Beranda / Romansa / Come And Serve Me / 36. The Painful Distance Between Us

Share

36. The Painful Distance Between Us

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-09 12:41:19

"HUEEKKKH!!"

Rasanya seperti ada yang meninju ulu hatinya, dan membuat isi perutnya menyembur keluar tanpa menyisakan sedikit pun.

Juliet hanya bisa pasrah ketika sejak beberapa jam yang lalu serangan emesis atau mual-mual di awal kehamilan melandanya dengan tiba-tiba, padahal sudah cukup lama ia sudah tidak merasakannya lagi.

Juliet hanya bisa pasrah ketika yang keluar dari perutnya kini hanyalah cairan kental kekuningan yang merupakan cairan lambungnya, menandakan bahwa tak ada lagi yang bisa ia muntahkan karena isi perutnya telah terkuras.

Juliet meletakkan satu tangannya yang gemetar kelelahan di atas perutnya yang sejak tadi bergejolak tanpa henti.

"Bertahanlah, Sayang. Kita pasti bisa melalui ini semua... Mama di sini, anakku..." ucapnya dengan bibir kering dan sepucat kertas dan pandangan nanar karena berkunang-kunang.

Kelopak matanya hampir menutup, karena sekedar untuk membuka sedikit saja rasanya begitu berat. Sekujur tubuhnya terasa nyeri.

Juliet terduduk di atas lantai kam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Come And Serve Me   37. The Rumble In The Air

    "A-apa?? Matthew... dia mengetahui dimana aku berada?" Rasanya jantung Juliet ingin terlepas dari rongga dada saat ini juga.Baru saja sebentar ia merasakan kebebasan dan ketenangan, dan sekarang Juliet harus kembali berada di dalam tekanan!"Masih ada beberapa belas jam lagi sebelum Matthew tiba di Vancouver, jadi masih ada cukup waktu untukmu beristirahat. Lebih amannya, sebaiknya kita berangkat paling lama sekitar delapan jam lagi."Juliet menghela napas pelan dan menganggukkan kepala menyahut perkataan Virgo barusan. Paling tidak ia masih memiliki beberapa jam untuk tidur. Entah beberapa jam itu cukup ataukah tidak, karena sebenarnya Juliet benar-benar merasa kurang sehat saat ini."Kamu bisa melarikan diri Matthew, atau kamu juga bisa menghadapinya secara langsung dan bicara baik-baik dengannya, Juliet. Kamu tahu itu kan?" Ucap Virgo mencoba untuk menjadi pihak netral yang berlogika, walaupun ada sedikit perasaan tak rela jika Juliet kembali kepada lelaki itu.Tawa tanpa suara pu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Come And Serve Me   38. The Tactics To Win Her Heart

    "Aku tidak akan menyerahkanmu semudah itu," ucap Virgo tegas dengan penuh keyakinan. Ia pun kemudian mulai mengeluarkan ponsel untuk menelepon seseorang dan menitahkan sesuatu."Jangan berkonfrontasi dengan Matthew, Virgo. Kumohon," pinta Juliet."Lalu aku harus bagaimana? Menyerahkanmu begitu saja kepada Matthew dengan suka rela?" Cetus Virgo yang gusar mendengar permohonan Juliet, yang seakan menganggap dirinya bukanlah tandingan untuk seorang Matthew Wiratama."Selama kamu memang masih berniat menjauh dari Matthew, maka aku pun akan berusaha sekuat tenaga untuk menjauhkan si brengsek itu darimu," tegas Virgo lagi.Juliet menghela napas pelan. Ia sungguh-sungguh tidak menyangka jika Matthew akan secepat ini menemukannya, padahal Juliet masih ingin menghukum Matthew dengan kepergiannya.Juliet hanya ingin Matthew merasakan bagaimana rasanya terpenjara dalam ketidakberdayaan, sama seperti yang ia rasakan beberapa tahun dalam penyiksaan.Kenapa sulit sekali membuat Matthew tidak berday

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Come And Serve Me   39. The Knife You Stabbed Into My Heart

    Virgo menatap lurus kepada Juliet dengan sorot tak percaya.. "Apa kamu yakin mau kembali dengannya, Juliet?"Gadis bersurai panjang itu pun hanya mengangguk pelan tanpa suara untuk menjawabnya."Hah. Keterlaluan sekali," cetus Virgo seraya meraup wajahnya dengan kasar. "Kamu telah membuat semua perjuangan kita menjadi sebuah kesia-siaan belaka. Seharusnya kamu tidak selemah ini."Juliet pun terdiam mendengar kalimat menohok Virgo. Ia tahu kalau lelaki itu merasa kecewa. Namun Juliet juga takut jika balas dendamnya ini malah akan menimbulkan masalah baru antara Virgo dan Matthew.Ia sungguh tak mengira jika memanfaatkan Virgo untuk mengkonfrontasi dengan Matthew akan membuat situasi semakin rumit, belum lagi adanya perasaan bersalah yang mulai tercipta."Maafkan aku," ucap Juliet setelah beberapa saat terpaku dalam keheningan."Aku tidak pernah bermaksud untuk mengecewakanmu, Virgo. Dan aku pun sangat berterima kasih untuk semuanya, sungguh. Aku sangat bersyukur karena memilikimu dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Come And Serve Me   40. The Essence of Love

    Pagi telah datang.Juliet pun perlahan membuka matanya yang masih sayu karena mengantuk, dan seketika manik sehitam malam itu pun mengerjap bingung sebelum akhirnya membelalak lebar.Dimana ini??Ia pun segera bangkit dari ranjang kayu oak dengan desain minimalis itu, menegakkan bahunya, mengamati sekelilingnya sembari menggali kembali ingatan terakhirnya semalam.Ah ya... sekarang dia baru ingat.Semalam Matthew membawanya ke sebuah Penthouse di jantung kota Vancouver untuk menginap.Ya, mereka memang masih berada di Kanada.Juliet menghela napas pelan, lalu bersandar di kepala ranjang. Matthew sepertinya telah bangun terlebih dahulu, entah dimana dia sekarang.Sejenak gadis itu menundukkan kepala, menatap dan mengelus lembut perutnya yang masih datar."Kita bersama Papamu lagi," gumannya pelan. "Dan sekarang kamu juga tidak membuat Mama muntah lagi," tambahnya sembari tersenyum kecil. "Jadi kamu cuma kangen Papa, hm?"Setelah puas bercengkrama sejenak dengan janin yang berada di dal

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Come And Serve Me   41. The Homecoming

    Pagar tinggi yang berdiri angkuh itu pun terbuka dengan perlahan, sebelum sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam masuk ke dalam kediaman milik Matthew dan berhenti tepat di bagian entrance rumah mewah itu.Matthew membuka pintu mobilnya lalu keluar lebih dulu, sebelum kemudian berjalan mengitari mobil untuk membuka pintu mobil di sisi satu lagi.Pemandangan pJuliet yang terus terlelap di sepanjang jalan dari bandara ke rumah, membuatnya senyum kecil terpulas di bibir Matthew.Dengan perlahan dan hati-hati, lelaki itu mengeluarkan tubuh Juliet dengan menggendongnya. Namun alih-alih terbangun, gadis itu malah semakin meringkuk pada dada bidang yang menyelimuti dirinya dengan hangat. Semakin pulas dalam lelapnya.Juliet tidak bisa tidur selama kepergiannya dari Indonesia dan sebelum bertemu dengan Matthew, jadi kini sepertinya dia sedang membalas dengan terlelap sepanjang perjalanan pulang dari Vancouver.Matthew berhenti sejenak di depan pintu ganda yang terbuka sebagai akses utama mas

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Come And Serve Me   42. The New Target

    "Matthew? Apa yang terjadi denganmu?!"Matthew menatap datar kepada Oma Anita dan juga Karina yang baru saja datang ke rumahnya.Ia baru saja hendak ke dapur untuk membuatkan susu hamil dan mengambil beberapa camilan untuk Juliet, ketika sayup-sayup ia mendengar suara mobil yang menderu di bagian entrance kediamannya.Suara langkah kaki dua orang itu yang terdengar memasuki rumah pun sangat dihapal oleh Matthew. Namun ia masih dengan santai mengaduk susu dan mengambil camilan beberapa buah potong di dalam piring yang telah disiapkan oleh pelayan.Oma Anita berjalan mendekati cucunya dan lekat memperhatikan wajahnya. Satu tangannya pun terulur memegang dagu Matthew, lalu menolehkan wajah lelaki itu ke kanan dan ke kiri."Apa yang terjadi dengan wajahmu?" Seru Oma ketika melihat lebam dan darah yang menghiasi wajah tampan itu. "Aku tidak percaya cucuku yang sabuk hitam bisa dibikin babak belur begini!"Matthew menghela napas pelan dan melepaskan dagunya dari tangan Oma. "Aku habis diker

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Come And Serve Me   43. The Perfection

    "Sebagai penyebab utama dari semua rumitnya masalah kejiwaan yang dialami Juliet, sudah seharusnya kamu sangat bersyukur karena gadis itu masih mau berusaha untuk memaafkanmu, Matthew."Sindiran telak itu membuat Matthew memejamkan kedua manik coklat pasirnya. Penyesalan yang teramat dalam seolah menghujam ke dalam rongga dadanya, merobek setiap senti dinding-dinding hatinya, serta melemahkan seluruh tulang dan ototnya hingga tak berdaya."Aku tahu, Vin." Helaan napas yang berat menguar dari bibir Matthew. "Aku memang si brengsek yang sangat beruntung."Dokter Kevin, yang juga merupakan sepupu jauh Matthew dan kebetulan adalah Dokter Ahli Jiwa atau Psikiater itu menatap Matthew lurus-lurus."Aku bisa melihat refleksi penyesalanmu, dan itu bagus. Juliet itu... dia bukan hanya hancur, tapi juga sudah kehilangan inti jati dirinya. Mood-nya yang naik turun adalah disebabkan ledakan hormon kehamilan sekaligus trauma mendalam atas ketidakberdayaan dan siksaan yang setiap hari ia terima sela

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Come And Serve Me   44. The Second Date

    Juliet sedang menunggu di luar ruangan praktek pribadi Dokter Kevin, menunggu Matthew yang berada di dalam sana. Julietlah yang lebih dulu masuk untuk berkonsultasi, bergantian dengan Matthew.Tujuan Dokter Kevin adalah agar dapat mengetahui permasalahan dari setiap sisi, itu sebabnya ia memisahkan kedua pasiennya itu.Suara pintu yang terbuka, membuat Juliet mengalihkan tatapannya ke arah sosok lelaki yang keluar dari sana.Juliet pun berdiri dengan senyuman yang terkembang, ketika melihat bahwa Matthew telah keluar dari ruang konsultasi dan langsung melangkah menghampirinya."Apa sudah selesai?" Tanya Juliet.Matthew mengangguk sembari mengagumi seraut wajah cantik yang semakin bertambah cantik akhir-akhir ini. Kehamilan ini membuat wajah dan kulit Juliet terlihat bersinar alami."Lalu apa yang dikatakan dokter?" Tanya Juliet lagi penasaran."Hm. Dia bilang kamu hebat sekali, sangat kooperatif dan fokus," sahut Matthew sambil meraih jemari lentik Juliet dan mengecupnya sekilas sebel

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15

Bab terbaru

  • Come And Serve Me   87. The Warmth In A Cup

    Sienna terus berlari tanpa memperhatikan apa pun di sekitarnya. Jantungnya berdebar kencang, tidak hanya karena aktivitas fisik yang dilakukannya, tetapi juga karena emosi yang meluap-luap di dalam dirinya. Langkah-langkahnya yang cepat menggema di sepanjang koridor kampus, seolah mengiringi detak jantungnya yang berdegup keras. Ia hanya ingin menjauh sejauh mungkin dari ruang kesehatan itu, sejauh mungkin dari tempat ini, dari segala hal yang membuatnya merasa terpojok. Gadis itu bahkan tidak menyadari bahwa kakinya telanjang, karena buru-buru turun dari ranjang portabel di ruang kesehatan tadi tanpa sempat mengenakan kembali flat shoes-nya. Dinginnya lantai tidak terasa menyakitkan bagi Sienna, mungkin karena pikirannya terlalu kacau untuk memproses rasa apa pun selain keinginan untuk melarikan diri. Orang-orang yang melihat Sienna berlari kencang di lorong kampus jelas dibuat bingung dan terkejut. Gadis itu menjadi pusat perhatian dengan begitu mudahnya, namun ia sama

  • Come And Serve Me   86. The Dark Memories

    "Uh..." Sienna membuka kedua matanya dengan perlahan, merasa kepalanya sangat pusing dan berat. Lalu ia pun mengerjap pelan ketika menyadari bahwa kini dirinya telah berada di tempat asing. 'Eh? Kok aku bisa ada di sini?' Ruangan yang berukuran sedang ini setahu Sienna adalah ruang kesehatan yang merupakan fasilitas dari kampusnya. Saat ini ia sedang berbaring di ranjang portabel dari besi, serta selembar selimut putih yang menutupi tubuhnya.Gadis itu masih merasa disorientasi, seolah ada ruang kosong di dalam benaknya yang memutus ingatan terakhirnya. Sebentar... Bukankah sebelumnya ia sedang berada di kelas? Ya, benar. Ia sedang membalas pesan dari Darren, sambil menunggu dosen pengganti yang datang terlambat, lalu... Lalu.Bagai ada petir yang menyambar, Sienna kembali mengingat kilasan ingatan yang menghujam otaknya. Orang itu. Dosen baru yang mengganti Pak Rudi, adalah orang itu. Apa yang dia lakukan di fakultas hukum? Bukankah... dia guru matematika?Sienna tiba-tiba mer

  • Come And Serve Me   85. The Demon From The Past

    "Uhuk-uhukk!" Darren segera memberikan segelas air kepada Sienna yang batuk-batuk karena tersedak, akibat mengunyah dengan terburu-buru. Sambil menepuk pelan punggung gadis itu dengan satu tangan, tangan satunya lagi ia gunakan untuk memberikan minum langsung ke bibir Sienna. "Thanks, Darren." Sienna berucap setelah batuknya mereda. "Pelan-pelan saja mengunyahnya, Sunshine." Sienna hanya melemparkan tatapan kesal namun tidak berkata apa-apa kepada Darren. Bagaimana ia tidak terburu-buru? Ia hampir terlambat masuk kuliah hari ini, dan semua itu gara-gara Darren yang tak ada habisnya meminta jatah bercinta. Ck. Bahkan sampai sekarang kedua kakinya masih lemas dan agak gemetar karena lelah. Meskipun begitu, ia harus kuliah hari ini. Ia tidak ingin terus membolos, apalagi sudah beberapa hari kemarin ia mangkir kuliah untuk menyelidiki kasus Mathilda. "Kamu kok nggak makan sih?" tanya gadis itu heran karena Darren yang sejak tadi ikut duduk di sampingnya, namun hanya menatapny

  • Come And Serve Me   84. The Black Veil Uncovered

    Sienna membuka matanya perlahan ketika merasakan tubuhnya digerakkan dengan lembut. Darren-lah yang melakukannya. Pria itu sedang memindahkan tubuhnya yang sedang asyik tertidur di atas tubuh Darren, untuk direbahkan di kasur lembut. Entah kenapa, kehangatan yang terpancar dari kulit pria itu bisa membuat Sienna rileks hingga akhirnya ia pun terlelap dengan pulas. Otot keras pria itu bertemu dengan tubuhnya yang lembut terasa seperti paduan yang sempurna dan saling melengkapi. "Darren?" Sienna menatap Darren dengan matanya yang masih sayu karena mengantuk, menyiratkan tanya kenapa dirinya dipindahkan. "Kamu jadi terbangun ya? Maaf, Sunshine." Darren mengusap lembut bibir Sienna dan mengecupnya sekilas. "Tidurlah lagi." "Kamu mau kemana?" Tanya Sienna lagi, ketika melihat Darren yang menyelimutinya lalu beranjak turun dari atas ranjang. "Cuma mau ke dapur untuk membuatkan sarapan," sahut pria bersurai pirang itu dengan manik biru lautnya yang cerah dan berkilau penuh senyum m

  • Come And Serve Me   83. The Sunshine And Her Shadows

    Sienna keluar dari mobil mewah milik Darren, lalu dengan sengaja membanting pintunya dengan wajah yang masih tertekuk."Kenapa kamu masih saja membawaku ke sini? Aku mau pulang!" Sergah gadis itu dengan kaki yang menghentak kesal dan manik bening dari balik lensa kaca mata yang mendelik ke arah Darren.Padahal Sienna sudah berusaha mengubah sikapnya menjadi agak penurut, dengan membiarkan Darren mengajaknya makan siang dan berjalan-jalan di mal. Sienna bahkan membiarkan pria itu menggandeng tangannya dan memeluknya di tempat umum, mempertontonkan kemesraan layaknya sepasang kekasih.Meskipun Sienna masih tetap tidak menganggap Darren adalah kekasihnya, berbanding terbalik dengan Darren yang sudah mengklaim bahwa Sienna adalah gadisnya.Ia mengira dengan mengikuti apa kemauan pria itu, paling tidak Darren akan mengabulkan permintaannya untuk pulang ke apartemennya. Aaah... Sienna benar-benar rindu dengan situasi kamar dan kasurnya yang empuk. Namun yang justru terjadi saat ini adalah

  • Come And Serve Me   82. The Clingy Boyfriend

    "Phobia pada kegelapan?" Virgo mengulang pertanyaan Darren sambil berusaha mengingat-ingat.Benar juga, seingatnya dulu saat nereka masih kecil, Sienna memang tidak suka berada di dalam ruangan yang minim cahaya. Apa sekarang pun masih?"Ya. Sienna sangat ketakutan saat berada di dalam suasana yang gelap. Dia... bahkan berada di taraf yang seperti tidak sadar bahwa sudah menyakiti diri sendiri," sahut Darren dengan wajah yang menyiratkan kecemasan."Kamu sepupunya yang paling dekat kan? Apa Sienna pernah bercerita tentang hal itu?"Virgo menggeleng. "Sienna itu cukup tertutup meskipun dari luar terlihat cuek dan berani," cetusnya. "Kami memang cukup dekat sebagai sepupu, tapi tidak sedekat itu untuk menceritakan hal-hal yang terlalu pribadi."Darren mendesah pelan, kecewa karena tidak mendapatkan jawaban yang ia inginkan. Virgo benar, Sienna itu gadis yang agak tertutup."Bagaimana dengan masa kecilnya?" Tanya Darren lagi, pantang menyerah. "Apa pernah terjadi sesuatu yang traumatis s

  • Come And Serve Me   81. The Investigation

    "Heekkhh... hkk... kkhh..."Suara gumanan pelan namun aneh itu membuat tidur lelap Darren pun seketika menjadi terjaga. Perlahan kelopak matanya terbuka, namun tak berapa lama menjadi menyipit bingung, ketika menyadari bahwa ia tidak menemukan seseorang di samping sisi ranjangnya.Kemana Sienna??"Huukkhh..."Suara aneh itu kembali terdengar lagi.Darren pun bergerak untuk beranjak duduk di atas tempat tidurnya sambil menajamkan pendengarannya. Kegelapan yang menyelimuti di sekelilingnya membuatnya tak dapat melihat apa pun.Pria bersurai pirang itu pun memutuskan untuk menyalakan lampu tidur di atas nakas. Bias cahaya kuning lembut pun serta merta memberikan penerangan, meskipun samar-samar.Manik biru laut lelaki itu pun membelalak lebar karena terkejut, ketika menemukan sosok yang ia cari kini tengah duduk di lantai, dengan punggungnya yang bersandar di dinding."Heehkk... uhkk..."Tatapan gadis itu terlihat kosong seperti boneka tanpa nyawa. Bibirnya terbuka, mengeluarkan suara se

  • Come And Serve Me   80. The Perfect One

    "Aku tidak tahu harus berkata apa kepadamu, Muffin."Juliet hanya bisa meringis mendengar nada dingin yang menguar dari suara maskulin suaminya. Ia sadar bahwa di sini semua kesalahan memang bersumber dari dirinya, namun sungguh, ia tidak pernah menyangka akan menjadi sekacau ini.Ia yang tadinya ingin memberikan kejutan manis untuk suaminya dengan menyelidiki diam-diam tentang Mathilda Wiratama, ternyata malah menyebabkan sahabatnya Sienna dan sepupunya Matthew berada dalam masalah.Hampir saja Sienna diperkosa dan Darren yang nyaris kehilangan nyawa, ketika mereka menjalankan misi yang ia minta!Ya ampun...Wanita bersurai gelap dengan perutnya yang mulai membuncit itu benar-benar menyesal. Tangannya yang sejak tadi menggenggam erat tangan sahabatnya, Sienna, mulai terlihat sedikit gemetar.Saat ini Juliet sedang duduk di atas sofa double seated bersama Sienna, sementara itu Matthew dan Darren masing-masing berada di sofa single."Sienna, Darren... maaf," cicit wanita cantik bersura

  • Come And Serve Me   79. The Startover

    Setelah sarapan, Sienna segera mandi dan berpakaian dengan cepat. Cuaca cerah pagi ini harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin bagi mereka untuk mencari jalan pulang.Setelah hujan sehari semalam, masih tersisa beberapa genangan air di jalanan yang rusak dan becek penuh lumpur.Semoga saja lumpurnya tidak tebal, agar ban mobil mereka tidak terjebak dan malah tidak bisa bergerak.Darren membukakan pintu untuk Sienna, yang dibalas dengan ucapan terima kasih oleh gadis itu.Hanya saja Sienna tidak tahu, bahwa ada seulas senyum simpul penuh arti di wajah tampan lelaki itu."Darren!!" Pekik Sienna sambil mendelik kesal dan mengusap bokongnya yang baru saja mendapatkan cubitan gemas dari Darren.Tawa pelan lelaki itu semakin membuat Sienna kesal, dan gadis itu pun akhirnya masuk ke dalam mobil sambil menghempaskan tubuhnya."Modus!" Cebiknya sembari memutar kedua bola mata. Dasar laki-laki. Dulu saat pertama kali mengenal Darren, Sienna tidak akan pernah menyangka jika lelaki ini sangat mes

DMCA.com Protection Status