Home / Rumah Tangga / Istri Kedua Tuan Presdir / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Istri Kedua Tuan Presdir: Chapter 21 - Chapter 30

62 Chapters

Bab 21 Terlalu Rumit

Dugaan Aderson langsung ke arah sana karena sebelumnya ia sempat melihat Camelina yang agak menekan perutnya dengan wajah yang tampak kesakitan. Melihat usia kandungan Camelina yang masih sangat muda dan pertama kalinya pula Camelina hamil, membuatnya khawatir terjadi sesuatu kepada janin yang di kandung istri keduanya.[Begini, Nak. Demi kebaikan calon cucu Mama. Bagaimana kalau kita carikan perawat pribadi yang bisa menjaga semua asupan gizi untuk janin itu?][Aku setuju sama Mama, tapi apa itu berbahaya bagi keluarga kita? Karena jika berani menghadirkan orang baru di lingkungan rumah kita, orang itu lama kelamaan pasti akan mengetahui apa yang selama ini disembunyikan. Sebaiknya sesekali panggil Dokter Ikhsan saja untuk memastikan kesehatan sekaligus mengatur pola makanannya!]Pada saat yang sama, Firhan mendatangi Aderson dan memberitahu. "Tuan, ada yang datang," ucap Firhan. Sontak, Aderson langsung menoleh ke arah pintu.Berliana terdiam sejenak mencerna perlahan apa yang di
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Bab 22 Mulai Ingin Tahu

Camelina yang merasa bahwa berbicara dengan Sarah tidak ada gunanya dan ini hanya membuang-buang waktunya.“Sarah, selama ini saya tidak ada urusan apapun sama kamu, jadi sebaiknya kamu diam!” tegas Camelina, ia memasang wajah serius.Tentu saja Sarah langsung mendengus kesal, karena posisinya yang jauh lebih penting di rumah itu seperti tidak dihargai. Ia merasa bahwa dirinya seperti direndahkan. “Heh! Semua yang berhubungan denganmu, urusannya denganku juga, karena tanpa ada izin dariku kamu tidak akan bisa menikah dengan suamiku!”“Sudah, Sarah. Kali ini biarkan kamu mundur selangkah. Yang membuat perjanjian itu bukan kamu melainkan aku!” pinta Berliana kepada Sarah.Sarah langsung menoleh dengan ternganga tak percaya. “Sungguh! Bagaimana bisa Ibu metuaku mendadak berkata begitu!” umpat Sarah dalam benaknya, bibirnya mengerucut dan matanya melirik ke arah Berliana.Berliana memejamkan matanya sejenak. “Ya sudah, kamu boleh keluar. Asal jangan lama-lama dan jangan keseringan ju
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Bab 23 Karena Penyamaran

Resepsionis itu terus memperhatikan wajah Camelina yang bersembunyi di balik topi abu tua yang dipakainya. Sejak tadi Camelina juga terus menunduk karena tidak mau jika wajahnya sampai tersekspos ke media.“Maaf, tapi berdasarkan ketentuan yang ada di sini, yang belum ada janji dilarang bertemu Pak Aderson!” ucap resepsionis itu.Camelina terdiam sejenak mendengar jawaban itu. Isi kepalanya bekerja keras bagaimana agar dirinya bisa menemui Aderson.Saat resepsionis itu agak lengah, Camelina mencoba mengendap-endap pergi dari sana untuk menuju tangga mencari keberadaan Aderson. Namun, begitu resepsionis itu menyadarinya, Camelina langsung diberhentikan. “Kamu mau ke mana? Siapa yang mengizinkanmu masuk?!” ujar resepsionis itu menarik bagian belakang baju Camelina.Camelina berbalik dan kemudian berkata, "Kalau begitu izinkan saya bertemu Pak Aderson sebentar saja ...!" pinta Camelina. Ia bersikukuh dengan keinginannya tersebut. Setelah menyempatkan waktunya untuk datang ke tempat
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Bab 24 Bentrok

Seketika Aderson langsung menoleh ke arah Camelina dengan mata membelalak.Reaksi Aderson yang demikian pun membuat Camelina bertanya, "Kenapa, Mas?" "Tidak apa-apa. Kamu aneh!" celetuk Aderson. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain dengan wajah yang tampak tegang. Ekhem! Aderson mendeham."Kamu sudah makan?" tanyanya. Camelina menggelengkan kepala. "Saya tidak berniat untuk makan siang bersama. Kita bicara sebentar!" pinta Camelina. "Sambil makan saja."Aderson memarkirkan mobilnya di salah satu restoran yang ia miliki. "Ayo keluar! Saya sudah lapar. Kalau kamu bawa makan siang, saya gak bakal ajak kamu ke sini!""Kalau gak ikhlas, jangan saja. Saya 'kan datang ke kantor karena ada kepentingan," ungkap Camelina yang terus diam di dalam mobil sekalipun Aderson sudah membukakan pintu mobil untuknya."Cepatan!" sentak Aderson kepada Camelina.Aderson menarik tangan Camelina hingga membuat wanita itu mau tidak mau harus keluar dari mobil. "Tidak perlu menarik tangan saya.""Kamu beba
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 25 Kenapa Dia Baik Padaku?

Sarah menatap kedua mata Camelina dengan tajam dan penuh kebencian. "Lihat saja, nanti aku akan membuatmu tidak tenang!" batin Sarah dengan seringai bibir. Hatinya panas, tetapi ia tetap bermuka dua karena saat itu ada Aderson yang membuatnya harus menjaga image agar tetap dianggap wanita baik.Ia melirik ke arah kursi -- tepat di samping suaminya. "Sayang, kenapa siang ini kamu gak ajak aku makan bersama?" ungkapnya dengan sebuah pertanyaan. Kalimat manis yang membuat Camelina sangat tidak betah berada di sana."Maaf ya, tadi aku lupa memberitahu kamu kalau Camelina datang ke kantor."Camelina yang sudah tidak tahan berada di tempat yang sama sekali tidak diinginkannya itu membuat ia langsung angkat bicara. "Saya menemuimu untuk membicarakan sesuatu. Tapi ... ya sudah, kita bicara nanti saja!" ujar Camelina, geram. Ia melangkah pergi tanpa mempedulikan perutnya yang terasa perih karena belum makan lagi.Sekalipun Aderson menawarkan makanan dan siap membayari semuanya, tetapi ia meras
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 26 Tuduhan Tak Jelas

"Ayo, tunggu apa lagi? Kamu jangan khawatir, aku cuma mau mengantar kamu pulang saja!" ungkapnya.Tio -- Sepupu Aderson itu sampai kini belum tahu mengenai Camelina yang bukan lagi asisten rumah tangga, melainkan sudah menjadi istri sepupunya dan kini mereka keluarga."Baiklah," sahutnya. Camelina memasuki mobil itu karena hari semakin panas dan ia merasakan rasa lapar dan haus yang tak tertahankan lagi."Kamu kenapa bisa ada di sini?" tanya Tio. Ia memperhatikan pakaian Camelina yang sungguh jauh berbeda dibanding sebelumnya. "Ternyata kamu cantik juga, ya," sanjungnya sambil tersenyum. Camelina hanya diam membalas senyum Tio. Sekalipun ia kurang nyaman dengan sepupu Aderson itu, tetapi dirinya berusaha seramah mungkin."Aku ada sedikit urusan.""Lalu, pakaianmu kenapa aneh begitu? Pakai topi hitam juga," celetuk Tio sambil mengemudikan mobilnya.Camelina pun menjawab, "Tidak apa-apa. Terima kasih sudah tersedia mengantar saya pulang," ucapnya.Tio tersenyum lagi. "Saya senang menga
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 27 Bahasan Yang Menyakitkan

"Maafkan saya," ucap Camelina dengan kepala menunduk dan tubuh agak membungkuk sopan. "Maaf-maaf saja kamu! Memangnya cukup dengan kata maaf?! Oh ya, bagaimana bisa kamu menikah dengan anak saya? Sejak kapan kalian menjalin hubungan gelap sampai saya sendiri tidak tahu?!" celetuk Frederick kepada Camelina tanpa empati."Itu ss-saya ...!" ucapnya dengan tergugup kaku.Camelina sendiri bingung bagaimana ia harus menjelaskan semuanya kepada Frederick. Ia tidak bisa mengatakan tentang tuduhan yang ditujukan padanya. Bukan sesuatu yang layak ia ceritakan, sebab mendengarnya saja sudah membuat ia muak. Camelina tidak sanggup lagi jika harus mengingat-ingat kejadian itu."Sudah, Pa. Jangan cecar dia dengan pertanyaan!" Dari arah yang tak terduga, Berliana datang dan langsung melontarkan kalimat singkat itu. Camelina sontak menoleh ke arah Ibu mertuanya dengan perasaan bingung. Antara senang karena merasa terbela, tetapi di sisi lain ia merasakan sesuatu yang aneh di dasar hatinya."Dia m
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 28 Mertua Jahat

"Kenapa aku selalu mendapat perlakuan begini? Kejadian itu sudah lama dan bukan aku juga pelakunya. Tapi kenapa semua orang yang ada di rumah ini menyalahkan dan selalu mencaci apa yang pernah terjadi tanpa mau tahu bagaimana kejadian yang sebenarnya," ucap Camelina pelan. Ia bangkit perlahan dari duduknya menjadikan meja sebagai pegangan untuknya bisa berdiri kembali.Air mata yang sempat menetes itu kemudian ia menyekanya sedikit saja. Ia melangkah pergi menuju kamarnya untuk beristirahat sejenak sebelum akhirnya nanti harus melakukan pekerjaannya lagi.Tahu bahwa tidak ada yang memahami keadaannya selain ia sendiri, Camelina hanya diam seraya menunggu waktu suaminya pulang. Sedangkan Berliana, ia dibuat tertekan oleh Frederick yang tidak setuju dengan pemikirannya yang terlalu dangkal, egois dan tidak memiliki empati sama sekali."Mama melakukan semua ini demi kebaikan kita semua. Camelina yang beruntung karena tidak dipenjara dan kita mendapat untung dengan kehadiran seorang cucu
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 29 Tantangan Kecil

Berliana merapikan rambut Camelina yang sedikit berantakan karena jambakannya tadi. Ia mengelus rambut itu dengan tangannya."Sudah. Sana buka pintunya!" pinta Berliana. Dalam keadaan masih sesegukan, Camelina berjalan perlahan menuju pintu."Eh, tunggu sebentar!" Berliana mencoba menghentikan Camelina yang nyaris memegang gagang pintu.Camelina pun menoleh ke samping. "Kenapa, Ma?" Berliana mendekat ke arah Camelina. "Biar aku saja yang membukanya."Wanita itu pun kemudian berganti posisi. Ia membuka pintu itu perlahan. Setelah dilihat ternyata itu adalah Aderson, Berliana langsung memasang wajah ramah dan bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa."Kamu sudah pulang?" tanya Berliana dengan senyum ramah yang terlontar dari bibirnya.Aderson melihat ke arah Camelina yang berdiri di sana dengan kepala menunduk. Ia merasakan sesuatu yang berbeda pada Camelina, padahal setahunya, tadi Camelina tampak baik-baik saja saat meninggalkan restoran tempat mereka makan."Mama sedang apa di
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 30 Apa Maksudnya?

"Mas, hari ini kamu mau pulang jam berapa? Kemarin 'kan kamu pulang lebih awal," kata Sarah sembari membetulkan dasi yang melingkar di kerah lehernya."Lihat saja nanti. Yuk sarapan!" sahut Aderson sambil berkaca di depan sebuah cermin besar. Lalu, ia melangkah keluar dari kamar itu diikuti Sarah yang berada di belakang.Sementara Sarah hanya mengikuti ke mana Aderson pergi, berbeda dengan Camelina yang tengah menyiapkan bekal makan siang untuk suaminya makan nanti.Meskipun begitu, ia tetap tidak lupa menyiapkan sarapan untuk semua anggota keluarga yang ada di rumah itu. "Camelina, kamu juga makan!" ajak Frederick dengan nada ketus.Aneh. Itulah yang terbesit dalam pikiran Camelina. Ia tersenyum, lalu menyahut lembut. "Iya, saya sedang menyiapkan bekal dulu.""Sudah selesai itu. Kamu jangan banyak alasan, sebaiknya sekarang kamu sarapan!" balas Frederick.Meskipun nada bicara Frederick kasar, tetapi ia tetap menunjukkan perhatian kecilnya kepada sang menantu. "Saya menyusul saja na
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status