Home / Romansa / Come And Serve Me / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Come And Serve Me: Chapter 11 - Chapter 20

60 Chapters

11. The Presumption

"Kenapa lama sekali? Apa kamu baik-baik saja?"Juliet duduk kembali di kursinya dengan senyum manis yang terlukis kepada Matthew."Aku hanya sedikit sakit perut," sahut gadis itu sembari mulai mengambil mangkuk sup iga hangat di depannya. Sepertinya hanya makanan ini yang tidak terlalu membuat perutnya menolak."Apa kamu mau ke dokter?""Tidak perlu, Matthew. Sekarang sudah lebih baik," bohong Juliet. Rasanya sekarang seperti ada yang mengaduk-aduk perutnya, membuatnya mual dan pusing.Matthew menatap lekat gadis di depannya, lalu lelaki itu pun menggelengkan kepala. "Tidak, kita akan ke dokter setelah makan siang," putus lelaki itu, yang serta merta membuat jantung Juliet berdebar dengan keras.Bisa gawat kalau dokter mendeteksi sesuatu pada tubuhnya, padahal Juliet berniat ingin menyembunyikan kemungkinan kehamilannya dari Matthew. Ia ingin memastikannya sendiri terlebih dahulu untuk menyusun rencana selanjutnya.Juliet pun berpikir keras untuk menemukan jalan keluar agar Matthew m
Read more

12. The Unborn Baby

Bisa jadi kamu cuma mengalami mabuk laut, atau bisa juga... karena kamu sedang mengandung anak kita."Juliet menelan ludahnya dengan kasar mendengar asumsi Matthew yang diucapkan dengan nada datar, namun ia bisa melihat jika lelaki itu seperti sedang menutupi sesuatu."Mengandung?" Juliet mengulang kembali ucapan Matthew dengan manik legamnya yang mengerjap polos, bersikap seolah ia benar-benar terkejut."Apa itu mungkin? Hahaa... rasanya aneh sekali. Aku tak pernah berpikir tentang seorang anak sebelumnya," ucap Juliet sembari tertawa pelan, berusaha mengingkari debaran aneh di dadanya.Matthew tersenyum dengan jemarinya yang terulur ke wajah Juliet untuk menghapus noda muntah yang masih sedikit tertinggal di sana."Sebelumnya aku pun tak pernah sedetik pun memikirkan tentang hal itu," aku lelaki blasteran itu dengan jujur. "Sebelum aku kembali ke Indonesia, lalu melihatmu yang semakin cantik dan dewasa setelah satu tahun yang berlalu."Juliet menatap Matthew dengan pandangan tak per
Read more

13. The Manipulative Juliet

"Oh. My. God. Apa itu cincin lamaran?!" Pekik gadis berkacamata dengan bola mata membelalak sempurna. "Jadi Matthew benar-benar melamarmu?!"Juliet membiarkan temannya Sienna meraih jemarinya untuk menatap lekat cincin berlian besar dan indah yang tersemat di jari manisnya. Hari ini kebetulan tak ada kuliah karena dosen yang mengajar sedang ijin, dan Juliet pun janjian dengan Sienna untuk bertemu di resto sebuah mal.Sienna berdecak kagum. "Selera Matthew Wiratama memang tidak main-main," ucapnya sembari menatap Juliet."Ah, aku iri sekali. Matthew mengetahui kalau kamu mengandung anaknya, lalu dia pun segera melamar? Ya ampun. Dia pasti tipe lelaki konvensional, yang menginginkan keturunannya lahir dengan kedua orang tuanya telah terikat dalam pernikahan," cetus gadis berkacamata itu dengan mata berbinar-binar.Juliet memutar kedua bola matanya mendengar perkataan Sienna yang terdengar seperti seorang pemuja kepada idolanya."Whatever, Sienna. Bagaimana tentang permintaanku kemarin?
Read more

14. The Midnight Rain

Selama tiga tahun ini, keberadaan Juliet memang terkesan seperti disembunyikan oleh Matthew dari seluruh keluarga besar Wiratama.Dirinya dianggap tiada, meskipun nyata adanya.Matthew sengaja menaruh Juliet di rumah kedua, villa yang biasa digunakan untuk beristirahat oleh keluarganya, alih-alih kediaman utama yang biasa ditempati Matthew dulu bersama kedua orang tuanya.Saat Matthew mengambil Juliet yang yatim piatu dan mengangkatnya menjadi adik asuh, Oma adalah orang yang paling keras menentangnya.Sama seperti Matthew waktu itu, Oma menganggap kematian putranya Ibram dan menantunya Kayana adalah karena kesalah Bayu yang saat itu bertindak sebagai pengemudi mobil naas yang dinaiki mereka.Dan sama juga seperti Matthew, Oma pun menimpakan kesalahan itu kepada Juliet yang sama kehilangannya, dan tidak tahu apa-apa.Hubungan antara Matthew dan Oma saat itu sempat renggang, karena ketidaksetujuan wanita itu ketika cucunya membawa Juliet masuk ke dalam rumah Wiratama.Mereka merasa Mat
Read more

15. The Gorgeous Devil

**Flashback 3 tahun yang lalu**Juliet lelah sekali setelah menangis hampir seharian penuh di acara pemakaman ayahnya. Tenaganya seperti telah tersedot habis karena kesedihan mendalam yang mengeringkan batin serta jiwanya.Luka yang belum sembuh karena kehilangan ibunda tercinta beberapa tahun yang lalu, kini semakin berdarah dan menganga terbuka karena satu-satunya orang terkasih yang ia miliki kini telah dirampas dari kehidupannya.Malam gelap yang dipenuhi dengan milyaran tetesan hujan yang begitu deras telah tiba, dan Juliet hanya bisa memeluk tubuh mungilnya yang kurus di dalam kamar ayahnya yang kosong, sekosong hatinya."Ayaah... kenapa ayah tega meninggalkanku seorang diri?" bisiknya dalam derai air mata yang kembali mengalir deras membasahi wajahnya.Ia kesepian. Takut. Kesunyian di malam ini sangat mengerikan bagi anak remaja seusia 16 tahun seperti dirinya. Juliet benar-benar menyesal menolak tawaran dari salah satu teman sekelasnya untuk menginap di rumahnya.Ia hanya tida
Read more

16. The Innocent Angel

Hitam. Gelap. Pekat. Matthew tak tahu lagi bagaimana menggambarkan suasana hatinya saat ini selain dengan ketiga kata itu, sejak mengetahui kematian kedua orang tuanya yang sangat tragis dan sangat tiba-tiba. Kecelakaan lalu lintas yang membuat mobil mewah itu terbalik dan terbakar di pinggir jalan, menghanguskan ketiga jasad yang telah tak berbentuk di dalamnya. Sesuatu pasti terjadi di dalam mobil itu sebelum Pak Bayu kehilangan kendali dan membuat mobil itu oleng. Selama ini, supir pribadi keluarganya itu selalu mengemudi dengan hati-hati dan tidak pernah menggunakan kecepatan tinggi. Dan dari rekaman CCTV di jalan raya, terlihat bagaimana ugal-ugalannya mobil itu sebelum akhirnya menabrak pembatas jalan dan terbalik. Dugaan Matthew, mungkin mereka semua sedang beradu pendapat di dalam sana. Suasana yang semakin memanas pun tak pelak menjadi faktor tercetusnya kecelakaan fatal itu. Ayahnya, Ibram Wiratama mungkin sudah tak dapat menahan emosinya setelah mengetahui perselingkuh
Read more

17. The Unpredictable

"Ampun Kak Matthew... aku mohon jangan lakukan itu lagi!!" Juliet menjerit putus asa dengan penuh permohonan.Gadis itu memohon sembari berlutut dan menyembah Matthew, dengan isak tangisnya yang sedari tadi tak hentinya merepih.Matthew menatap gadis yang hanya mengenakan bath robe putih itu dengan ekspresi dingin tak terbaca dan tak tersentuh, hanya diam bagai patung yang tampan dan angkuh.Ini adalah hari ketiga ia membawa Juliet ke dalam rumahnya, di dalam pengawasan dan kekuasaannya.Dan selama itu pula tak terhitung entah berapa kali Matthew menjamah tubuh polos itu dengan menjadikan Juliet sebagai jalang pribadi pemuas hasratnya, sama seperti apa yang telah ia rencanakan sebelumnya."Bangun, Juliet. Jangan menyembahku seperti itu."Nada sedingin gunung es Kutub Utara itu tak pelak membuat Juliet menggigil ketakutan, karena Matthew yang sepertinya sama sekali tidak tersentuh.Selama tiga hari ini ia berusaha melakukan segala cara untuk menghentikan perbuatan keji Matthew yang mem
Read more

18. The Element of Surprise

Juliet terkikik geli ketika Matthew mengecup sisi lehernya yang harum dan sensitif, lalu dengan sengaja lelaki itu pun menggelitik pinggangnya. Sepanjang sore, kedua sejoli itu asyik bercumbu dan bermesraan setelah puas bercinta. Walaupun sebenarnya Matthew masih jauh dari puas, namun untuk beberapa bulan ke depan ia terpaksa harus membiasakan diri karena kehamilan Juliet yang masih dini dan rentan. "Kenapa kamu wangi sekali sih?" Guman Matthew sembari tak hentinya menghujani area leher dan pundak Juliet yang cantik dengan kecupan-kecupan. Matthew mengagumi tulang selangka Juliet yang menyembul manis dan menyapukan lidahnya di sepanjang garis itu. "Matthew..." Juliet menyebut nama lelaki itu dalam desahan lembut yang kembali membuat Matthew menggeram, sekuat tenaga menahan hasrat yang hampir membuatnya lepas kendali. "Ini sangat menyiksa," gerutu lelaki itu sembari mengacak rambutnya frustasi. "Aku masih sangat ingin memilikimu, Muffin. Tapi itu akan berbahaya untuk anak kita." He
Read more

19. The Epic Arrival

Suara deru mobil yang baru memasuki gerbang depan kediaman Matthew membuat Juliet cepat-cepat menyimpan ponselnya ke dalam saku.Yang barusan tiba adalah salah satu mobil milik Matthew, yang artinya lelaki itu tadi sedang keluar ketika Oma dan Karina menyambangi rumahnya.Juliet berdecak kecil. Bukankah itu terlalu pas untuk dibilang kebetulan? Ia sangat yakin Oma sengaja datang ke rumah ini ketika cucu kesayangannya itu sedang pergi, agar puas melontarkan hinaan kepada Juliet. Hah, sangat mudah ditebak.Juliet masih tak bergeming di sofa ruang tamu, sama sekali tidak ada keinginan untuk menyambut Matthew meskipun ia bisa. Dari balik jendela kaca besar bertirai tipis, Juliet bisa melihat Matthew turun dari mobil yang ia kemudikan sendiri.Seorang pelayan berjalan cepat ke arahnya, memberi anggukan hormat, lalu mengatakan sesuatu kepada Matthew entah apa. Yang pasti hal itulah yang membuat Matthew segera melangkah lebar memasuki rumahnya dengan terburu-buru.Manik coklat pasirnya sedik
Read more

20. The Patience

Matthew terpaksa berangkat pagi-pagi sekali untuk bekerja hari ini, sebagai akibat kepulangannya kemarin yang lebih cepat karena khawatir pada Juliet yang tiba-tiba saja memutuskan video call mereka secara sepihak.Sebagai puncak pimpinan tertinggi, ada banyak tugas dan tanggung jawab yang tak bisa ia abaikan begitu saja.Sejak pagi, lelaki bersurai coklat gelap itu telah disibukkan oleh banyaknya meeting serta inspeksi ke beberapa lokasi.Pekerjaannya mulai sedikit senggang ketika menjelang waktunya istirahat makan siang, sehingga Matthew pun memilih untuk makan di ruang kerjanya saja.Suara ketukan tiga kali di pintu seketika disusul oleh munculnya seraut wajah bule dari baliknya."Siang, Boss. Hei, aku baru saja mau mengajakmu makan siang di luar," protes Darren, yang berdecak sebal melihat Matthew yang sedang mengunyah sandwich. "Ternyata kamu malah sudah makan. Kenapa sendirian?""Hanya ingin saja," sahut Matthew santai. Ia menepuk tangan Darren yang tanpa permisi mencomot sepoto
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status