Home / Romansa / Come And Serve Me / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Come And Serve Me: Chapter 31 - Chapter 40

60 Chapters

31. The Craziest Love

Matthew menginjak pedal rem dalam-dalam, lalu membanting setir ke kiri. Memberhentikan mobil di bahu jalan sebelum memutar badannya menghadap Juliet."Jadi kamu sudah sudah tahu?" Tanya Matthew antara heran dan juga terkejut."Mengenai hubungan terlarang antara ayahmu dan ibuku?"Juliet membalas tatapan penuh tanya dari Matthew dengan mengurai senyum samar. "Ya, aku tahu."Matthew menarik dagu Juliet agar bisa menatap manik legam itu untuk menyelami dalamnya misteri di dalam sana yang seolah tak bertepi. Mencari segala apa yang selama ini selalu disembunyikan oleh gadis itu.Namun ia tetap tak jua berhasil menemukannya. Juliet memendamnya terlalu dalam, hingga tangan Matthew pun tak sanggup menggapainya.Matthew mengecup kedua mata Juliet dengan lembut. "Jangan terlalu memikirkannya, Muffin."Juliet memejamkan kedua maniknya saat Matthew mulai memberikan hujan kecupan lembut seringan kelopak bunga ke seluruh wajahnya. "Aku tidak akan memikirkannya," sahutnya pelan."Jika kamu tidak in
Read more

32. The (Plot Is) Twisted

"Kamu mau makan malam sekarang? Kalau begitu biar aku re-heat lagi steak-nya ya?"Juliet terkesiap ketika Matthew tiba-tiba menarik pinggangnya, saat ia baru saja hendak mengambil piring steak untuk dibawa ke dapur agar dipanaskan.Gadis itu pun terdiam tak bergerak saat Matthew mulai menghidu rambut dan wajahnya, hal yang sangat sering lelaki itu lakukan."Aku candu pada aroma tubuhmu, Muffin." Suara serak itu seakan mengumumkan sebuah alarm untuk Juliet. "Aku candu pada semua yang ada di dirimu.""Stop. Nanti kita tidak akan makan malam kalau kamu terus melakukannya." Juliet menjauhkan bibirnya yang hendak dipagut oleh Matthew, dan sedikit mendorong tubuh kekar itu. Dalam hati ia mendesah lega karena Matthew akhirnya melepaskan dirinya."Aku yang akan panggil pelayan untuk memanaskan steaknya. Kamu diam di situ saja, Muffin. Jangan terlalu banyak bergerak," perintah Matthew sebelum ia merampas piring steak dari tangan Juliet dan berlalu pergi.Senyum yang semula merekah di wajah Jul
Read more

33. The New Life (?)

"Kamu sangat pemberani."Juliet hanya tersenyum tipis mendengar pujian dari sahabatnya, Sienna. Meskipun memang terlihat sangat tulus, namun Juliet sama sekali tidak merasa bahwa "pemberani" adalah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok dirinya serta semua sikap yang telah ia ambil.Mungkin "gila" lebih tepatnya."Terima kasih, Sienna. Tapi ini semua tidak akan berhasil jika tanpa bantuan dari banyak pihak."Sienna berdecak kecil dan menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Gadis berkaca-mata itu sungguh heran dengan keputusan Juliet untuk pergi dari Matthew, padahal lelaki itu telah bersikap sangat baik akhir-akhir ini."Jadi, apa sekarang kamu sudah merasa bebas?" Tanya Sienna lagi.Juliet pun menghela napas pelan. "Entahlah. Kebebasan yang kuimpikan adalah lepas dari bayang-bayang Matthew. Dan saat ini aku seakan berada di persimpangan, Sienna. Tanpa tahu arah mana yang harus kupilih, arah yang akan membuat Matthew benar-benar tidak mampu menemukan jejakku lagi untuk selamanya,"
Read more

34. The Risk He Should Take

"Damned!" Matthew mendorong tubuh Karina, lalu ia pun segera berdiri dan mengenakan satu persatu lapis busananya yang entah bagaimana berserakan di atas lantai sembari menatap Karina dengan sorot tajam menusuk."Cepat pakai bajumu, Karina. Ayo kita bicara!" Titahnya kemudian. Matthew mencari ponselnya yang terletak di atas nakas, lalu menekan nomor Darren dengan penuh emosi.Namun kembali ia mengumpat dengan keras, karena ponsel sepupunya itu yang sama sekali tidak bisa dihubungi. Kemurkaan serasa membakar dadanya, karena situasi yang tiba-tiba saja berada di luar kendalinya. Juliet yang menghilang dan dirinya yang berada di ranjang bersama Karina, alih-alih bersama Muffin-nya.BRAAK!!!Karina menjerit kaget ketika Matthew mendadak menggebrak meja dengan sekuat tenaga. Untung saja meja itu terbuat dari material solid yang mampu menahan hentakan itu, hingga tidak terbelah dua."Jelaskan kenapa saat aku membuka mata, tiba-tiba saja Juliet menghilang dan kamulah yang berada di sini. Dan
Read more

35. The Chase of Love

Bibir penuh berwarna merah alami itu pun tak lepas menyunggingkan senyuman kebahagiaan, ketika melihat pemandangan jantung kota Vancouver dari balkon apartemennya yang cukup luas.Ia suka sekali pemilihan untuk lokasi tempat tinggalnya kali ini. Sebuah apartemen yang tidak terlalu besar tapi sangat modern, indah dan nyaman. Sebuah tempat tinggal untuk dirinya yang baru. Juliet yang baru."Bagaimana, apa kamu suka?"Suara itu membuat wajah Juliet tertoleh ke samping, ke arah seorang lelaki yang memandanginya sejak tadi."Sangat suka," sahut Juliet cepat tanpa menanggalkan senyumnya. "Terima kasih, Virgo. Apartemennya sungguh indah.""Kamu yakin? Kita bisa melihat-lihat yang lain, Juliet. Kurasa yang ini agak sedikit kurang luas.""Aku menyukainya."Pernyataan itu menjadi sebuah keputusan mutlak yang terdengar tak dapat dibantah lagi."Baiklah jika kamu menyukainya," tutur Virgo akhirnya. "Istirahatlah, Juliet. Kamu pasti lelah setelah perjalanan panjang ke sini."Juliet mengangguk. Per
Read more

36. The Painful Distance Between Us

"HUEEKKKH!!"Rasanya seperti ada yang meninju ulu hatinya, dan membuat isi perutnya menyembur keluar tanpa menyisakan sedikit pun.Juliet hanya bisa pasrah ketika sejak beberapa jam yang lalu serangan emesis atau mual-mual di awal kehamilan melandanya dengan tiba-tiba, padahal sudah cukup lama ia sudah tidak merasakannya lagi.Juliet hanya bisa pasrah ketika yang keluar dari perutnya kini hanyalah cairan kental kekuningan yang merupakan cairan lambungnya, menandakan bahwa tak ada lagi yang bisa ia muntahkan karena isi perutnya telah terkuras.Juliet meletakkan satu tangannya yang gemetar kelelahan di atas perutnya yang sejak tadi bergejolak tanpa henti."Bertahanlah, Sayang. Kita pasti bisa melalui ini semua... Mama di sini, anakku..." ucapnya dengan bibir kering dan sepucat kertas dan pandangan nanar karena berkunang-kunang.Kelopak matanya hampir menutup, karena sekedar untuk membuka sedikit saja rasanya begitu berat. Sekujur tubuhnya terasa nyeri.Juliet terduduk di atas lantai kam
Read more

37. The Rumble In The Air

"A-apa?? Matthew... dia mengetahui dimana aku berada?" Rasanya jantung Juliet ingin terlepas dari rongga dada saat ini juga.Baru saja sebentar ia merasakan kebebasan dan ketenangan, dan sekarang Juliet harus kembali berada di dalam tekanan!"Masih ada beberapa belas jam lagi sebelum Matthew tiba di Vancouver, jadi masih ada cukup waktu untukmu beristirahat. Lebih amannya, sebaiknya kita berangkat paling lama sekitar delapan jam lagi."Juliet menghela napas pelan dan menganggukkan kepala menyahut perkataan Virgo barusan. Paling tidak ia masih memiliki beberapa jam untuk tidur. Entah beberapa jam itu cukup ataukah tidak, karena sebenarnya Juliet benar-benar merasa kurang sehat saat ini."Kamu bisa melarikan diri Matthew, atau kamu juga bisa menghadapinya secara langsung dan bicara baik-baik dengannya, Juliet. Kamu tahu itu kan?" Ucap Virgo mencoba untuk menjadi pihak netral yang berlogika, walaupun ada sedikit perasaan tak rela jika Juliet kembali kepada lelaki itu.Tawa tanpa suara pu
Read more

38. The Tactics To Win Her Heart

"Aku tidak akan menyerahkanmu semudah itu," ucap Virgo tegas dengan penuh keyakinan. Ia pun kemudian mulai mengeluarkan ponsel untuk menelepon seseorang dan menitahkan sesuatu."Jangan berkonfrontasi dengan Matthew, Virgo. Kumohon," pinta Juliet."Lalu aku harus bagaimana? Menyerahkanmu begitu saja kepada Matthew dengan suka rela?" Cetus Virgo yang gusar mendengar permohonan Juliet, yang seakan menganggap dirinya bukanlah tandingan untuk seorang Matthew Wiratama."Selama kamu memang masih berniat menjauh dari Matthew, maka aku pun akan berusaha sekuat tenaga untuk menjauhkan si brengsek itu darimu," tegas Virgo lagi.Juliet menghela napas pelan. Ia sungguh-sungguh tidak menyangka jika Matthew akan secepat ini menemukannya, padahal Juliet masih ingin menghukum Matthew dengan kepergiannya.Juliet hanya ingin Matthew merasakan bagaimana rasanya terpenjara dalam ketidakberdayaan, sama seperti yang ia rasakan beberapa tahun dalam penyiksaan.Kenapa sulit sekali membuat Matthew tidak berday
Read more

39. The Knife You Stabbed Into My Heart

Virgo menatap lurus kepada Juliet dengan sorot tak percaya.. "Apa kamu yakin mau kembali dengannya, Juliet?"Gadis bersurai panjang itu pun hanya mengangguk pelan tanpa suara untuk menjawabnya."Hah. Keterlaluan sekali," cetus Virgo seraya meraup wajahnya dengan kasar. "Kamu telah membuat semua perjuangan kita menjadi sebuah kesia-siaan belaka. Seharusnya kamu tidak selemah ini."Juliet pun terdiam mendengar kalimat menohok Virgo. Ia tahu kalau lelaki itu merasa kecewa. Namun Juliet juga takut jika balas dendamnya ini malah akan menimbulkan masalah baru antara Virgo dan Matthew.Ia sungguh tak mengira jika memanfaatkan Virgo untuk mengkonfrontasi dengan Matthew akan membuat situasi semakin rumit, belum lagi adanya perasaan bersalah yang mulai tercipta."Maafkan aku," ucap Juliet setelah beberapa saat terpaku dalam keheningan."Aku tidak pernah bermaksud untuk mengecewakanmu, Virgo. Dan aku pun sangat berterima kasih untuk semuanya, sungguh. Aku sangat bersyukur karena memilikimu dan
Read more

40. The Essence of Love

Pagi telah datang.Juliet pun perlahan membuka matanya yang masih sayu karena mengantuk, dan seketika manik sehitam malam itu pun mengerjap bingung sebelum akhirnya membelalak lebar.Dimana ini??Ia pun segera bangkit dari ranjang kayu oak dengan desain minimalis itu, menegakkan bahunya, mengamati sekelilingnya sembari menggali kembali ingatan terakhirnya semalam.Ah ya... sekarang dia baru ingat.Semalam Matthew membawanya ke sebuah Penthouse di jantung kota Vancouver untuk menginap.Ya, mereka memang masih berada di Kanada.Juliet menghela napas pelan, lalu bersandar di kepala ranjang. Matthew sepertinya telah bangun terlebih dahulu, entah dimana dia sekarang.Sejenak gadis itu menundukkan kepala, menatap dan mengelus lembut perutnya yang masih datar."Kita bersama Papamu lagi," gumannya pelan. "Dan sekarang kamu juga tidak membuat Mama muntah lagi," tambahnya sembari tersenyum kecil. "Jadi kamu cuma kangen Papa, hm?"Setelah puas bercengkrama sejenak dengan janin yang berada di dal
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status