Home / Fantasi / ALKEMIS TERAKHIR / 67. Kekejaman Yang Belum berakhir

Share

67. Kekejaman Yang Belum berakhir

last update Last Updated: 2024-12-27 21:55:03

Daren dan Kyro saling berpandangan, mencoba mencerna apa yang baru saja mereka dengar. Diamnya mereka membuat atmosfer semakin berat. Elric, yang biasanya tenang, kini tampak gelisah. Ia melangkah mendekat ke Zidan, wajahnya penuh pertimbangan.

"Aku tidak tahu apakah aku harus percaya padamu," kata Elric dengan nada dingin. "Tapi jika kau benar-benar seorang alkemis, kau menyadari risikonya, bukan? Jika Arzan mengetahui identitasmu, bukan hanya kau yang akan dihukum. Kita semua bisa ikut terlibat."

Zidan mengangguk pelan, wajahnya serius. "Aku tahu risikonya. Aku sudah siap menanggung semuanya. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak bisa hanya diam melihat kekejaman Arzan terus berlanjut. Kerajaan kecil telah dihancurkan, rakyat tidak bersalah disiksa, dan mereka yang melawan dianggap musuh. Apa kau pikir kita bisa hidup seperti ini selamanya?"

Kyro, yang biasanya ceria, tampak muram. Ia menundukkan kepala sejenak sebelum akhirnya mengangkat wajahnya untuk menatap Zidan. "Aku ti
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • ALKEMIS TERAKHIR    68. Hutan Zorn

    Tahap ketiga dimulai dengan langkah yang jauh lebih menantang. Di depan mereka terbentang sebuah hutan lebat yang dikenal sebagai Hutan Zorn sebuah tempat yang penuh dengan makhluk buas dan jebakan alami. Hutan ini bukan hanya menguji fisik, tetapi juga ketahanan mental dan strategi bertahan hidup.Master Haidar, dengan ekspresi serius, memberi instruksi terakhir sebelum mereka memasuki hutan. “Kalian akan berkelompok dan bertahan di dalam hutan selama tiga hari. Yang bertahan hidup dan berhasil keluar dari hutan dengan kondisi utuh akan dinilai sebagai pemenang. Jangan mengandalkan kekuatan semata. Gunakan strategi dan kerjasama.”Zidan merasakan ketegangan di udara. Hutan Zorn terkenal tidak hanya karena bahaya yang mengintai, tetapi juga karena rumor-rumor tentang makhluk mengerikan yang menghuni tempat itu. Namun, ini adalah kesempatan terakhir mereka untuk menunjukkan kemampuan.“Jangan khawatir,” kata Daren, memecah keheningan. “Kita sudah melalui banyak hal bersama. Ini hanya b

    Last Updated : 2024-12-28
  • ALKEMIS TERAKHIR    69. Altar Ritual

    Setelah pertempuran itu, langkah-langkah mereka semakin hati-hati. Hutan Zorn, dengan suasana sunyinya yang menyesakkan, seolah mengintai setiap gerakan mereka. Pohon-pohon besar yang menjulang tinggi dengan akar yang melilit menyerupai jebakan alami membuat perjalanan terasa semakin sulit. Tidak ada jalan setapak yang jelas, hanya semak belukar dan bayang-bayang gelap yang menyelimuti mereka."Apakah ada yang merasa seperti sedang diawasi?" tanya Kyro, suara gemetar. Ia melirik ke belakang seolah-olah sesuatu bisa melompat kapan saja."Aku merasakannya sejak kita melangkah lebih jauh ke dalam hutan," jawab Elric dengan nada serius. “Ini bukan hanya hutan biasa. Ada sesuatu yang salah di sini.”Zidan berhenti, mengangkat tangan memberi tanda agar mereka juga berhenti. Ia menajamkan pendengarannya. Suara angin yang meniup daun-daun kering tiba-tiba terhenti. Segala sesuatu terasa begitu hening, terlalu hening.“Kita harus tetap bersiap. Tidak ada yang tahu apa yang akan muncul berikutn

    Last Updated : 2024-12-29
  • ALKEMIS TERAKHIR    70. Bayang Pelindung

    Zidan memegang erat pedangnya, bersiap menghadapi serangan pertama yang pasti akan datang. Kyro dan Daren berdiri di sampingnya, masing-masing menyiapkan senjata mereka. Elric tampak tidak begitu terkejut, namun tatapan matanya tetap tajam, mempersiapkan diri untuk apa pun yang mungkin terjadi. Seorang pembunuh dari Bayang Pelindung maju lebih dekat, matanya yang tajam penuh dengan ancaman. “Kalian tidak punya tempat untuk lari. Menyerahlah dan kalian akan cepat mati,” katanya dengan suara dingin, seolah sudah terbiasa mengakhiri hidup orang dengan sekejap. Zidan tahu bahwa waktu tidak lagi berpihak pada mereka. Ia tidak bisa membiarkan mereka bertahan hidup atau membiarkan mereka menyebarkan informasi tentang mereka. Dalam sekejap, Zidan mengayunkan pedangnya dengan cepat, mengarah ke salah satu pembunuh yang berada di depan. Gerakan Zidan begitu halus dan cepat, membuat lawannya tidak sempat menghindar. Namun, pembunuh itu dengan cekatan menghindar, melompat mundur dan menurunk

    Last Updated : 2024-12-30
  • ALKEMIS TERAKHIR    71. Perlakuan Buruk

    Latihan hari berikutnya berjalan lebih keras dari biasanya. Pelatih utama, seorang pria berusia paruh baya bernama Gerdan, terkenal dengan metode latihannya yang brutal. Tidak ada toleransi untuk kesalahan, tidak ada belas kasih bagi yang lemah. Para murid dihadapkan pada serangkaian latihan fisik yang menguras tenaga, disertai ujian teknik bertarung tanpa henti. Elric, meskipun dikenal cerdas, sering kali kesulitan menghadapi tekanan fisik yang ekstrem. Pagi itu, ia menjadi sasaran kemarahan Gerdan. "Elric!" panggil Gerdan dengan nada tajam, matanya menatap tajam ke arah murid itu. "Apa kau pikir ini tempat untuk bersantai? Gerakanmu lambat, seperti orang yang baru belajar berjalan!" Elric mencoba mengabaikan hinaan itu. Dengan pedang di tangannya, ia berusaha menunjukkan teknik terbaiknya dalam duel latihan melawan murid senior. Namun, lawannya terlalu kuat, dan Elric terjatuh beberapa kali. "Apa ini? Lemah sekali!" Gerdan melangkah maju, mengayunkan tongkat kayu panjangnya. "Ba

    Last Updated : 2025-01-02
  • ALKEMIS TERAKHIR    72. Misi Penuh Tantangan

    Hari-hari berlalu, dan keadaan Elric perlahan membaik. Wajahnya yang sebelumnya pucat kini mulai memerah kembali, dan kekuatan tubuhnya mulai pulih. Zidan, Daren, dan Kyro terus memberikan perhatian penuh, bahkan di luar jadwal latihan mereka. Mereka membagi tugas: Daren memastikan Elric makan dengan cukup, Kyro mengurus obat dan ramuan sederhana, sementara Zidan diam-diam mencari cara agar mereka bisa tetap melindungi Elric tanpa menarik perhatian pelatih atau murid lain.“Kalian benar-benar merepotkan diri untukku,” ujar Elric pada suatu pagi, ketika mereka sedang berkumpul di kamar. Suaranya terdengar tulus, meski masih ada sedikit rasa bersalah.“Kau itu bagian dari tim kami,” balas Kyro dengan senyum lebar. “Kalau kau tidak ada, siapa lagi yang akan menjawab soal-soal teori sulit itu?”Daren tertawa, menepuk bahu Elric dengan penuh semangat. “Dan siapa lagi yang akan menjadi pengingat bahwa kita tidak boleh terlalu banyak bermain-main?”Elric tersenyum kecil. Ia merasa diterima,

    Last Updated : 2025-01-02
  • ALKEMIS TERAKHIR    73. Kedekatan teman seperguruan

    Misi pengintaian yang diberikan pelatih Gerdan ternyata jauh lebih menantang dari yang mereka bayangkan. Tim Zidan, Elric, Daren, dan Kyro diberi tugas untuk mengumpulkan informasi di perbatasan hutan lebat yang memisahkan wilayah akademi dengan salah satu markas kecil Arzan. Hutan itu terkenal dengan jebakan alami dan rumor tentang makhluk buas yang berkeliaran di malam hari.Saat mereka memulai perjalanan, Elric terlihat lebih pendiam dari biasanya. Sikapnya membuat Daren tak tahan untuk menggodanya. "Hei, Elric, kau takut dengan hutan ini? Jangan khawatir, ada aku di sini!" katanya dengan nada bercanda, mencoba mencairkan suasana.Elric hanya meliriknya, kemudian menghela napas. “Aku tidak takut pada hutan, Daren. Aku hanya berpikir... tugas ini terlalu berisiko untuk murid seperti kita.”Zidan, yang berjalan di depan, menoleh. “Itu benar. Tapi kita tidak punya pilihan selain menyelesaikannya.”Kyro menepuk bahu Elric. “Hei, kita akan baik-baik saja. Kau lupa siapa yang ada di tim

    Last Updated : 2025-01-03
  • ALKEMIS TERAKHIR    74. Tempat Tersembunyi

    Setelah tantangan individu itu selesai, hubungan mereka semakin erat. Daren dan Kyro terus memuji Zidan atas ketenangannya di arena, sementara Elric yang biasanya sinis kini lebih sering diam, seolah merenungi sesuatu. "Sepertinya kau punya bakat alami untuk bertahan hidup, Zidan," ujar Kyro sambil menepuk bahu Zidan dengan penuh semangat. "Tapi aku penasaran, kau belajar dari mana semua itu?" Zidan hanya tersenyum tipis. "Aku banyak mengamati, itu saja." Namun, malam itu, ketika mereka sedang berkumpul di kamar, Elric akhirnya mengutarakan pikirannya. "Zidan, aku ingin bertanya," katanya dengan nada serius. Semua orang terdiam. Daren dan Kyro berhenti bercanda, menyadari bahwa pertanyaan ini mungkin penting. "Apa sebenarnya tujuanmu di sini?" Elric melanjutkan, matanya tajam menatap Zidan. "Kau tampak terlalu terlatih untuk seseorang yang berasal dari klan bawah." Zidan merasakan detak jantungnya meningkat. Namun, ia sudah mempersiapkan diri untuk momen seperti ini. "Tuju

    Last Updated : 2025-01-04
  • ALKEMIS TERAKHIR    75. Semakin Kompak

    Hubungan di antara Zidan, Daren, Kyro, dan Elric perlahan mencapai titik yang berbeda dari sebelumnya. Rasa curiga yang dulu sempat menghantui mereka—terutama dari Elric kepada Zidan—mulai memudar seiring dengan waktu yang mereka habiskan bersama dalam misi-misi berbahaya. Kepercayaan dan kekompakan mereka semakin tumbuh, tidak hanya sebagai teman satu tim, tetapi sebagai saudara seperjuangan. Setiap kali salah satu dari mereka terluka atau mengalami kesulitan, yang lain akan sigap memberikan bantuan. Daren, dengan sikap santainya, selalu berusaha menjaga semangat kelompok tetap tinggi. Kyro, yang penuh perhatian, sering kali menjadi perencana yang memastikan semua berjalan lancar. Elric, meskipun sering menyendiri, kini mulai lebih terbuka, bahkan menunjukkan rasa hormat kepada Zidan. Malam itu, saat mereka berkumpul di tenda setelah misi yang penuh tantangan, Daren membuka pembicaraan. "Aku tak pernah menyangka, kita bisa jadi sedekat ini. Awalnya aku pikir kita semua cuma akan

    Last Updated : 2025-01-05

Latest chapter

  • ALKEMIS TERAKHIR    115. Raja Baru

    Setelah melalui perjalanan panjang penuh darah dan pengorbanan, Zidan akhirnya berdiri di puncak kekuasaan. Dia tidak mendambakan tahta, tetapi takdir membawanya ke posisi itu. Sebagai pemimpin baru kerajaan Arzan, dia memikul beban yang lebih besar daripada yang pernah ia bayangkan.Hari-hari setelah kemenangan besar itu dipenuhi dengan pertemuan, keputusan, dan perubahan yang drastis. Zidan menyadari bahwa kerajaan yang baru harus dibangun dengan fondasi yang kokoh, bukan hanya dengan kekuatan alkemis, tetapi juga dengan keadilan dan kebijaksanaan yang benar-benar mengutamakan rakyat.Rakyat Arzan, yang dulu hidup dalam bayang-bayang ketakutan, kini mengangkat kepalanya. Di jalanan dan pasar, mereka menyebutnya dengan penuh hormat: Raja Zidan, meski ia lebih suka dianggap sebagai pelayan rakyat.Zidan berjalan menyusuri jalan-jalan kota Arzan, ditemani oleh beberapa pengawal dan anggota dewan penasihat. Di setiap sudut, warga menyapanya dengan hormat. Para ped

  • ALKEMIS TERAKHIR    114. Kemenangan

    Zidan berdiri di tengah reruntuhan istana Arzan, menatap medan pertempuran yang kini mulai mereda. Udara masih dipenuhi debu, bau darah dan mesiu bercampur dengan angin malam yang dingin."Kyro, cari yang terluka dan kumpulkan mereka di pusat kota!" perintah Zidan, suaranya penuh kewibawaan meski kelelahan jelas terasa.Kyro mengangguk dan segera bergerak, bersama beberapa alkemis lain yang masih mampu berdiri."Asmar, periksa reruntuhan. Ada kemungkinan beberapa orang masih terjebak di bawah sana," lanjutnya.Asmar tanpa ragu mulai menggambar lingkaran alkemis di tanah. Dengan kekuatan alkeminya, batu-batu besar perlahan bergerak, membuka jalur bagi mereka yang mungkin masih hidup di bawah puing-puing.Di sisi lain, Kakek Suma memimpin pasukan alkemis yang tersisa, menahan sisa-sisa pengawal kerajaan yang menyerah. "Mereka yang menyerah, ikat dan kumpulkan. Kita akan menentukan nasib mereka nanti," katanya tegas.Zidan berjalan ke tengah kota yang porak-poranda. Beberapa warga sipil

  • ALKEMIS TERAKHIR    113. Serangan

    Zidan menggenggam pedangnya erat, tubuhnya dipenuhi luka, tapi semangatnya tidak padam. Energi biru yang mengelilinginya berkobar semakin kuat, berdenyut seperti jantung yang penuh amarah.Makhluk bayangan itu menatapnya dengan tatapan kosong, sebelum akhirnya mengangkat tangannya. Kabut hitam di sekelilingnya berputar seperti badai, membentuk tombak kegelapan raksasa."MATI!" raung makhluk itu, melemparkan tombak tersebut ke arah Zidan dengan kecepatan kilat.BOOM!Zidan melompat ke samping tepat sebelum tombak itu menghantam lantai, menciptakan kawah besar dan meruntuhkan sebagian dinding perpustakaan. Batu dan pecahan kayu beterbangan, menyelimuti medan pertempuran dengan debu tebal.Dari dalam kabut, makhluk itu melesat ke arah Zidan dengan kecepatan tak kasat mata!CLANG!Pedang Zidan bertemu dengan cakar hitam makhluk itu, menciptakan percikan energi yang menyilaukan. Tubuh Zidan terdorong ke belakang oleh kekuatan luar biasa, tapi dia tetap bertahan."Asmar! Beri dia dukungan!"

  • ALKEMIS TERAKHIR    112. Perang Kerajaan Arzan

    Zidan mengatur napasnya, darah mengalir dari luka di pelipisnya. Ia dan kelompoknya telah terpojok di dalam Perpustakaan Terlarang, dikelilingi oleh Zarif, Jenderal Morvath, dan pasukan kekaisaran. "Dinding mulai runtuh," bisik Kyro. "Kita tak bisa bertahan lama di sini." Asmar menekan luka di bahunya, matanya tajam mengamati Morvath. "Jadi ini rencana Kaisar? Menghapus seluruh jejak sejarah alkemis?" Morvath menyeringai. "Sejarah tidak lebih dari beban bagi yang lemah. Kaisar menginginkan kekuatan sejati." Zarif melangkah maju. "Tak perlu banyak bicara. Kita akhiri mereka sekarang." Zidan tidak menunggu. Dengan gerakan cepat, ia menjejak tanah, menciptakan gelombang energi yang menghantam lantai. Batu-batu berhamburan, menciptakan kabut debu yang menghalangi pandangan. "SEKARANG!" teriaknya. Kyro melemparkan bom asap, mempertebal kabut. Dalam kekacauan itu, Zidan berlari ke arah Morvath, mengayunkan pedangnya dengan sekuat tenaga. Tebasan itu hampir mengenai Morvath

  • ALKEMIS TERAKHIR    111. Pengkhianatan

    Ruangan masih dipenuhi asap akibat ledakan. Zidan mengatur napasnya, matanya tetap waspada mengawasi tubuh Zarif yang tergeletak tak berdaya di lantai. Namun, ia tahu bahwa kemenangan ini hanya permulaan dari pertarungan yang lebih besar. "Asmar, kita harus pergi sekarang," ucap Zidan tegas. Asmar mengangguk. "Terowongan ini tidak akan bertahan lama. Kita harus menuju ke bagian terdalam istana sebelum pasukan lain datang." Mereka bergerak cepat melalui lorong bawah tanah, langkah mereka tergesa-gesa namun tetap berhati-hati. Zidan merasakan atmosfer yang semakin mencekam—seperti ada sesuatu yang mengawasi mereka dari kegelapan. Saat mereka mencapai persimpangan lorong, suara langkah kaki mendekat dengan cepat. Zidan memberi isyarat agar semua berhenti. Dari kejauhan, terlihat sekelompok pengawal istana yang membawa obor, menerangi lorong yang remang. "Tidak ada jalan mundur," bisik Kyro, menggenggam belatinya erat. "Tidak," Zidan menggeleng. "Kita akan membuat mereka kehil

  • ALKEMIS TERAKHIR    110. Pertarungan Yang Sengit

    Dengan Asmar kini berada di sisi mereka, ketegangan semakin memuncak. Zidan tahu bahwa mereka sudah berada di ujung jurang—hanya dengan pergerakan cepat dan strategi yang cermat mereka bisa selamat. Namun, tantangan yang dihadapi tidak hanya fisik, tetapi juga banyak rahasia yang harus diungkap.Setelah mendiskusikan rencana mereka dengan Asmar, Zidan merasa seluruh beban tanggung jawab terletak di pundaknya. Kerajaan yang sudah begitu kuat dan pengkhianatan yang terjalin rapat membuat setiap langkah yang mereka ambil berpotensi menjadi jalan menuju kehancuran.Asmar mengisyaratkan agar mereka bergerak lebih cepat. "Pintu belakang sudah pasti telah dibuka. Kerajaan tidak akan lama lagi menyadari kita telah memasuki ruang bawah tanah ini. Kita harus menuju pusat kekuatan mereka—dan menemukan cara untuk menghentikan pertempuran alkemis yang telah mereka rencanakan."Zidan mengangguk dan dengan sigap memimpin kelompok menuju jalur yang lebih sempit dan

  • ALKEMIS TERAKHIR    109. Langkah Rahasia

    Baik! Saya akan melanjutkan cerita dengan lebih banyak ketegangan dan intrik. Berikut kelanjutannya:Zidan mengatur napasnya dengan hati-hati saat ia dan teman-temannya bersembunyi di balik bayangan dinding benteng Arzan. Mereka tahu bahwa setiap gerakan ceroboh bisa menarik perhatian pengawal yang berjaga ketat. Elric melirik ke arah Zidan, matanya penuh tanda tanya."Apa rencanamu sekarang?" bisik Elric.Zidan menghela napas, berpikir cepat. "Kita harus menciptakan gangguan. Jika kita hanya menunggu, kita akan terjebak di sini selamanya."Kyro mengangguk, matanya berbinar penuh keberanian. "Aku bisa membuat suara ledakan kecil dengan batu api dan bubuk mesiu yang kubawa. Itu bisa mengalihkan perhatian mereka cukup lama."Daren tersenyum tipis. "Baiklah, begitu mereka terpancing, kita harus bergerak cepat. Tapi bagaimana kita tahu jalur mana yang paling aman?"Zidan merogoh saku jubahnya dan mengeluarkan secarik kertas peta yang ia dapatkan dari seorang informan sebelumnya. "Ada jalu

  • ALKEMIS TERAKHIR    108. Rasa Curiga

    Zidan melangkah dengan hati-hati, matanya menyapu sekeliling lorong gelap yang dipenuhi bayangan. Nafasnya ditahan, mendengar langkah-langkah kaki yang mendekat. Ia merapat ke dinding, menunggu hingga suara itu menjauh sebelum melanjutkan perjalanan. Harzan telah mencurigainya, dan setiap gerak-geriknya kini dalam pengawasan. Namun, ia tak bisa mundur sekarang.Setelah bertemu Kakek Suma dan mendapatkan petunjuk penting, ia tahu bahwa keberadaannya di Akademi Arzan bukan sekadar kebetulan. Ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi, sesuatu yang melibatkan kekuatan tersembunyi yang bisa mengancam keseimbangan kekaisaran. Namun, sebelum ia bisa bertindak, ia harus memastikan keselamatan Daren, Kyro, dan Elric. Mereka bertiga mungkin belum tahu sepenuhnya bahaya yang mengintai, tetapi mereka adalah orang-orang yang bisa ia percayai.Di dalam kamar mereka, keheningan menggantung saat Zidan menceritakan apa yang ia ketahui. Daren duduk dengan ekspresi serius, sementara Kyro berkacak ping

  • ALKEMIS TERAKHIR    107. Bukan Alkemis Biasa

    Mereka berjalan mengikuti para prajurit dengan hati-hati. Meskipun berhasil lolos dari reruntuhan, Zidan merasa bahwa bahaya yang mengintai mereka belum selesai. Setiap langkah yang mereka ambil semakin terasa berat, seakan ada sesuatu yang menunggu di ujung lorong.Elric melirik ke arah Zidan. “Apa kau yakin mereka tidak mencurigai kita?” bisiknya pelan.Zidan menggeleng tanpa menjawab. Ia tidak bisa memastikan. Para prajurit ini mungkin terlihat netral, tetapi siapa yang bisa menjamin bahwa mereka bukan bagian dari rencana yang lebih besar?Saat mereka semakin dekat dengan pintu keluar, salah satu prajurit berhenti dan menoleh ke arah mereka. “Sebelum kalian pergi, aku harus melaporkan keberadaan kalian kepada atasan. Tidak ada murid yang seharusnya berada di sini.”Kyro mengepalkan tangannya. “Kami hanya tersesat, apakah itu benar-benar perlu?”Prajurit itu menatap Kyro dengan dingin. “Aturan tetap aturan.”Zidan bisa merasakan detak jantungnya semakin cepat. Jika mereka dilaporkan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status