Beranda / Fantasi / ALKEMIS TERAKHIR / 46. Latihan Pertama

Share

46. Latihan Pertama

Penulis: PengkhayalMalam
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-03 22:04:52

“Hah, klan bawah? Mana mungkin aku bisa berada di sini?” Zidan mencoba terdengar kebingungan sambil menggaruk kepalanya, meskipun sebenarnya ia hanya berpura-pura. Ia tahu bahwa ia harus tetap berbaur dan tidak boleh menunjukkan apapun yang mencurigakan.

Elric, yang bersandar santai di dekat jendela, tertawa kecil sambil melirik Zidan. “Ah iya, benar juga. Tapi kenapa banyak yang tidak kamu ketahui?” tanyanya, nadanya terdengar seperti campuran antara penasaran dan mengejek.

“Iya, aku memang selalu jarang masuk kelas,” jawab Zidan sambil berusaha terdengar tidak peduli. Ia menambahkan sedikit tawa untuk menutupi rasa gugupnya.

“Kau memang hebat,” puji Daren dengan nada tulus, meskipun ada sedikit kesamaan dalam caranya berbicara—seolah ia melihat dirinya sendiri dalam Zidan. Daren sering membanggakan diri karena suka melewatkan pelajaran dan lebih mengandalkan bakat alaminya, meskipun itu tidak selalu membawa hasil yang baik.

“Sebaiknya kita istirahat,” kata Kyro yang lebih serius, sa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • ALKEMIS TERAKHIR    47. Kerjasama Kelompok

    Latihan dasar selesai, dan para murid dipersilakan untuk istirahat sejenak sebelum sesi berikutnya dimulai. Zidan duduk di bawah naungan pohon besar di pinggir lapangan, mencoba menenangkan pikirannya. Ia memandangi murid-murid lain yang sedang bercanda, beberapa berbicara serius, dan lainnya hanya duduk diam, menikmati waktu tenang mereka.Elric, yang membawa sebotol air, menghampiri Zidan. “Jadi, kau punya jurus dasar yang cukup baik untuk pemula. Tapi kalau kau ingin bertahan di akademi ini, kau perlu lebih dari itu,” katanya, menyerahkan botol air kepadanya.“Terima kasih,” jawab Zidan, menerima botol tersebut. “Aku tahu, aku masih harus belajar banyak.”Daren tiba-tiba bergabung, menjatuhkan dirinya ke rumput di sebelah Zidan. “Jangan dengarkan Elric. Dia sendiri lebih suka menghindari latihan daripada benar-benar belajar. Kalau kau butuh bantuan, aku di sini.”“Hey, aku ada di sini, kan?” balas Elric dengan nada setengah bercanda. “Tapi aku penasaran, Zidan. Kenapa kau masuk ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • ALKEMIS TERAKHIR    48. Duel Yang Menegangkan

    Malam itu, suasana di asrama terasa lebih sunyi dari biasanya. Zidan duduk di ranjangnya, memutar-mutar pena penekan energi di tangannya sambil memikirkan pertemuan dengan Reynar. Tatapan tajam Reynar dan ancamannya masih terngiang-ngiang.“Dia seperti tahu sesuatu,” gumam Zidan pelan.Kyro yang sedang merapikan barang-barangnya di sisi lain ruangan mendengar gumaman itu. “Kau bicara soal Reynar?”Zidan mengangguk. “Iya. Kau merasa dia mencurigai kita?”Kyro menghela napas panjang sebelum mendekat. “Reynar adalah orang yang selalu mencari kelemahan orang lain. Jika dia merasa ada sesuatu yang tidak biasa tentangmu, dia pasti akan terus mengamatimu sampai dia menemukan jawabannya.”“Lalu, apa yang harus kulakukan?”“Jangan terlalu mencolok. Tapi juga jangan terlihat terlalu lemah. Dia menghormati kekuatan, tapi dia tidak suka jika ada yang lebih pintar darinya.”Daren yang baru kembali dari aula membawa beberapa roti untuk makan malam langsung bergabung dalam percakapan itu. “Hei, jan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • ALKEMIS TERAKHIR    49. Kompetisi Berlanjut

    Kompetisi di akademi terus berlanjut, dan Zidan harus tetap menjaga rahasianya dengan hati-hati. Setiap hari adalah ujian baru, baik di arena latihan maupun di luar, ketika ia harus menghadapi tekanan dari teman-teman sekelasnya yang perlahan mengenalinya lebih dekat. Meski ia terlihat seperti murid biasa, Zidan sadar bahwa setiap gerakan kecilnya diawasi.Kyro, Daren, dan Elric adalah teman-teman setianya di akademi. Mereka sering mendukung Zidan dalam latihan dan kompetisi. Namun, Zidan tidak pernah memberi tahu mereka bahwa ia adalah seorang alkemis. Rahasia itu terlalu berbahaya untuk diungkapkan. Dalam kekaisaran Arzan, hanya menyebut nama alkemis saja bisa mengundang hukuman mati, apalagi mengaku sebagai salah satunya."Zidan, kau tampak tenang sekali," kata Kyro suatu hari saat mereka sedang berjalan menuju arena kompetisi berikutnya. "Biasanya orang baru gugup saat memasuki kompetisi sebesar ini."Zidan hanya tersenyum kecil. "Aku hanya mencoba menikmati prosesnya," jawabnya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • ALKEMIS TERAKHIR    50. Ujian Setrategi Tim

    Keesokan harinya, suasana di akademi terasa berbeda. Para murid berbaris di lapangan utama, menunggu pembagian tim untuk ujian strategi yang diumumkan dengan penuh antisipasi. Instruktur dengan pakaian serba hitam berdiri di depan, wajahnya serius saat memeriksa daftar nama di tangannya.“Baiklah,” katanya dengan suara lantang. “Hari ini, kalian akan diuji dalam strategi tim. Setiap tim terdiri dari empat orang, dan tugas kalian adalah merebut bendera di tengah medan pertempuran. Tim yang berhasil membawa bendera kembali ke pos akan dianggap pemenang.”Zidan menelan ludah, mendengar penjelasan itu. Pertarungan kelompok berarti ia harus lebih berhati-hati, terutama jika harus bekerja sama dengan teman-temannya.“Tim pertama: Daren, Kyro, Elric, dan Zidan.”Kyro langsung bersorak kecil. “Kita satu tim! Aku sudah tahu ini akan terjadi.”Daren menepuk pundak Zidan dengan semangat. “Ini kesempatan kita menunjukkan bahwa murid dengan nilai E juga bisa hebat!”Elric hanya mengangguk pelan, w

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • ALKEMIS TERAKHIR    51. Latihan Yang Berlanjut

    Hari berikutnya, latihan fisik dan teknik bertarung kembali digelar di arena utama akademi. Kali ini, mereka diuji dalam simulasi pertempuran tim, di mana setiap kelompok harus menghadapi serangkaian rintangan dan lawan buatan yang diatur oleh instruktur.Zidan, seperti biasa, menyembunyikan kemampuannya dengan cermat. Pil penekan energi yang selalu ia konsumsi membantu menyamarkan aura alkemisnya. Ia memastikan setiap gerakannya tampak seperti usaha keras seorang murid biasa, meski kemampuannya sebenarnya jauh melampaui rekan-rekannya.“Kau siap?” tanya Kyro dengan semangat.“Selalu,” jawab Zidan sambil tersenyum kecil.Daren menyeringai. “Kali ini, kita harus menunjukkan bahwa kelompok kita lebih baik daripada yang lain. Zidan, aku harap kau punya rencana hebat lagi.”Zidan mengangguk, berpura-pura memikirkan strategi sederhana. Ia ingin memastikan bahwa mereka menang tanpa membuat dirinya terlalu mencolok.Mereka memasuki arena, yang telah diubah menjadi labirin penuh jebakan. Di s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • ALKEMIS TERAKHIR    52. Menjaga Rahasia

    Seiring waktu, hubungan Zidan dengan kelompoknya semakin kuat. Daren, yang ceria dan bersemangat, sering mengajak Zidan berbicara di luar topik latihan. Kyro, dengan sikapnya yang tenang namun penuh perhatian, menjadi semacam penyeimbang di kelompok mereka. Bahkan Elric, meskipun masih menyimpan kecurigaan, mulai menunjukkan rasa hormat terhadap kemampuan Zidan.Suatu sore, mereka berkumpul di tepi sungai kecil di belakang akademi, tempat para murid sering menghabiskan waktu luang. Daren, seperti biasa, memulai percakapan dengan penuh antusias.“Kalian tahu? Aku yakin kita adalah kelompok terkuat di angkatan ini!” katanya, melompat dari batu ke batu di atas sungai.Kyro tertawa kecil. “Kau selalu terlalu percaya diri, Daren. Tapi aku suka semangatmu.”Zidan, duduk di tepi sungai sambil memandangi air yang mengalir, tersenyum mendengar candaan mereka. Momen-momen seperti ini mengingatkannya pada kehidupannya sebelum semua ini, sebelum ia harus menyembunyikan identitasnya sebagai alkemi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • ALKEMIS TERAKHIR    Tersesat

    Hari itu, seperti biasa, mereka berempat—Zidan, Elric, Daren, dan Kyro—melanjutkan latihan mereka di luar akademi. Hutan yang mengelilingi tempat itu memiliki banyak jalur dan rute yang belum mereka telusuri, sehingga mereka memutuskan untuk menjelajah lebih jauh.“Ayo, kita coba jalan lebih dalam! Aku rasa kita bisa menemukan tempat latihan yang lebih menantang,” seru Daren dengan semangat yang tak terkendali.Kyro, yang biasanya lebih berhati-hati, tampak ragu. “Hati-hati, Daren. Hutan ini luas dan kita tidak tahu apa yang ada di dalamnya.”Zidan mengangguk setuju. “Kita harus tetap waspada. Jangan sampai terjebak di tempat yang tidak kita kenal.”Namun, semangat Daren yang tak bisa dibendung membuat mereka terus melangkah lebih jauh. Mereka melalui jalan-jalan sempit yang dihiasi dengan pohon-pohon raksasa dan tumbuhan liar yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Udara semakin lembab, dan suara burung serta binatang hutan semakin jarang terdengar.“Ada apa dengan hutan ini?” Elr

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • ALKEMIS TERAKHIR    54. Tempat Penyiksaan

    Daren adalah yang pertama menghentikan langkahnya, matanya terpaku pada sesuatu di kejauhan. Zidan, yang berjalan di belakang, mengikuti pandangan Daren dan melihat apa yang ia lihat. Di tengah kebun tua yang terbengkalai, sebuah bangunan besar dan megah terlihat samar-samar. Bangunan itu tampak sepi, tertutup oleh kabut tipis yang merayap di atas tanah. "Apa itu?" tanya Zidan dengan suara pelan, berusaha tidak membangkitkan perhatian. "Itu... bekas tempat latihan militer," jawab Elric dengan nada yang sedikit berubah. "Tapi tempat itu sudah lama ditinggalkan, banyak cerita aneh tentangnya." Kyro mengangguk. "Tempat itu disebut 'Taman Kehancuran'. Dulu, itu adalah tempat di mana para pendekar terlatih dilatih secara keras. Namun, ada banyak yang hilang atau tidak pernah kembali." Zidan merasa ketegangan meningkat. Meskipun mereka sudah berhasil keluar dari hutan gelap yang mengerikan, rasanya suasana masih belum aman. Mereka hanya bisa menebak apa yang ada di dalam, dan yang pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12

Bab terbaru

  • ALKEMIS TERAKHIR    115. Raja Baru

    Setelah melalui perjalanan panjang penuh darah dan pengorbanan, Zidan akhirnya berdiri di puncak kekuasaan. Dia tidak mendambakan tahta, tetapi takdir membawanya ke posisi itu. Sebagai pemimpin baru kerajaan Arzan, dia memikul beban yang lebih besar daripada yang pernah ia bayangkan.Hari-hari setelah kemenangan besar itu dipenuhi dengan pertemuan, keputusan, dan perubahan yang drastis. Zidan menyadari bahwa kerajaan yang baru harus dibangun dengan fondasi yang kokoh, bukan hanya dengan kekuatan alkemis, tetapi juga dengan keadilan dan kebijaksanaan yang benar-benar mengutamakan rakyat.Rakyat Arzan, yang dulu hidup dalam bayang-bayang ketakutan, kini mengangkat kepalanya. Di jalanan dan pasar, mereka menyebutnya dengan penuh hormat: Raja Zidan, meski ia lebih suka dianggap sebagai pelayan rakyat.Zidan berjalan menyusuri jalan-jalan kota Arzan, ditemani oleh beberapa pengawal dan anggota dewan penasihat. Di setiap sudut, warga menyapanya dengan hormat. Para ped

  • ALKEMIS TERAKHIR    114. Kemenangan

    Zidan berdiri di tengah reruntuhan istana Arzan, menatap medan pertempuran yang kini mulai mereda. Udara masih dipenuhi debu, bau darah dan mesiu bercampur dengan angin malam yang dingin."Kyro, cari yang terluka dan kumpulkan mereka di pusat kota!" perintah Zidan, suaranya penuh kewibawaan meski kelelahan jelas terasa.Kyro mengangguk dan segera bergerak, bersama beberapa alkemis lain yang masih mampu berdiri."Asmar, periksa reruntuhan. Ada kemungkinan beberapa orang masih terjebak di bawah sana," lanjutnya.Asmar tanpa ragu mulai menggambar lingkaran alkemis di tanah. Dengan kekuatan alkeminya, batu-batu besar perlahan bergerak, membuka jalur bagi mereka yang mungkin masih hidup di bawah puing-puing.Di sisi lain, Kakek Suma memimpin pasukan alkemis yang tersisa, menahan sisa-sisa pengawal kerajaan yang menyerah. "Mereka yang menyerah, ikat dan kumpulkan. Kita akan menentukan nasib mereka nanti," katanya tegas.Zidan berjalan ke tengah kota yang porak-poranda. Beberapa warga sipil

  • ALKEMIS TERAKHIR    113. Serangan

    Zidan menggenggam pedangnya erat, tubuhnya dipenuhi luka, tapi semangatnya tidak padam. Energi biru yang mengelilinginya berkobar semakin kuat, berdenyut seperti jantung yang penuh amarah.Makhluk bayangan itu menatapnya dengan tatapan kosong, sebelum akhirnya mengangkat tangannya. Kabut hitam di sekelilingnya berputar seperti badai, membentuk tombak kegelapan raksasa."MATI!" raung makhluk itu, melemparkan tombak tersebut ke arah Zidan dengan kecepatan kilat.BOOM!Zidan melompat ke samping tepat sebelum tombak itu menghantam lantai, menciptakan kawah besar dan meruntuhkan sebagian dinding perpustakaan. Batu dan pecahan kayu beterbangan, menyelimuti medan pertempuran dengan debu tebal.Dari dalam kabut, makhluk itu melesat ke arah Zidan dengan kecepatan tak kasat mata!CLANG!Pedang Zidan bertemu dengan cakar hitam makhluk itu, menciptakan percikan energi yang menyilaukan. Tubuh Zidan terdorong ke belakang oleh kekuatan luar biasa, tapi dia tetap bertahan."Asmar! Beri dia dukungan!"

  • ALKEMIS TERAKHIR    112. Perang Kerajaan Arzan

    Zidan mengatur napasnya, darah mengalir dari luka di pelipisnya. Ia dan kelompoknya telah terpojok di dalam Perpustakaan Terlarang, dikelilingi oleh Zarif, Jenderal Morvath, dan pasukan kekaisaran. "Dinding mulai runtuh," bisik Kyro. "Kita tak bisa bertahan lama di sini." Asmar menekan luka di bahunya, matanya tajam mengamati Morvath. "Jadi ini rencana Kaisar? Menghapus seluruh jejak sejarah alkemis?" Morvath menyeringai. "Sejarah tidak lebih dari beban bagi yang lemah. Kaisar menginginkan kekuatan sejati." Zarif melangkah maju. "Tak perlu banyak bicara. Kita akhiri mereka sekarang." Zidan tidak menunggu. Dengan gerakan cepat, ia menjejak tanah, menciptakan gelombang energi yang menghantam lantai. Batu-batu berhamburan, menciptakan kabut debu yang menghalangi pandangan. "SEKARANG!" teriaknya. Kyro melemparkan bom asap, mempertebal kabut. Dalam kekacauan itu, Zidan berlari ke arah Morvath, mengayunkan pedangnya dengan sekuat tenaga. Tebasan itu hampir mengenai Morvath

  • ALKEMIS TERAKHIR    111. Pengkhianatan

    Ruangan masih dipenuhi asap akibat ledakan. Zidan mengatur napasnya, matanya tetap waspada mengawasi tubuh Zarif yang tergeletak tak berdaya di lantai. Namun, ia tahu bahwa kemenangan ini hanya permulaan dari pertarungan yang lebih besar. "Asmar, kita harus pergi sekarang," ucap Zidan tegas. Asmar mengangguk. "Terowongan ini tidak akan bertahan lama. Kita harus menuju ke bagian terdalam istana sebelum pasukan lain datang." Mereka bergerak cepat melalui lorong bawah tanah, langkah mereka tergesa-gesa namun tetap berhati-hati. Zidan merasakan atmosfer yang semakin mencekam—seperti ada sesuatu yang mengawasi mereka dari kegelapan. Saat mereka mencapai persimpangan lorong, suara langkah kaki mendekat dengan cepat. Zidan memberi isyarat agar semua berhenti. Dari kejauhan, terlihat sekelompok pengawal istana yang membawa obor, menerangi lorong yang remang. "Tidak ada jalan mundur," bisik Kyro, menggenggam belatinya erat. "Tidak," Zidan menggeleng. "Kita akan membuat mereka kehil

  • ALKEMIS TERAKHIR    110. Pertarungan Yang Sengit

    Dengan Asmar kini berada di sisi mereka, ketegangan semakin memuncak. Zidan tahu bahwa mereka sudah berada di ujung jurang—hanya dengan pergerakan cepat dan strategi yang cermat mereka bisa selamat. Namun, tantangan yang dihadapi tidak hanya fisik, tetapi juga banyak rahasia yang harus diungkap.Setelah mendiskusikan rencana mereka dengan Asmar, Zidan merasa seluruh beban tanggung jawab terletak di pundaknya. Kerajaan yang sudah begitu kuat dan pengkhianatan yang terjalin rapat membuat setiap langkah yang mereka ambil berpotensi menjadi jalan menuju kehancuran.Asmar mengisyaratkan agar mereka bergerak lebih cepat. "Pintu belakang sudah pasti telah dibuka. Kerajaan tidak akan lama lagi menyadari kita telah memasuki ruang bawah tanah ini. Kita harus menuju pusat kekuatan mereka—dan menemukan cara untuk menghentikan pertempuran alkemis yang telah mereka rencanakan."Zidan mengangguk dan dengan sigap memimpin kelompok menuju jalur yang lebih sempit dan

  • ALKEMIS TERAKHIR    109. Langkah Rahasia

    Baik! Saya akan melanjutkan cerita dengan lebih banyak ketegangan dan intrik. Berikut kelanjutannya:Zidan mengatur napasnya dengan hati-hati saat ia dan teman-temannya bersembunyi di balik bayangan dinding benteng Arzan. Mereka tahu bahwa setiap gerakan ceroboh bisa menarik perhatian pengawal yang berjaga ketat. Elric melirik ke arah Zidan, matanya penuh tanda tanya."Apa rencanamu sekarang?" bisik Elric.Zidan menghela napas, berpikir cepat. "Kita harus menciptakan gangguan. Jika kita hanya menunggu, kita akan terjebak di sini selamanya."Kyro mengangguk, matanya berbinar penuh keberanian. "Aku bisa membuat suara ledakan kecil dengan batu api dan bubuk mesiu yang kubawa. Itu bisa mengalihkan perhatian mereka cukup lama."Daren tersenyum tipis. "Baiklah, begitu mereka terpancing, kita harus bergerak cepat. Tapi bagaimana kita tahu jalur mana yang paling aman?"Zidan merogoh saku jubahnya dan mengeluarkan secarik kertas peta yang ia dapatkan dari seorang informan sebelumnya. "Ada jalu

  • ALKEMIS TERAKHIR    108. Rasa Curiga

    Zidan melangkah dengan hati-hati, matanya menyapu sekeliling lorong gelap yang dipenuhi bayangan. Nafasnya ditahan, mendengar langkah-langkah kaki yang mendekat. Ia merapat ke dinding, menunggu hingga suara itu menjauh sebelum melanjutkan perjalanan. Harzan telah mencurigainya, dan setiap gerak-geriknya kini dalam pengawasan. Namun, ia tak bisa mundur sekarang.Setelah bertemu Kakek Suma dan mendapatkan petunjuk penting, ia tahu bahwa keberadaannya di Akademi Arzan bukan sekadar kebetulan. Ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi, sesuatu yang melibatkan kekuatan tersembunyi yang bisa mengancam keseimbangan kekaisaran. Namun, sebelum ia bisa bertindak, ia harus memastikan keselamatan Daren, Kyro, dan Elric. Mereka bertiga mungkin belum tahu sepenuhnya bahaya yang mengintai, tetapi mereka adalah orang-orang yang bisa ia percayai.Di dalam kamar mereka, keheningan menggantung saat Zidan menceritakan apa yang ia ketahui. Daren duduk dengan ekspresi serius, sementara Kyro berkacak ping

  • ALKEMIS TERAKHIR    107. Bukan Alkemis Biasa

    Mereka berjalan mengikuti para prajurit dengan hati-hati. Meskipun berhasil lolos dari reruntuhan, Zidan merasa bahwa bahaya yang mengintai mereka belum selesai. Setiap langkah yang mereka ambil semakin terasa berat, seakan ada sesuatu yang menunggu di ujung lorong.Elric melirik ke arah Zidan. “Apa kau yakin mereka tidak mencurigai kita?” bisiknya pelan.Zidan menggeleng tanpa menjawab. Ia tidak bisa memastikan. Para prajurit ini mungkin terlihat netral, tetapi siapa yang bisa menjamin bahwa mereka bukan bagian dari rencana yang lebih besar?Saat mereka semakin dekat dengan pintu keluar, salah satu prajurit berhenti dan menoleh ke arah mereka. “Sebelum kalian pergi, aku harus melaporkan keberadaan kalian kepada atasan. Tidak ada murid yang seharusnya berada di sini.”Kyro mengepalkan tangannya. “Kami hanya tersesat, apakah itu benar-benar perlu?”Prajurit itu menatap Kyro dengan dingin. “Aturan tetap aturan.”Zidan bisa merasakan detak jantungnya semakin cepat. Jika mereka dilaporkan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status