Share

Bab 21 Terlalu Rumit

Penulis: Clavita SA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-30 07:17:32

Dugaan Aderson langsung ke arah sana karena sebelumnya ia sempat melihat Camelina yang agak menekan perutnya dengan wajah yang tampak kesakitan.

Melihat usia kandungan Camelina yang masih sangat muda dan pertama kalinya pula Camelina hamil, membuatnya khawatir terjadi sesuatu kepada janin yang di kandung istri keduanya.

[Begini, Nak. Demi kebaikan calon cucu Mama. Bagaimana kalau kita carikan perawat pribadi yang bisa menjaga semua asupan gizi untuk janin itu?]

[Aku setuju sama Mama, tapi apa itu berbahaya bagi keluarga kita? Karena jika berani menghadirkan orang baru di lingkungan rumah kita, orang itu lama kelamaan pasti akan mengetahui apa yang selama ini disembunyikan. Sebaiknya sesekali panggil Dokter Ikhsan saja untuk memastikan kesehatan sekaligus mengatur pola makanannya!]

Pada saat yang sama, Firhan mendatangi Aderson dan memberitahu. "Tuan, ada yang datang," ucap Firhan. Sontak, Aderson langsung menoleh ke arah pintu.

Berliana terdiam sejenak mencerna perlahan apa yang di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 22 Mulai Ingin Tahu

    Camelina yang merasa bahwa berbicara dengan Sarah tidak ada gunanya dan ini hanya membuang-buang waktunya.“Sarah, selama ini saya tidak ada urusan apapun sama kamu, jadi sebaiknya kamu diam!” tegas Camelina, ia memasang wajah serius.Tentu saja Sarah langsung mendengus kesal, karena posisinya yang jauh lebih penting di rumah itu seperti tidak dihargai. Ia merasa bahwa dirinya seperti direndahkan. “Heh! Semua yang berhubungan denganmu, urusannya denganku juga, karena tanpa ada izin dariku kamu tidak akan bisa menikah dengan suamiku!”“Sudah, Sarah. Kali ini biarkan kamu mundur selangkah. Yang membuat perjanjian itu bukan kamu melainkan aku!” pinta Berliana kepada Sarah.Sarah langsung menoleh dengan ternganga tak percaya. “Sungguh! Bagaimana bisa Ibu metuaku mendadak berkata begitu!” umpat Sarah dalam benaknya, bibirnya mengerucut dan matanya melirik ke arah Berliana.Berliana memejamkan matanya sejenak. “Ya sudah, kamu boleh keluar. Asal jangan lama-lama dan jangan keseringan ju

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 23 Karena Penyamaran

    Resepsionis itu terus memperhatikan wajah Camelina yang bersembunyi di balik topi abu tua yang dipakainya. Sejak tadi Camelina juga terus menunduk karena tidak mau jika wajahnya sampai tersekspos ke media.“Maaf, tapi berdasarkan ketentuan yang ada di sini, yang belum ada janji dilarang bertemu Pak Aderson!” ucap resepsionis itu.Camelina terdiam sejenak mendengar jawaban itu. Isi kepalanya bekerja keras bagaimana agar dirinya bisa menemui Aderson.Saat resepsionis itu agak lengah, Camelina mencoba mengendap-endap pergi dari sana untuk menuju tangga mencari keberadaan Aderson. Namun, begitu resepsionis itu menyadarinya, Camelina langsung diberhentikan. “Kamu mau ke mana? Siapa yang mengizinkanmu masuk?!” ujar resepsionis itu menarik bagian belakang baju Camelina.Camelina berbalik dan kemudian berkata, "Kalau begitu izinkan saya bertemu Pak Aderson sebentar saja ...!" pinta Camelina. Ia bersikukuh dengan keinginannya tersebut. Setelah menyempatkan waktunya untuk datang ke tempat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 24 Bentrok

    Seketika Aderson langsung menoleh ke arah Camelina dengan mata membelalak.Reaksi Aderson yang demikian pun membuat Camelina bertanya, "Kenapa, Mas?" "Tidak apa-apa. Kamu aneh!" celetuk Aderson. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain dengan wajah yang tampak tegang. Ekhem! Aderson mendeham."Kamu sudah makan?" tanyanya. Camelina menggelengkan kepala. "Saya tidak berniat untuk makan siang bersama. Kita bicara sebentar!" pinta Camelina. "Sambil makan saja."Aderson memarkirkan mobilnya di salah satu restoran yang ia miliki. "Ayo keluar! Saya sudah lapar. Kalau kamu bawa makan siang, saya gak bakal ajak kamu ke sini!""Kalau gak ikhlas, jangan saja. Saya 'kan datang ke kantor karena ada kepentingan," ungkap Camelina yang terus diam di dalam mobil sekalipun Aderson sudah membukakan pintu mobil untuknya."Cepatan!" sentak Aderson kepada Camelina.Aderson menarik tangan Camelina hingga membuat wanita itu mau tidak mau harus keluar dari mobil. "Tidak perlu menarik tangan saya.""Kamu beba

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 25 Kenapa Dia Baik Padaku?

    Sarah menatap kedua mata Camelina dengan tajam dan penuh kebencian. "Lihat saja, nanti aku akan membuatmu tidak tenang!" batin Sarah dengan seringai bibir. Hatinya panas, tetapi ia tetap bermuka dua karena saat itu ada Aderson yang membuatnya harus menjaga image agar tetap dianggap wanita baik.Ia melirik ke arah kursi -- tepat di samping suaminya. "Sayang, kenapa siang ini kamu gak ajak aku makan bersama?" ungkapnya dengan sebuah pertanyaan. Kalimat manis yang membuat Camelina sangat tidak betah berada di sana."Maaf ya, tadi aku lupa memberitahu kamu kalau Camelina datang ke kantor."Camelina yang sudah tidak tahan berada di tempat yang sama sekali tidak diinginkannya itu membuat ia langsung angkat bicara. "Saya menemuimu untuk membicarakan sesuatu. Tapi ... ya sudah, kita bicara nanti saja!" ujar Camelina, geram. Ia melangkah pergi tanpa mempedulikan perutnya yang terasa perih karena belum makan lagi.Sekalipun Aderson menawarkan makanan dan siap membayari semuanya, tetapi ia meras

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 26 Tuduhan Tak Jelas

    "Ayo, tunggu apa lagi? Kamu jangan khawatir, aku cuma mau mengantar kamu pulang saja!" ungkapnya.Tio -- Sepupu Aderson itu sampai kini belum tahu mengenai Camelina yang bukan lagi asisten rumah tangga, melainkan sudah menjadi istri sepupunya dan kini mereka keluarga."Baiklah," sahutnya. Camelina memasuki mobil itu karena hari semakin panas dan ia merasakan rasa lapar dan haus yang tak tertahankan lagi."Kamu kenapa bisa ada di sini?" tanya Tio. Ia memperhatikan pakaian Camelina yang sungguh jauh berbeda dibanding sebelumnya. "Ternyata kamu cantik juga, ya," sanjungnya sambil tersenyum. Camelina hanya diam membalas senyum Tio. Sekalipun ia kurang nyaman dengan sepupu Aderson itu, tetapi dirinya berusaha seramah mungkin."Aku ada sedikit urusan.""Lalu, pakaianmu kenapa aneh begitu? Pakai topi hitam juga," celetuk Tio sambil mengemudikan mobilnya.Camelina pun menjawab, "Tidak apa-apa. Terima kasih sudah tersedia mengantar saya pulang," ucapnya.Tio tersenyum lagi. "Saya senang menga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 27 Bahasan Yang Menyakitkan

    "Maafkan saya," ucap Camelina dengan kepala menunduk dan tubuh agak membungkuk sopan. "Maaf-maaf saja kamu! Memangnya cukup dengan kata maaf?! Oh ya, bagaimana bisa kamu menikah dengan anak saya? Sejak kapan kalian menjalin hubungan gelap sampai saya sendiri tidak tahu?!" celetuk Frederick kepada Camelina tanpa empati."Itu ss-saya ...!" ucapnya dengan tergugup kaku.Camelina sendiri bingung bagaimana ia harus menjelaskan semuanya kepada Frederick. Ia tidak bisa mengatakan tentang tuduhan yang ditujukan padanya. Bukan sesuatu yang layak ia ceritakan, sebab mendengarnya saja sudah membuat ia muak. Camelina tidak sanggup lagi jika harus mengingat-ingat kejadian itu."Sudah, Pa. Jangan cecar dia dengan pertanyaan!" Dari arah yang tak terduga, Berliana datang dan langsung melontarkan kalimat singkat itu. Camelina sontak menoleh ke arah Ibu mertuanya dengan perasaan bingung. Antara senang karena merasa terbela, tetapi di sisi lain ia merasakan sesuatu yang aneh di dasar hatinya."Dia m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 28 Mertua Jahat

    "Kenapa aku selalu mendapat perlakuan begini? Kejadian itu sudah lama dan bukan aku juga pelakunya. Tapi kenapa semua orang yang ada di rumah ini menyalahkan dan selalu mencaci apa yang pernah terjadi tanpa mau tahu bagaimana kejadian yang sebenarnya," ucap Camelina pelan. Ia bangkit perlahan dari duduknya menjadikan meja sebagai pegangan untuknya bisa berdiri kembali.Air mata yang sempat menetes itu kemudian ia menyekanya sedikit saja. Ia melangkah pergi menuju kamarnya untuk beristirahat sejenak sebelum akhirnya nanti harus melakukan pekerjaannya lagi.Tahu bahwa tidak ada yang memahami keadaannya selain ia sendiri, Camelina hanya diam seraya menunggu waktu suaminya pulang. Sedangkan Berliana, ia dibuat tertekan oleh Frederick yang tidak setuju dengan pemikirannya yang terlalu dangkal, egois dan tidak memiliki empati sama sekali."Mama melakukan semua ini demi kebaikan kita semua. Camelina yang beruntung karena tidak dipenjara dan kita mendapat untung dengan kehadiran seorang cucu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 29 Tantangan Kecil

    Berliana merapikan rambut Camelina yang sedikit berantakan karena jambakannya tadi. Ia mengelus rambut itu dengan tangannya."Sudah. Sana buka pintunya!" pinta Berliana. Dalam keadaan masih sesegukan, Camelina berjalan perlahan menuju pintu."Eh, tunggu sebentar!" Berliana mencoba menghentikan Camelina yang nyaris memegang gagang pintu.Camelina pun menoleh ke samping. "Kenapa, Ma?" Berliana mendekat ke arah Camelina. "Biar aku saja yang membukanya."Wanita itu pun kemudian berganti posisi. Ia membuka pintu itu perlahan. Setelah dilihat ternyata itu adalah Aderson, Berliana langsung memasang wajah ramah dan bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa."Kamu sudah pulang?" tanya Berliana dengan senyum ramah yang terlontar dari bibirnya.Aderson melihat ke arah Camelina yang berdiri di sana dengan kepala menunduk. Ia merasakan sesuatu yang berbeda pada Camelina, padahal setahunya, tadi Camelina tampak baik-baik saja saat meninggalkan restoran tempat mereka makan."Mama sedang apa di

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07

Bab terbaru

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 62 Sedikit Dicurigai

    "Mana mungkin buang air selama ini!" sergah Sarah, tidak setuju dengan pendapat Tio. Camelina fokus makan pesanan sebelumnya yang memang sudah ada di meja makan. Ia tak mendengar segala keresahan Sarah karena dirinya berpikir bahwa itu bukan urusannya. "Kalau dia tahu aku bersama Mas Aderson, dia past akan sangat murka, aku yakin itu," batin Camelina. Ia menghentikan kunyahannya sejenak dan terbuai pada pikirannya selama beberapa detik lamanya.Baru saja Camelina selesai mengatakan demikian dalam hatinya, Aderson kembali ke meja itu. Ia berdiri di depan Sarah sambil berkata, "Makannya sudah selesai, 'kan? Aku antar kamu pulang!" ungkapnya.Tanpa sedikitpun melirik ke arah Camelina, bahkan saat Camelina melirik ke arah suaminya. Aderson pergi begitu saja, Sarah yang melihatnya berjalan lebih dulu, membuat ia bergegas menyusul."Kenapa cepat-cepat pulang?" tanya Sarah. "Aku harus ke kantor. Kalau kamu masih mau disini, berarti kamu pulang sendiri."Aderson tidak pedulikan apapun, ia

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 61 Berpendirian Teguh atau Keras Kepala

    "Kenapa kamu memilih pekerjaan dibanding uang?" Aderson masih tidak paham dengan pola pikir wanita yang ada di hadapannya. Wanita aneh yang sangat sulit didekati dan tak bisa ditebak sama sekali."Kalau tidak mau memberikannya tidak masalah. Tapi ..., saya tidak menyangka kalau hal sesederhana itu saja ternyata tidak mampu diberikan."Kalimat yang terlontar keluar dari mulut Camelina saat itu membuat Aderson merasa tertantang untuk membuktikan bahwa dirinya tidak seperti yang Camelina katakan.Aderson ingin membuktikan bahwa perkataan Camelina sangat keliru. "Kamu sedang hamil. Nanti bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan janin itu? Apa kamu sanggup mempertanggungjawabkan semuanya?" balas Aderson.Camelina terdiam sejenak, lalu setelah itu kembali bicara. "Kehamilan dan pekerjaan tidak bisa disangkut pautkan! Tidak ada hubungannya sama sekali!"Tekad yang kuat membuat Camelina tampak keras kepala di kata Aderson. Tetapi, karena hal itu pula suaminya kewalahan dan tak mampu membuat C

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 60 Walau Beda Tipis, Tapi Berbeda

    "Kamu kenapa, Melina? Apa kamu lapar?" tanya Tio. Ia menepuk bahu Camelina, hingga terbangun dari lamunannya. Sadar bahwa air matanya sempat keluar, ia menyekanya segera. Namun, Tio yang sudah memperhatikan Camelina diam sejak tadi melihat sendiri matanya yang basah dan bekas air mata mengalir. Camelina tidak menyadari keberadaan Tio karena terlalu hanyut dalam pikiran yang terus dihantui oleh kesedihan. "Yuk, kita sarapan dulu!" ajaknya. Camelina memang merasa lapar. Ia tidak menolak. Ketika Tio bangkit dari duduknya, Camelina juga ikut berdiri. "Di bawah ada makanan yang enak. Kita sarapan di sana saja!" "Iya," sahut Camelina dengan lirih. Ia terus menyeka bekas air mata yang sempat terjun ke pipi itu. Tio membantunya menyeka air matanya. Mereka menaiki lift. Di sana pun Camelina hanya diam. Tidak banyak bicara dan sesekali meng'iya'kan tawaran yang dilontarkan Tio kepadanya. Sementara Aderson, ia yang sudah berada di sebuah cafe di bawah. Dirinya duduk menyantap

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 59 Cahaya Yang Seakan Hilang

    [Kamu di mana, Mel? Tadi malam aku ke rumah, tapi tidak ada.] Pertanyaan singkat dalam sebuah pesan yang baru Camelina buka saat itu.Saat hendak mengetik, Aderson melirik ke arah ponsel Camelina. Tetapi, Camelina menjauh dan mengetik tanpa diketahui sang suami mengenai apa yang diketiknya pada pesan tersebut.[Aku sekarang ada di rumah sakit hampera. Hah, kamu ke rumah? Serius?]Pesan itu pun dikirimnya. Baru beberapa detik terkirim, balasan pesan pun datang lagi hingga suara notifikasi pesan kembali terdengar di telinga, baik itu Camelina maupun Aderson -- suaminya.[Iya. Harusnya kamu bilang ke aku kalau kamu lagi di rumah sakit. Sekarang aku kesana, tunggu, ya!]Tio saat itu mengira bahwa Camelina yang sakit, sehingga tidak bertanya yang lainnya lagi. Ia pergi membeli buah-buahan untuk Camelina."Dia sakit apa, ya?" gumam Tio dalam diamnya.Setelah tahu bahwa Tio akan datang ke sana, Camelina memasukkan kembali ponselnya. Ia mencari toilet terdekat karena belum mencuci muka, s

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 58 Jangan Memberikanku Harapan

    "Mas, mau sarapan sama apa, biar aku yang siapkan?" tanya Sarah. Ia coba berbaik hati setelah tadi mengomeli suaminya.Namun, Aderson yang fokus mengancingkan bajunya dan merasa sudah siang, tidak mempedulikan lagi sarapan di rumah."Aku sarapan di luar saja. Sekalian mau ke rumah sakit sebentar. Kamu mau ikut jenguk Mama?" "Ikut, Mas. Aku sudah rapih."Sarah memperhatikan suaminya yang tengah sibuk dengan dirinya sendiri. "Aku memang tidak ada niat memasak juga. Malah, gara-gara wanita itu tidak ada disini, aku juga harus sarapan di luar," batin Sarah dalam diamnya.Setelah siap, Sarah memegang lengan Aderson. Ia berjalan mengikuti suaminya. "Mas, kamu kenapa tidak bilang dari awal kalau Mama dan Papa kena musibah. Oh iya, tadi .... Untuk tadi aku minta maaf karena langsung menginterogasi kamu dengan pertanyaan."Aderson menoleh. "Lain kali tanya dulu sebelum curiga."Sarah kemudian teringat pada Camelina yang belum pulang sampai pagi ini. "Mas, Camelina di rumah sakit juga?""Iya.

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 57 Tidak Bisa Dipercaya

    Malam dingin tak dapat dihentikan. Kali ini, Camelina tidak menolak apapun yang ditawarkan Aderson kepadanya. Seperti jas yang bisa menghangatkan tubuhnya."Aku tidak bisa tidur nyenyak," gumamnya.Camelina membuka matanya setelah beberapa saat mencoba memejamkan matanya agar bisa istirahat dari penatnya kegiatan."Tidurlah nanti di rumah," kata Aderson. "Saya juga akan pulang dahulu."Refleks Camelina menoleh. "Lalu, yang menunggui mereka siapa?" tanya Camelina.Aderson terdiam sejenak. Hari ini adalah hari dimana dirinya akan sangat sibuk. Banyak pekerjaan yang harus ia urus dan ....Pria itu memeriksa ponselnya sejenak. Ia baru ingat bahwa terlalu fokus dengan orang tuanya, hingga melupakan ponselnya yang mungkin saja ada pesan atau telepon yang tak sengaja ia abaikan."Sebentar ...."Aderson membuka pesannya. Ia melihat ada beberapa pesan yang menumpuk dan sekitar lima panggilan yang tak terjawab dari Sarah.Setelah membaca pesan sebentar, ia berdiri dan kemudian bergegas pergi.

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 56 Paksaan Kecil

    Jas itu dikembalikan pada Aderson yang tengah duduk dengan mata terpejam dan kedua tangan terlipat di dada. Ketika Camelina kembali pada posisi duduk sebelumnya, Aderson membuka salah satu matanya perlahan. Bibirnya menyungging. Ia tahu bahwa Camelina yang menaruhnya, karena sebetulnya tidak sungguhan tidur. Ia hanya tidak tahu bagaimana bersikap ketika Camelina bangun, dirinya juga merasa gengsi untuk mengatakan bahwa ia yang menaruh jas miliknya di tubuh Camelina."Kamu belum makan, makanlah!" ujar Aderson seraya menyodorkan plastik yang berisi kotak makanan kepada Camelina. Sontak, Camelina menoleh kebingungan. "Aku pikir dia tidur. Apa tadi dia pura-pura dan tahu kalau aku menaruh jas itu padanya?" batin Camelina dengan mulut sedikit terbuka."Apa ini?" tanya Camelina. Kantong plastik itu berwarna putih, ia tidak tahu apa lagi yang dibawa Aderson dan diberikan padanya. "Tidak perlu repot-repot."Aderson merasa Camelina menolak pemberiannya secara halus. Tetapi, ia tidak menyer

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 55 Diam-diam Perhatian Tapi Terhalang Gengsi

    "Nak, Mama mau bertemu sama Papa kamu," pinta Berliana yang baru tersadar bahwa ia tengah berada di rumah sakit dan sejak kejadian yang terbayang di kepala itu; ia belum melihatnya lagi."Iya, Ma. Papa ada di sebelah Mama," kata Aderson.Sekalian, Aderson juga belum menemui Ayahnya. Ia memilih untuk menemui Ibunya terlebih dahulu.Aderson menoleh ke arah Camelina, Camelina paham betul. Camelina melihat kesana kemari seperti tengah mencari keberadaan sesuatu."Mas, tapi tidak ada kursi roda di sini," ungkap Camelina setelah memastikan keadaan di ruangan itu.Sampai perawat datang ke ruangan itu ....Sontak saja, Aderson pun bertanya kepada perawat yang datang itu. "Boleh saya pinjam kursi rodanya, Sus?" "Untuk saat ini, pasien belum boleh turun dari ranjang. Masih perlu waktu dua minggu sampai keadaannya sedikit membaik.""Baiklah. Terima kasih, Sus."Perawat itu menaruh makanan dengan obat yang harus diminum malam ini di nakas pasien. "Makan dulu, lalu minum obatnya. Nanti yang bole

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 154 Jadilah Baik Walau Pernah Dijahati

    "Kamu mau apa ke sini?" tanya Sarah, kebingungan.Bagaimana tidak bingung, ini sudah malam dan dirinya merasa bahwa keluarga itu tidak ada urusan apapun dengan Tio. Ditambah lagi, biasanya Tio tidak pernah datang larut malam seperti itu. Hanya kali ini saja ia melihatnya."Kalau kamu cari wanita itu, kamu kembali besok lagi saja. Malam ini tidak ada."BRAK!Sarah menutup pintu itu kembali karena merasa tidak ada sesuatu hal yang penting. Akan tetapi, begitu membalikkan badan, Sarah terdiam sejenak. "Benar juga," gumamnya. Ia berbalik kembali ke pintu.Krieett! Pintu itu dibukanya kembali."Oh ya, mau apa?" tanya Sarah. "Besok saja. Tidak jadi."Setelah mendengar pernyataan Sarah sebelumnya, Tio memilih pulang saja karena menurutnya tidak ada gunanya ia membicarakan tujuannya dengan Sarah. Sebab, niatnya adalah ingin bertemu sekaligus membicarakannya dengan Camelina langsung."Tapi .... Camelina pergi ke mana?" tanya Tio, sebelum meninggalkan rumah itu."Tidak tahu. Memangnya aku Mam

DMCA.com Protection Status