Home / Fantasi / ALKEMIS TERAKHIR / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of ALKEMIS TERAKHIR : Chapter 41 - Chapter 50

116 Chapters

41. Misi Rahasia

Kakek Suma memandang mereka semua dengan mata tajam. “Kita akan mulai dengan membangun aliansi yang lebih kuat. Tapi sebelum itu, kita harus memastikan benteng ini benar-benar siap menghadapi serangan besar. Kita tidak boleh lengah.”Semua orang mengangguk setuju. Perjuangan mereka baru saja dimulai.Hari-hari berlalu dengan intensitas tinggi di benteng. Zidan terus berlatih keras, sementara Hans memimpin upaya memperkuat pertahanan. Asmar dan Kakek Suma bekerja sama untuk menciptakan rencana yang lebih matang.Di ruang rapat, Kakek Suma membentangkan peta besar di atas meja. Wilayah-wilayah yang telah dikuasai Arzan ditandai dengan tinta merah. “Mereka bergerak cepat,” katanya. “Kerajaan kecil di utara sudah menyerah, dan beberapa wilayah perbatasan lainnya mungkin sudah dikuasai.”“Tapi mereka belum menyerang kita langsung,” kata Hans sambil mengamati peta. “Apa itu berarti mereka masih merencanakan sesuatu?”“Tepat,” jawab Kakek Suma. “Mereka sedang mempersiapkan serangan besar, da
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

42. Serangan Diam-Diam

Setelah perjalanan panjang penuh ketegangan, tim berhasil kembali ke benteng. Mereka disambut dengan sorak-sorai para prajurit yang mendengar kabar keberhasilan misi tersebut.“Kakek, kau berhasil!” seru Zidan yang telah menunggu dengan cemas.“Ini hanyalah awal,” jawab Kakek Suma sambil menghela napas. “Kita telah memberi mereka pukulan keras, tapi ini juga akan memancing amarah Arzan. Mereka tidak akan diam saja setelah ini.”Hans berdiri di dekatnya, wajahnya serius meskipun ada kebanggaan yang terpancar. “Mereka kehilangan persenjataan besar. Itu akan memperlambat mereka, tapi kita harus bersiap menghadapi serangan balasan.”Kemenangan kecil ini menjadi pengingat bahwa meskipun Arzan adalah kekuatan besar, mereka bukanlah musuh yang tak terkalahkan. Semangat di benteng meningkat, tetapi semua orang tahu bahwa pertempuran sebenarnya baru saja dimulai.Sementara di benteng, euforia kemenangan masih terasa. Zidan melihat Kakek Suma berdiri di menara pengawas, memandang cakrawala deng
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

42. Rencana Penyusupan

Setelah beberapa menit berlari, tim kecil itu akhirnya berhasil mencapai batas aman. Mereka menunggu di tepi hutan, berharap Kakek Suma akan menyusul. Tak lama kemudian, suara langkah terdengar, dan Kakek Suma muncul, meski dengan beberapa luka di lengannya.“Kau baik-baik saja, Kakek?” tanya Zidan cemas.“Ini hanya luka kecil,” jawab Kakek Suma sambil tersenyum. “Yang penting, misi kita berhasil.”Asmar memeriksa luka-luka Kakek Suma dengan cepat dan memberikan pil penyembuh untuk membantunya pulih. Sementara itu, Hans mengamati kejauhan, memastikan tidak ada lagi musuh yang mengejar mereka.“Mereka akan membutuhkan waktu untuk pulih dari kerugian ini,” kata Hans. “Kita berhasil membuat mereka mundur sementara.”Zidan melihat timnya dengan rasa bangga dan lega. Ini adalah pelajaran penting baginya, bahwa keberanian dan strategi adalah kunci kemenangan. Tetapi ia juga menyadari bahwa pertempuran ini hanyalah awal dari perjuangan panjang melawan Kekaisaran Arzan.Meskipun berhasil melu
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

44. Mencari Informasi

Zidan menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah ke area tes kekuatan. Tempat itu dipenuhi aura tekanan, dengan para peserta yang terlihat tegang menunggu giliran mereka. Di hadapannya berdiri sebuah kristal besar, alat yang digunakan untuk mendeteksi dan mengukur kekuatan energi internal seseorang. Zidan tahu bahwa dia harus menyembunyikan kekuatannya. Dengan pil penekan energi yang diberikan Asmar, energinya akan tampak sangat rendah, hampir tidak terdeteksi.Ketika gilirannya tiba, dia maju dengan percaya diri palsu, menempatkan tangannya di atas kristal. Kilatan cahaya lemah muncul, nyaris tidak menunjukkan tanda kekuatan yang signifikan. Pengawas tes menatapnya dengan tatapan meremehkan."Dasar lemah," gumam salah satu pengawas, mencatat hasilnya di papan. "Kau ditempatkan di bagian dasar. Bergabunglah dengan kelompok pelatihan Kelas E."Zidan hanya tersenyum tipis dan mengangguk, berpura-pura malu. "Bagian dasar," pikirnya. "Justru ini yang kubutuhkan untuk tetap tidak mencolok.
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

45. Kata Terlarang

“Kita sama-sama berjuan untuk masa depan, aku suka dengan semangatmu, jadi suatu hari nanti kita bisa bekerjasama, kau dari kerajaan mana?”Zidan terdiam sejenak ia memikirkan jawaban yang tepat, “Lien… iya kerajaan Lien,”Elric menlihat gegat aneh yang tak biasa dari jawab Zidan.“Benarkah? Apa kau tak berbohong?” Elric mengulang pertanyaannya, matanya menyipit menatap Zidan seolah mencoba menangkap kebohongan.Daren langsung bereaksi, melambaikan tangan ke arah Elric dengan ekspresi tidak sabar. “Kau ini bicara apa? Tentu saja dia tidak berbohong! Untuk apa juga Zidan berbohong?”Elric mengangkat bahu, terlihat acuh. “Aku hanya memastikan saja. Tidak ada salahnya berhati-hati, bukan?”Daren mendengus, menatap Elric dengan pandangan menuduh. “Hati-hati? Apa yang perlu dipastikan? Kau malah yang tampak mencurigakan.”Elric terkesiap, ekspresinya berubah sedikit defensif. “Aku? Kau mencurigai aku? Tentang apa?”“Kau tidak pernah menyebutkan asal mu pada kami, bukan?” balas Daren, menyi
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

46. Latihan Pertama

“Hah, klan bawah? Mana mungkin aku bisa berada di sini?” Zidan mencoba terdengar kebingungan sambil menggaruk kepalanya, meskipun sebenarnya ia hanya berpura-pura. Ia tahu bahwa ia harus tetap berbaur dan tidak boleh menunjukkan apapun yang mencurigakan.Elric, yang bersandar santai di dekat jendela, tertawa kecil sambil melirik Zidan. “Ah iya, benar juga. Tapi kenapa banyak yang tidak kamu ketahui?” tanyanya, nadanya terdengar seperti campuran antara penasaran dan mengejek.“Iya, aku memang selalu jarang masuk kelas,” jawab Zidan sambil berusaha terdengar tidak peduli. Ia menambahkan sedikit tawa untuk menutupi rasa gugupnya.“Kau memang hebat,” puji Daren dengan nada tulus, meskipun ada sedikit kesamaan dalam caranya berbicara—seolah ia melihat dirinya sendiri dalam Zidan. Daren sering membanggakan diri karena suka melewatkan pelajaran dan lebih mengandalkan bakat alaminya, meskipun itu tidak selalu membawa hasil yang baik.“Sebaiknya kita istirahat,” kata Kyro yang lebih serius, sa
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

47. Kerjasama Kelompok

Latihan dasar selesai, dan para murid dipersilakan untuk istirahat sejenak sebelum sesi berikutnya dimulai. Zidan duduk di bawah naungan pohon besar di pinggir lapangan, mencoba menenangkan pikirannya. Ia memandangi murid-murid lain yang sedang bercanda, beberapa berbicara serius, dan lainnya hanya duduk diam, menikmati waktu tenang mereka.Elric, yang membawa sebotol air, menghampiri Zidan. “Jadi, kau punya jurus dasar yang cukup baik untuk pemula. Tapi kalau kau ingin bertahan di akademi ini, kau perlu lebih dari itu,” katanya, menyerahkan botol air kepadanya.“Terima kasih,” jawab Zidan, menerima botol tersebut. “Aku tahu, aku masih harus belajar banyak.”Daren tiba-tiba bergabung, menjatuhkan dirinya ke rumput di sebelah Zidan. “Jangan dengarkan Elric. Dia sendiri lebih suka menghindari latihan daripada benar-benar belajar. Kalau kau butuh bantuan, aku di sini.”“Hey, aku ada di sini, kan?” balas Elric dengan nada setengah bercanda. “Tapi aku penasaran, Zidan. Kenapa kau masuk ke
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

48. Duel Yang Menegangkan

Malam itu, suasana di asrama terasa lebih sunyi dari biasanya. Zidan duduk di ranjangnya, memutar-mutar pena penekan energi di tangannya sambil memikirkan pertemuan dengan Reynar. Tatapan tajam Reynar dan ancamannya masih terngiang-ngiang.“Dia seperti tahu sesuatu,” gumam Zidan pelan.Kyro yang sedang merapikan barang-barangnya di sisi lain ruangan mendengar gumaman itu. “Kau bicara soal Reynar?”Zidan mengangguk. “Iya. Kau merasa dia mencurigai kita?”Kyro menghela napas panjang sebelum mendekat. “Reynar adalah orang yang selalu mencari kelemahan orang lain. Jika dia merasa ada sesuatu yang tidak biasa tentangmu, dia pasti akan terus mengamatimu sampai dia menemukan jawabannya.”“Lalu, apa yang harus kulakukan?”“Jangan terlalu mencolok. Tapi juga jangan terlihat terlalu lemah. Dia menghormati kekuatan, tapi dia tidak suka jika ada yang lebih pintar darinya.”Daren yang baru kembali dari aula membawa beberapa roti untuk makan malam langsung bergabung dalam percakapan itu. “Hei, jan
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

49. Kompetisi Berlanjut

Kompetisi di akademi terus berlanjut, dan Zidan harus tetap menjaga rahasianya dengan hati-hati. Setiap hari adalah ujian baru, baik di arena latihan maupun di luar, ketika ia harus menghadapi tekanan dari teman-teman sekelasnya yang perlahan mengenalinya lebih dekat. Meski ia terlihat seperti murid biasa, Zidan sadar bahwa setiap gerakan kecilnya diawasi.Kyro, Daren, dan Elric adalah teman-teman setianya di akademi. Mereka sering mendukung Zidan dalam latihan dan kompetisi. Namun, Zidan tidak pernah memberi tahu mereka bahwa ia adalah seorang alkemis. Rahasia itu terlalu berbahaya untuk diungkapkan. Dalam kekaisaran Arzan, hanya menyebut nama alkemis saja bisa mengundang hukuman mati, apalagi mengaku sebagai salah satunya."Zidan, kau tampak tenang sekali," kata Kyro suatu hari saat mereka sedang berjalan menuju arena kompetisi berikutnya. "Biasanya orang baru gugup saat memasuki kompetisi sebesar ini."Zidan hanya tersenyum kecil. "Aku hanya mencoba menikmati prosesnya," jawabnya,
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

50. Ujian Setrategi Tim

Keesokan harinya, suasana di akademi terasa berbeda. Para murid berbaris di lapangan utama, menunggu pembagian tim untuk ujian strategi yang diumumkan dengan penuh antisipasi. Instruktur dengan pakaian serba hitam berdiri di depan, wajahnya serius saat memeriksa daftar nama di tangannya.“Baiklah,” katanya dengan suara lantang. “Hari ini, kalian akan diuji dalam strategi tim. Setiap tim terdiri dari empat orang, dan tugas kalian adalah merebut bendera di tengah medan pertempuran. Tim yang berhasil membawa bendera kembali ke pos akan dianggap pemenang.”Zidan menelan ludah, mendengar penjelasan itu. Pertarungan kelompok berarti ia harus lebih berhati-hati, terutama jika harus bekerja sama dengan teman-temannya.“Tim pertama: Daren, Kyro, Elric, dan Zidan.”Kyro langsung bersorak kecil. “Kita satu tim! Aku sudah tahu ini akan terjadi.”Daren menepuk pundak Zidan dengan semangat. “Ini kesempatan kita menunjukkan bahwa murid dengan nilai E juga bisa hebat!”Elric hanya mengangguk pelan, w
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status