Kita tidak bisa membiarkan mereka menyelesaikan ritual itu.”Elric, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Dan bagaimana kalau

    Last Updated : 2025-01-21
  • ALKEMIS TERAKHIR    96. Jejak Yang Tertinggal

    Di bawah langit malam yang penuh bintang, Zidan, Elric, Daren, dan Kyro duduk melingkar di dekat api unggun. Mereka masih bisa merasakan gemuruh tanah di bawah kaki mereka saat kuil itu runtuh. Tapi perasaan lega itu hanya sementara; ancaman Harzan masih menggantung di kepala mereka.“Kita berhasil menghancurkan rencana mereka di kuil itu,” ujar Kyro, suaranya lelah namun bersemangat. “Tapi apa yang dia lakukan dengan portal itu? Apa itu gerbang menuju tempat lain?”Elric menatap api unggun, tatapannya gelap. “Portal itu bukan sekadar tempat lain. Aku merasa Harzan memanggil sesuatu… sesuatu yang jauh lebih berbahaya.”Zidan mengangguk, wajahnya masih penuh kekhawatiran. “Aku pernah membaca tentang portal seperti itu. Dalam teks kuno yang pernah kuakses, disebutkan bahwa ada makhluk yang tersegel di dimensi lain. Harzan mungkin sedang mencoba memanggil mereka ke dunia ini.”Daren, yang selama ini lebih sering menjadi pendengar, akhirnya angkat bicara. “Kalau begitu, kita harus menemuk

    Last Updated : 2025-01-22
  • ALKEMIS TERAKHIR    97. Bayang Pengkhiayanat

    Langit mulai memerah di ufuk timur, menandakan akhir dari malam yang panjang dan penuh ketegangan. Setelah kemenangan di desa Calyn, Zidan, Elric, Kyro, dan Daren kembali ke akademi dengan pikiran yang bercampur aduk. Meski mereka berhasil menghentikan rencana Harzan untuk sementara, perasaan bahwa bahaya yang lebih besar sedang menunggu tidak bisa mereka abaikan.Saat mereka mendekati gerbang akademi, suasana yang ganjil menyambut mereka. Para penjaga tampak lebih tegang dari biasanya, dan mata mereka yang tajam memantau setiap pergerakan. Bahkan udara terasa berat, seolah-olah ada sesuatu yang besar sedang terjadi.“Ada yang tidak beres,” bisik Daren sambil memperhatikan penjaga di menara.Zidan mengangguk, instingnya mengatakan hal yang sama. “Kita harus hati-hati. Jangan menunjukkan apa pun yang bisa membuat mereka curiga.”Mereka melangkah masuk dengan sikap biasa, mencoba menutupi kegelisahan yang mulai muncul di hati masing-masing.Setelah kembali ke asrama, mereka duduk bersam

    Last Updated : 2025-01-23
  • ALKEMIS TERAKHIR    98. Misi Ruang Bawah Tanah

    Setelah berhasil meloloskan diri dari Vayron, Zidan dan teman-temannya berkumpul di sebuah gua kecil di pinggiran akademi. Tempat itu tersembunyi dan jauh dari jangkauan para pengawal, setidaknya untuk sementara waktu.Kyro menyalakan lentera kecil, sementara Daren sibuk memeriksa luka kecil di lengan Zidan. "Kau terluka. Kenapa tidak bilang?" protes Daren dengan nada khawatir."Aku baik-baik saja," jawab Zidan singkat, menarik tangannya. "Yang lebih penting adalah apa langkah kita berikutnya."Elric menatap Zidan dengan sorot mata penuh tanda tanya. “Zidan, kau perlu menjelaskan sesuatu. Kekuatanku mungkin tak sehebat dirimu, tapi aku tahu kau menyembunyikan sesuatu dariku. Dari kami.”Suasana mendadak sunyi. Kyro dan Daren menatap Zidan, menunggu jawaban.Zidan menghela napas dalam. Ia tahu bahwa kepercayaan mereka kini berada di ujung tanduk, dan ia tidak bisa lagi terus menghindar. "Baiklah," katanya akhirnya. "Kalian benar. Aku menyembunyikan sesuatu. Aku... seorang alkemis."Mat

    Last Updated : 2025-01-24
  • ALKEMIS TERAKHIR    99. Bayangan Harzan

    Malam yang sunyi di tempat persembunyian mereka menjadi semakin mencekam. Zidan, Daren, Kyro, dan Elric duduk melingkar di sekitar meja kayu kecil. Dokumen yang mereka ambil dari ruang bawah tanah Harzan tergeletak di tengah, penuh dengan simbol-simbol misterius dan diagram yang tampak seperti rencana besar."Jadi, apa yang sebenarnya sedang direncanakan Harzan?" tanya Kyro, memecah keheningan. Wajahnya yang biasanya santai kini terlihat serius.Elric menghela napas panjang, menunjuk pada salah satu bagian dokumen. "Lihat ini. Harzan sedang mempersiapkan senjata alkemis yang akan menghancurkan tatanan dunia. Jika ini benar, senjata itu tidak hanya bisa memusnahkan pasukan, tapi juga menghancurkan wilayah dalam hitungan detik."Daren menggeram, mengepalkan tangannya. "Orang itu benar-benar gila. Kita harus menghentikannya sebelum terlambat.""Masalahnya," sela Zidan, "kita hanya berempat. Bahkan jika kita tahu rencananya, bagaimana caranya kita bisa menghentikan seseorang sekuat Harzan

    Last Updated : 2025-01-26
  • ALKEMIS TERAKHIR    100. Perlawanan

    Malam itu, setelah pertarungan sengit, desa kecil yang mereka tempati menjadi sunyi. Api dari rumah-rumah yang terbakar telah padam, menyisakan arang dan asap tipis yang melayang di udara. Penduduk desa, meski lelah, mulai membersihkan reruntuhan sambil mengucapkan doa untuk yang terluka dan tewas. Zidan duduk di atas batu besar di pinggir desa, wajahnya dipenuhi keringat dan darah kering yang belum ia bersihkan. Pandangannya kosong, pikirannya terus memutar ulang kejadian yang baru saja berlalu. “Kenapa kau tidak memberitahu kami sebelumnya?” suara Elric memecah keheningan. Ia berjalan mendekati Zidan, diikuti oleh Kyro dan Daren. “Memberitahu apa?” balas Zidan tanpa menoleh. “Elric maksudkan, kenapa kau menyembunyikan kekuatanmu?” kata Kyro dengan nada lembut. “Kami semua melihat apa yang kau lakukan tadi. Kau alkemis, bukan?” Zidan menghela napas panjang, lalu menunduk. “Karena aku tahu ini akan terjadi,” jawabnya akhirnya. “Ketika orang tahu aku seorang alkemis, semuanya

    Last Updated : 2025-01-26
  • ALKEMIS TERAKHIR    101. Mencari Sekutu

    Gua pemberontak kini berubah menjadi medan pertempuran yang memanas. Pasukan Harzan menyerang tanpa ampun, menghantam pertahanan dengan kekuatan penuh. Ledakan sihir mengguncang dinding-dinding gua, debu dan pecahan batu beterbangan di udara. Teriakan perintah dan dentingan senjata memenuhi tempat itu, menciptakan suasana yang penuh kepanikan.Zidan memimpin kelompoknya keluar dari ruangan utama, mengarahkan mereka ke koridor belakang. “Kita harus mencari jalur keluar,” katanya sambil menggenggam pedangnya. Wajahnya tegang, tetapi matanya tetap tajam.“Kita tidak bisa membiarkan mereka menyerbu sampai ke inti gua,” kata Elric, menebas salah satu penjaga Harzan yang mencoba mendekati mereka. “Jika pusat pertahanan kita runtuh, semuanya akan berakhir.”Daren menunduk untuk menghindari serangan api yang dilemparkan seorang mage dari pasukan musuh. “Kita harus menghadang mereka di titik sempit. Kalau tidak, jumlah mereka akan membuat kita kewalahan!”Kyro menunjuk ke lorong sempit yang me

    Last Updated : 2025-01-27
  • ALKEMIS TERAKHIR    102. Bayangan Harzan

    Zidan, Elric, Kyro, dan Daren berdiri di tengah ruangan besar yang hanya diterangi cahaya redup dari obor yang mereka bawa. Empat jalan di hadapan mereka terasa seperti perangkap, masing-masing membawa ancaman tak terlihat. Suara gema misterius dari dinding batu terus terdengar, seakan menguji nyali mereka.“Kita harus memilih dengan bijak,” kata Zidan sambil memeriksa setiap jalan. “Kakek Suma pernah berkata bahwa ujian di Kuil Bayangan selalu menguji hati seseorang. Ini bukan hanya soal kekuatan.”Kyro menyentuh dinding batu yang dingin. “Bagaimana kita tahu jalan mana yang benar? Semuanya terlihat sama.”Daren, yang lebih peka terhadap energi magis, memejamkan mata. “Aku bisa merasakan sesuatu dari jalan kedua,” katanya. “Ada aura yang menarikku ke sana, tetapi… itu juga terasa berbahaya.”Elric mengamati simbol-simbol di atas masing-masing jalan. “Simbol ini… mereka mewakili empat elemen: tanah, air, api, dan angin. Mungkin ada hubungannya dengan ujian yang akan kita hadapi.”“Kal

    Last Updated : 2025-01-28

Latest chapter

  • ALKEMIS TERAKHIR    115. Raja Baru

    Setelah melalui perjalanan panjang penuh darah dan pengorbanan, Zidan akhirnya berdiri di puncak kekuasaan. Dia tidak mendambakan tahta, tetapi takdir membawanya ke posisi itu. Sebagai pemimpin baru kerajaan Arzan, dia memikul beban yang lebih besar daripada yang pernah ia bayangkan.Hari-hari setelah kemenangan besar itu dipenuhi dengan pertemuan, keputusan, dan perubahan yang drastis. Zidan menyadari bahwa kerajaan yang baru harus dibangun dengan fondasi yang kokoh, bukan hanya dengan kekuatan alkemis, tetapi juga dengan keadilan dan kebijaksanaan yang benar-benar mengutamakan rakyat.Rakyat Arzan, yang dulu hidup dalam bayang-bayang ketakutan, kini mengangkat kepalanya. Di jalanan dan pasar, mereka menyebutnya dengan penuh hormat: Raja Zidan, meski ia lebih suka dianggap sebagai pelayan rakyat.Zidan berjalan menyusuri jalan-jalan kota Arzan, ditemani oleh beberapa pengawal dan anggota dewan penasihat. Di setiap sudut, warga menyapanya dengan hormat. Para ped

  • ALKEMIS TERAKHIR    114. Kemenangan

    Zidan berdiri di tengah reruntuhan istana Arzan, menatap medan pertempuran yang kini mulai mereda. Udara masih dipenuhi debu, bau darah dan mesiu bercampur dengan angin malam yang dingin."Kyro, cari yang terluka dan kumpulkan mereka di pusat kota!" perintah Zidan, suaranya penuh kewibawaan meski kelelahan jelas terasa.Kyro mengangguk dan segera bergerak, bersama beberapa alkemis lain yang masih mampu berdiri."Asmar, periksa reruntuhan. Ada kemungkinan beberapa orang masih terjebak di bawah sana," lanjutnya.Asmar tanpa ragu mulai menggambar lingkaran alkemis di tanah. Dengan kekuatan alkeminya, batu-batu besar perlahan bergerak, membuka jalur bagi mereka yang mungkin masih hidup di bawah puing-puing.Di sisi lain, Kakek Suma memimpin pasukan alkemis yang tersisa, menahan sisa-sisa pengawal kerajaan yang menyerah. "Mereka yang menyerah, ikat dan kumpulkan. Kita akan menentukan nasib mereka nanti," katanya tegas.Zidan berjalan ke tengah kota yang porak-poranda. Beberapa warga sipil

  • ALKEMIS TERAKHIR    113. Serangan

    Zidan menggenggam pedangnya erat, tubuhnya dipenuhi luka, tapi semangatnya tidak padam. Energi biru yang mengelilinginya berkobar semakin kuat, berdenyut seperti jantung yang penuh amarah.Makhluk bayangan itu menatapnya dengan tatapan kosong, sebelum akhirnya mengangkat tangannya. Kabut hitam di sekelilingnya berputar seperti badai, membentuk tombak kegelapan raksasa."MATI!" raung makhluk itu, melemparkan tombak tersebut ke arah Zidan dengan kecepatan kilat.BOOM!Zidan melompat ke samping tepat sebelum tombak itu menghantam lantai, menciptakan kawah besar dan meruntuhkan sebagian dinding perpustakaan. Batu dan pecahan kayu beterbangan, menyelimuti medan pertempuran dengan debu tebal.Dari dalam kabut, makhluk itu melesat ke arah Zidan dengan kecepatan tak kasat mata!CLANG!Pedang Zidan bertemu dengan cakar hitam makhluk itu, menciptakan percikan energi yang menyilaukan. Tubuh Zidan terdorong ke belakang oleh kekuatan luar biasa, tapi dia tetap bertahan."Asmar! Beri dia dukungan!"

  • ALKEMIS TERAKHIR    112. Perang Kerajaan Arzan

    Zidan mengatur napasnya, darah mengalir dari luka di pelipisnya. Ia dan kelompoknya telah terpojok di dalam Perpustakaan Terlarang, dikelilingi oleh Zarif, Jenderal Morvath, dan pasukan kekaisaran. "Dinding mulai runtuh," bisik Kyro. "Kita tak bisa bertahan lama di sini." Asmar menekan luka di bahunya, matanya tajam mengamati Morvath. "Jadi ini rencana Kaisar? Menghapus seluruh jejak sejarah alkemis?" Morvath menyeringai. "Sejarah tidak lebih dari beban bagi yang lemah. Kaisar menginginkan kekuatan sejati." Zarif melangkah maju. "Tak perlu banyak bicara. Kita akhiri mereka sekarang." Zidan tidak menunggu. Dengan gerakan cepat, ia menjejak tanah, menciptakan gelombang energi yang menghantam lantai. Batu-batu berhamburan, menciptakan kabut debu yang menghalangi pandangan. "SEKARANG!" teriaknya. Kyro melemparkan bom asap, mempertebal kabut. Dalam kekacauan itu, Zidan berlari ke arah Morvath, mengayunkan pedangnya dengan sekuat tenaga. Tebasan itu hampir mengenai Morvath

  • ALKEMIS TERAKHIR    111. Pengkhianatan

    Ruangan masih dipenuhi asap akibat ledakan. Zidan mengatur napasnya, matanya tetap waspada mengawasi tubuh Zarif yang tergeletak tak berdaya di lantai. Namun, ia tahu bahwa kemenangan ini hanya permulaan dari pertarungan yang lebih besar. "Asmar, kita harus pergi sekarang," ucap Zidan tegas. Asmar mengangguk. "Terowongan ini tidak akan bertahan lama. Kita harus menuju ke bagian terdalam istana sebelum pasukan lain datang." Mereka bergerak cepat melalui lorong bawah tanah, langkah mereka tergesa-gesa namun tetap berhati-hati. Zidan merasakan atmosfer yang semakin mencekam—seperti ada sesuatu yang mengawasi mereka dari kegelapan. Saat mereka mencapai persimpangan lorong, suara langkah kaki mendekat dengan cepat. Zidan memberi isyarat agar semua berhenti. Dari kejauhan, terlihat sekelompok pengawal istana yang membawa obor, menerangi lorong yang remang. "Tidak ada jalan mundur," bisik Kyro, menggenggam belatinya erat. "Tidak," Zidan menggeleng. "Kita akan membuat mereka kehil

  • ALKEMIS TERAKHIR    110. Pertarungan Yang Sengit

    Dengan Asmar kini berada di sisi mereka, ketegangan semakin memuncak. Zidan tahu bahwa mereka sudah berada di ujung jurang—hanya dengan pergerakan cepat dan strategi yang cermat mereka bisa selamat. Namun, tantangan yang dihadapi tidak hanya fisik, tetapi juga banyak rahasia yang harus diungkap.Setelah mendiskusikan rencana mereka dengan Asmar, Zidan merasa seluruh beban tanggung jawab terletak di pundaknya. Kerajaan yang sudah begitu kuat dan pengkhianatan yang terjalin rapat membuat setiap langkah yang mereka ambil berpotensi menjadi jalan menuju kehancuran.Asmar mengisyaratkan agar mereka bergerak lebih cepat. "Pintu belakang sudah pasti telah dibuka. Kerajaan tidak akan lama lagi menyadari kita telah memasuki ruang bawah tanah ini. Kita harus menuju pusat kekuatan mereka—dan menemukan cara untuk menghentikan pertempuran alkemis yang telah mereka rencanakan."Zidan mengangguk dan dengan sigap memimpin kelompok menuju jalur yang lebih sempit dan

  • ALKEMIS TERAKHIR    109. Langkah Rahasia

    Baik! Saya akan melanjutkan cerita dengan lebih banyak ketegangan dan intrik. Berikut kelanjutannya:Zidan mengatur napasnya dengan hati-hati saat ia dan teman-temannya bersembunyi di balik bayangan dinding benteng Arzan. Mereka tahu bahwa setiap gerakan ceroboh bisa menarik perhatian pengawal yang berjaga ketat. Elric melirik ke arah Zidan, matanya penuh tanda tanya."Apa rencanamu sekarang?" bisik Elric.Zidan menghela napas, berpikir cepat. "Kita harus menciptakan gangguan. Jika kita hanya menunggu, kita akan terjebak di sini selamanya."Kyro mengangguk, matanya berbinar penuh keberanian. "Aku bisa membuat suara ledakan kecil dengan batu api dan bubuk mesiu yang kubawa. Itu bisa mengalihkan perhatian mereka cukup lama."Daren tersenyum tipis. "Baiklah, begitu mereka terpancing, kita harus bergerak cepat. Tapi bagaimana kita tahu jalur mana yang paling aman?"Zidan merogoh saku jubahnya dan mengeluarkan secarik kertas peta yang ia dapatkan dari seorang informan sebelumnya. "Ada jalu

  • ALKEMIS TERAKHIR    108. Rasa Curiga

    Zidan melangkah dengan hati-hati, matanya menyapu sekeliling lorong gelap yang dipenuhi bayangan. Nafasnya ditahan, mendengar langkah-langkah kaki yang mendekat. Ia merapat ke dinding, menunggu hingga suara itu menjauh sebelum melanjutkan perjalanan. Harzan telah mencurigainya, dan setiap gerak-geriknya kini dalam pengawasan. Namun, ia tak bisa mundur sekarang.Setelah bertemu Kakek Suma dan mendapatkan petunjuk penting, ia tahu bahwa keberadaannya di Akademi Arzan bukan sekadar kebetulan. Ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi, sesuatu yang melibatkan kekuatan tersembunyi yang bisa mengancam keseimbangan kekaisaran. Namun, sebelum ia bisa bertindak, ia harus memastikan keselamatan Daren, Kyro, dan Elric. Mereka bertiga mungkin belum tahu sepenuhnya bahaya yang mengintai, tetapi mereka adalah orang-orang yang bisa ia percayai.Di dalam kamar mereka, keheningan menggantung saat Zidan menceritakan apa yang ia ketahui. Daren duduk dengan ekspresi serius, sementara Kyro berkacak ping

  • ALKEMIS TERAKHIR    107. Bukan Alkemis Biasa

    Mereka berjalan mengikuti para prajurit dengan hati-hati. Meskipun berhasil lolos dari reruntuhan, Zidan merasa bahwa bahaya yang mengintai mereka belum selesai. Setiap langkah yang mereka ambil semakin terasa berat, seakan ada sesuatu yang menunggu di ujung lorong.Elric melirik ke arah Zidan. “Apa kau yakin mereka tidak mencurigai kita?” bisiknya pelan.Zidan menggeleng tanpa menjawab. Ia tidak bisa memastikan. Para prajurit ini mungkin terlihat netral, tetapi siapa yang bisa menjamin bahwa mereka bukan bagian dari rencana yang lebih besar?Saat mereka semakin dekat dengan pintu keluar, salah satu prajurit berhenti dan menoleh ke arah mereka. “Sebelum kalian pergi, aku harus melaporkan keberadaan kalian kepada atasan. Tidak ada murid yang seharusnya berada di sini.”Kyro mengepalkan tangannya. “Kami hanya tersesat, apakah itu benar-benar perlu?”Prajurit itu menatap Kyro dengan dingin. “Aturan tetap aturan.”Zidan bisa merasakan detak jantungnya semakin cepat. Jika mereka dilaporkan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status