Home / Fantasi / ALKEMIS TERAKHIR / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of ALKEMIS TERAKHIR : Chapter 51 - Chapter 60

116 Chapters

51. Latihan Yang Berlanjut

Hari berikutnya, latihan fisik dan teknik bertarung kembali digelar di arena utama akademi. Kali ini, mereka diuji dalam simulasi pertempuran tim, di mana setiap kelompok harus menghadapi serangkaian rintangan dan lawan buatan yang diatur oleh instruktur.Zidan, seperti biasa, menyembunyikan kemampuannya dengan cermat. Pil penekan energi yang selalu ia konsumsi membantu menyamarkan aura alkemisnya. Ia memastikan setiap gerakannya tampak seperti usaha keras seorang murid biasa, meski kemampuannya sebenarnya jauh melampaui rekan-rekannya.“Kau siap?” tanya Kyro dengan semangat.“Selalu,” jawab Zidan sambil tersenyum kecil.Daren menyeringai. “Kali ini, kita harus menunjukkan bahwa kelompok kita lebih baik daripada yang lain. Zidan, aku harap kau punya rencana hebat lagi.”Zidan mengangguk, berpura-pura memikirkan strategi sederhana. Ia ingin memastikan bahwa mereka menang tanpa membuat dirinya terlalu mencolok.Mereka memasuki arena, yang telah diubah menjadi labirin penuh jebakan. Di s
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

52. Menjaga Rahasia

Seiring waktu, hubungan Zidan dengan kelompoknya semakin kuat. Daren, yang ceria dan bersemangat, sering mengajak Zidan berbicara di luar topik latihan. Kyro, dengan sikapnya yang tenang namun penuh perhatian, menjadi semacam penyeimbang di kelompok mereka. Bahkan Elric, meskipun masih menyimpan kecurigaan, mulai menunjukkan rasa hormat terhadap kemampuan Zidan.Suatu sore, mereka berkumpul di tepi sungai kecil di belakang akademi, tempat para murid sering menghabiskan waktu luang. Daren, seperti biasa, memulai percakapan dengan penuh antusias.“Kalian tahu? Aku yakin kita adalah kelompok terkuat di angkatan ini!” katanya, melompat dari batu ke batu di atas sungai.Kyro tertawa kecil. “Kau selalu terlalu percaya diri, Daren. Tapi aku suka semangatmu.”Zidan, duduk di tepi sungai sambil memandangi air yang mengalir, tersenyum mendengar candaan mereka. Momen-momen seperti ini mengingatkannya pada kehidupannya sebelum semua ini, sebelum ia harus menyembunyikan identitasnya sebagai alkemi
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Tersesat

Hari itu, seperti biasa, mereka berempat—Zidan, Elric, Daren, dan Kyro—melanjutkan latihan mereka di luar akademi. Hutan yang mengelilingi tempat itu memiliki banyak jalur dan rute yang belum mereka telusuri, sehingga mereka memutuskan untuk menjelajah lebih jauh.“Ayo, kita coba jalan lebih dalam! Aku rasa kita bisa menemukan tempat latihan yang lebih menantang,” seru Daren dengan semangat yang tak terkendali.Kyro, yang biasanya lebih berhati-hati, tampak ragu. “Hati-hati, Daren. Hutan ini luas dan kita tidak tahu apa yang ada di dalamnya.”Zidan mengangguk setuju. “Kita harus tetap waspada. Jangan sampai terjebak di tempat yang tidak kita kenal.”Namun, semangat Daren yang tak bisa dibendung membuat mereka terus melangkah lebih jauh. Mereka melalui jalan-jalan sempit yang dihiasi dengan pohon-pohon raksasa dan tumbuhan liar yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Udara semakin lembab, dan suara burung serta binatang hutan semakin jarang terdengar.“Ada apa dengan hutan ini?” Elr
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

54. Tempat Penyiksaan

Daren adalah yang pertama menghentikan langkahnya, matanya terpaku pada sesuatu di kejauhan. Zidan, yang berjalan di belakang, mengikuti pandangan Daren dan melihat apa yang ia lihat. Di tengah kebun tua yang terbengkalai, sebuah bangunan besar dan megah terlihat samar-samar. Bangunan itu tampak sepi, tertutup oleh kabut tipis yang merayap di atas tanah. "Apa itu?" tanya Zidan dengan suara pelan, berusaha tidak membangkitkan perhatian. "Itu... bekas tempat latihan militer," jawab Elric dengan nada yang sedikit berubah. "Tapi tempat itu sudah lama ditinggalkan, banyak cerita aneh tentangnya." Kyro mengangguk. "Tempat itu disebut 'Taman Kehancuran'. Dulu, itu adalah tempat di mana para pendekar terlatih dilatih secara keras. Namun, ada banyak yang hilang atau tidak pernah kembali." Zidan merasa ketegangan meningkat. Meskipun mereka sudah berhasil keluar dari hutan gelap yang mengerikan, rasanya suasana masih belum aman. Mereka hanya bisa menebak apa yang ada di dalam, dan yang pa
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

55. Tempat Persembunyian

Setelah berhasil keluar dari ruang gelap itu, Zidan, Daren, Kyro, dan Elric segera mencari tempat aman untuk bersembunyi. Napas mereka terdengar berat, dan jantung mereka masih berdetak cepat akibat ketegangan yang baru saja mereka alami. Daren adalah yang pertama membuka suara, suaranya bergetar antara kemarahan dan ketakutan. "Apa yang kita lihat tadi... itu tidak manusiawi. Bagaimana mungkin mereka bisa melakukan hal seperti itu?"Kyro mengangguk, wajahnya terlihat pucat. "Aku tidak pernah berpikir Arzan memiliki cara seperti itu untuk memperkuat pasukannya. Mereka tidak hanya mengambil nyawa... mereka menghancurkan jiwa."Elric, yang biasanya terlihat sinis dan penuh skeptisisme, kini tampak serius. "Ini lebih dari sekadar kekuasaan. Mereka menciptakan senjata hidup. Orang-orang yang kita lihat tadi mungkin tidak akan menjadi manusia yang sama lagi jika mereka berhasil dimanipulasi."Zidan memandang mereka satu per satu, mencoba menenangkan situasi. "Kita tidak bisa membiarkan di
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

56. Lorong Penuh Misteri

Zidan bergerak cepat dan senyap di lorong-lorong gelap yang jarang dilalui orang. Dinding-dinding batu dingin berderak samar di bawah tekanan udara malam. Setiap langkah yang diambil harus dihitung dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara yang bisa membangkitkan kecurigaan. Ia tahu bahwa penjaga selalu berpatroli, tetapi waktu pergantian patroli adalah momen yang paling aman untuk menyelinap.Setelah melewati beberapa tikungan sempit, Zidan sampai di sebuah pintu logam besar yang tertutup rapat dengan rantai. Di dekatnya, ada celah kecil seperti jendela yang memungkinkan cahaya dari luar masuk. Dengan cepat, ia mengeluarkan sebuah alat dari dalam pakaiannya—alat sederhana yang telah ia buat dengan keterampilan alkemisnya, mampu membuka kunci sederhana tanpa menimbulkan banyak suara.Setelah beberapa saat bekerja dengan hati-hati, rantai itu terjatuh tanpa bunyi berarti. Zidan mengintip ke dalam ruangan. Terlihat gelap, namun ada kilau samar yang berasal dari benda logam di dalamn
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

57. Semakin Sulit Bertahan

Keesokan harinya, suasana di akademi terasa lebih tegang. Para pengajar dan penjaga tampak lebih waspada dari biasanya. Zidan berusaha tetap tenang di tengah rutinitas yang tampak seperti biasa, tetapi pikirannya terus memutar ulang apa yang ia lihat dan temukan malam sebelumnya. Ia tahu informasi yang ia bawa bisa menjadi senjata penting untuk melawan Arzan, namun ia juga sadar bahwa setiap langkahnya ke depan penuh risiko.Di lapangan latihan, Daren, Kyro, dan Elric sudah bersiap. Mereka berkumpul di salah satu sudut yang agak sepi untuk berbincang sebelum sesi latihan dimulai.“Kau terlihat lelah, Zidan. Apa kau tidur nyenyak tadi malam?” tanya Daren sambil menepuk pundaknya.“Tidak ada yang spesial. Mungkin aku hanya terlalu memikirkan kompetisi kita,” jawab Zidan sambil tersenyum kecil, berusaha menyembunyikan kegelisahannya.Kyro melirik Zidan dengan tatapan penasaran. “Kau ini tampaknya selalu serius. Jangan terlalu tegang, kita ada di sini untuk belajar dan berkembang.”Elric,
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

58. Menghadapi Ujian

Setelah menyerahkan kristal di pos akhir, tim Zidan dinyatakan sebagai pemenang dari ujian pertama. Para instruktur mengumumkan hasilnya dengan suara lantang, dan murid-murid lain memandang mereka dengan berbagai ekspresi—kagum, iri, bahkan tidak senang.Daren berjalan dengan penuh kebanggaan, sesekali menepuk pundak Zidan. “Aku bilang juga apa? Kita ini tim yang hebat! Hah, lihat wajah mereka yang kalah!” katanya sambil tertawa lebar.Kyro hanya tersenyum tipis. “Kita beruntung bisa menyusun strategi dengan baik,” tambahnya sambil melihat ke arah Elric yang tampak lebih diam dari biasanya. “Bagaimana menurutmu, Elric? Kau juga banyak berkontribusi tadi.”Elric menoleh, pandangannya tetap tertuju pada Zidan seolah berusaha membaca sesuatu dari wajahnya. “Ya, tentu saja. Tapi satu hal menarik, gerakan Zidan tadi cukup… mengesankan. Seperti bukan gerakan seorang murid biasa, bukan?”Zidan merasakan jantungnya berdegup lebih kencang, tapi ia menutupinya dengan senyum ringan. “Aku hanya b
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

59. Semakin Curiga

Latihan pagi itu semakin menantang. Instruktur yang memimpin latihan adalah seorang pendekar senior bernama Varyn, yang terkenal dengan metode pelatihannya yang keras dan tanpa ampun. Varyn mengamati setiap gerakan mereka dengan tajam, seolah mencari celah terkecil dalam kekompakan tim.“Kalian harus lebih dari sekadar kelompok. Dalam medan perang, kalian adalah satu tubuh. Jika satu dari kalian gagal, maka semuanya gagal,” kata Varyn sambil melangkah di sekitar mereka. Suaranya yang dalam dan penuh wibawa membuat suasana semakin tegang.Zidan, Daren, Kyro, dan Elric berdiri dalam formasi. Mereka telah diberi misi sederhana untuk bertahan selama lima menit dari serangan bertubi-tubi yang dilancarkan oleh para pengawal. Namun, rintangan yang mereka hadapi jauh dari sederhana.Serangan pertama datang tiba-tiba. Tiga pengawal melompat ke arah mereka, menyerang dengan tongkat kayu yang cukup berat. Zidan langsung bergerak ke samping, menghindari pukulan yang hampir mengenai kepalanya. Kyr
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

60. Rasa Penasaran

Keesokan paginya, suasana akademi terlihat lebih sibuk dari biasanya. Para murid bergegas menuju aula utama, tempat semua pengumuman penting disampaikan. Zidan dan teman-temannya ikut berbaur di antara kerumunan, mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi.“Elric, kau tahu ada apa?” tanya Kyro, sedikit terengah setelah berlari.Elric menggeleng. “Tidak ada yang memberi tahu apa-apa. Tapi biasanya, jika ada pengumuman mendadak seperti ini, pasti sesuatu yang besar.”Ketika mereka sampai di aula, seorang pria tua berwibawa, mengenakan jubah ungu keemasan khas pengawas akademi, berdiri di atas panggung. Suasana hening ketika ia mulai berbicara.“Para murid,” suara pria itu menggema, “hari ini kami mengumumkan ujian kompetensi mendadak yang akan diadakan dalam waktu dua hari. Semua murid, tanpa kecuali, diharapkan untuk berpartisipasi.”Bisik-bisik memenuhi aula. Banyak yang terkejut, termasuk Zidan.“Ujian mendadak?” Daren terlihat panik. “Aku bahkan belum mempersiapkan apa-apa!”“Tena
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status