All Chapters of Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!: Chapter 151 - Chapter 160

290 Chapters

Paket Tak Bernama

Hati Suri terasa lebih ringan usai melihat kondisi sang tante, yang akhirnya bersedia menjalani pengobatan. Ia meletakkan tasnya di sofa, lalu bergegas menuju kamar mandi. Air hangat menyentuh kulitnya, menghapus penat yang melekat setelah seharian bekerja. Selesai mandi, Suri mengenakan piyama berbahan katun lembut dan berjalan menuju ruang makan. Di atas meja, terdapat semangkuk sup ayam dengan potongan wortel dan kentang, sepiring nasi putih, serta sari buah segar yang disiapkan pelayan. Suri duduk dan mulai menyantap makanan dengan tenangDi tengah suapan makan malamnya, ponselnya yang tergeletak di meja bergetar. Suri mengambilnya dan melihat nama Raysa terpampang di layar. Ia segera menjawab panggilan itu dengan senyum."Halo, Raysa.""Suri, aku mau berbagi sesuatu!" suara Raysa terdengar penuh kebahagiaan di seberang sana.Suri menaruh sendoknya, penasaran dengan kabar yang akan disampaikan sahabatnya itu. "Apa itu? Suaramu terdengar sangat bahagia."Raysa tertawa kecil sebel
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Ini Kesempatan Kita

Aira membuka amplop besar itu dengan rasa penasaran. Begitu matanya menangkap isi di dalamnya, tubuhnya langsung membeku. Deretan foto-foto yang terjatuh ke pangkuannya menampilkan sosok Suri bersama seorang pria yang terlihat mesra. Di dalam foto pertama, Suri dan pria itu tampak sedang makan siang bersama di sebuah kafe. Senyum mereka begitu akrab, seolah tidak ada jarak. Dalam foto lain, pria itu merangkul Suri, memegang tangannya bahkan memeluknya di halaman rumah tanpa rasa malu.Aira merasa napasnya tersendat. “Tidak mungkin… Suri?” bisiknya, nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Tangannya gemetar saat menggenggam foto-foto itu. Selama ini, ia memang tidak menyukai Suri, tetapi ia tidak pernah menyangka sang kakak ipar akan melakukan perselingkuhan. Nyonya Miranda yang sejak tadi memperhatikan cucunya, melangkah perlahan. Ia mendekat sambil mencengkeram tongkatnya dengan erat. Garis wajahnya yang mulai menua memancarkan ketegasan.“Ada apa, Aira?”Aira tersen
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bahaya Mengintai

Di apartemennya, Diva baru saja menggeliat di tempat tidur. Kebiasaannya bangun siang membuatnya enggan beranjak. Akan tetapi, dering ponsel memaksanya untuk meraih perangkat itu dengan malas.Begitu melihat nama di layar, Diva segera menjawab dengan suara lembut.“Halo, Tante Valerie?""Diva, Tante ingin bertanya. Apakah kamu yang mengirimkan foto-foto Suri ke mansion? Kami baru saja menerima sebuah paket tak bernama berisi foto-foto itu."Rasa malas Diva hilang seketika, berganti dengan senyum lebar yang tersungging di wajahnya. "Iya, Tante. Aku menyewa orang untuk memata-matai Suri,” katanya penuh antusiasme. “Apakah Nyonya Miranda sudah melihatnya? Bagaimana reaksinya?”Ada jeda sejenak sebelum Nyonya Valerie menjawab. "Ya, Mama Miranda sudah melihat foto-foto itu. Tangannya gemetar, bahkan dia hampir pingsan.""Bagus! Itu artinya Beliau sangat marah. Lalu, apakah Suri akan dipanggil hari ini dan dipaksa untuk bercerai dari Kak Romeo?” tanya Diva tak sabar.Nyonya Valerie mendesah
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bertahanlah, Sayang

Di dalam minimarket, ponsel Suri bergetar di dalam tasnya. Ia segera mengambilnya dan melihat nama yang tertera di layar—Romeo.Secepatnya, Suri mengangkat panggilan tersebut. “Halo, Sayang, aku belum sampai di rumah.”“Suri, kamu di mana?” Suara Romeo terdengar lembut dan ceria.Suri mengernyit bingung. “Aku… sedang berbelanja di salah satu minimarket di Spring Season. Kenapa, Sayang?”“Aku ada di depan kantormu, tetapi security bilang kamu sudah pulang,” kata Romeo dengan nada sedikit menggoda.Suri terkejut mendengar perkataan Romeo yang terdengar ambigu. “Di depan kantorku? Maksudnya kamu sudah pulang dari luar negeri?”Romeo tertawa kecil. “Iya, Sayang, aku sudah kembali. Ini kejutan yang aku maksud.”Senyum merekah di wajah Suri. Tak pernah terpikir olehnya bahwa suaminya akan pulang lebih cepat dari yang ia bayangkan. Ia pun merasa bahagia sekaligus sedikit bersalah, karena tidak ada di tempat saat Romeo datang mencarinya. “Aku kira kamu baru datang besok pagi. Tahu begini, ak
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Demi Suamiku

Lampu merah yang menyala, tak menjadi penghalang bagi mobil putih dengan tanda palang merah di bagian atapnya untuk terus melaju dengan kecepatan penuh. Di dalamnya, tubuh Romeo terbaring di atas tandu. Selang oksigen sudah terpasang di hidungnya.Seorang paramedis berusaha menekan luka di dada Romeo dengan kain kasa tebal untuk mengurangi pendarahan. Monitor kecil di sebelahnya memperlihatkan detak jantung yang masih berjalan, meskipun melemah.Suri duduk di samping tandu itu, menggenggam tangan Romeo yang mulai terasa dingin. Tangisnya tak kunjung reda, air mata terus mengalir membasahi wajahnya yang pucat. Sungguh, ia tak akan sanggup kehilangan suami, sesudah ia ditinggalkan oleh sang ayah untuk selamanya. “Kenapa … kamu mengorbankan diri demi aku?” tutur Suri dengan air mata yang mengalir deras.Ia meremas jemari Romeo lebih erat, berharap suaminya memberi respons, meskipun hanya sekadar gerakan kecil. Namun, Romeo tetap diam, tak menunjukkan tanda-tanda kesadaran. Andai saja bi
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Didera Rasa Bersalah

Setelah proses pengambilan darah selesai, Suri kembali ke ruang gawat darurat dengan langkah gontai. Tubuhnya terasa lemas, bukan hanya karena kehilangan darah, tetapi juga akibat kelelahan emosional yang menguras energinya.Begitu tiba di depan ruang gawat darurat, Suri melihat perawat membawa kantong darah untuk transfusi. Ia pun bersandar di salah satu kursi di luar ruangan. Pikiran tentang Romeo yang belum juga sadar membuat Suri semakin takut. Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan cairan bening yang sudah mengumpul di pelupuk mata.Sopir Romeo, yang sejak tadi setia menunggu, melihat keadaan Suri dan merasa iba. "Nyonya, Anda belum makan. Saya akan belikan makanan dan minuman sebentar," ucapnya dengan nada penuh perhatian.Suri menggeleng lemah. "Tidak perlu, Pak," jawabnya lirih."Setidaknya minum sesuatu, Nyonya. Anda butuh tenaga untuk menjaga Tuan Romeo," bujuk sang sopir.Suri akhirnya hanya mengangguk pasrah. Ia tahu tubuhnya mulai melemah, tetapi pikirannya terlal
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Kabar Bahagia di Tengah Duka

Suri melangkah cepat menuju lantai tiga, tempat di mana Romeo sedang menjalani operasi. Begitu tiba, ia terkejut saat mendapati Axel masih mengikutinya dari belakang. Napas pria itu sedikit tersengal akibat berjalan terburu-buru."Aku ingin melihat kondisi Romeo, Suri. Mama masih tidur, aku bisa menyempatkan waktu sejenak," ucap Axel dengan nada lembut.Suri menggeleng cepat. "Tidak usah. Kembalilah ke Tante Yasmin.”Tanpa menunggu balasan, Suri melangkah lebih cepat menuju ruang operasi. Pintu ruangan itu tertutup rapat, dengan lampu indikator merah menyala terang, menandakan prosedur operasi masih berlangsung. Di depan ruang operasi, Nyonya Valerie duduk lemas di kursi tunggu. Matanya sembab dan wajahnya penuh kecemasan. Di sampingnya, Aira duduk dalam diam, berusaha memberi dukungan. Sedangkan Yonas tampak berdiri tak jauh dari sana, sibuk menelepon. Suara lelaki itu terdengar tegas dan profesional, mengurus banyak hal sekaligus—menghubungi para manajer perusahaan, menginformasik
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Melindungi Anak Kita

Air mata perlahan menggenang di pelupuk mata Suri. Ia tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Antara bahagia, terharu, dan di sisi lain, kesedihan merayapi hatinya. Saat ia mengetahui kehamilan ini, Romeo justru sedang berjuang antara hidup dan mati.Ingin sekali ia berbagi kebahagiaan ini dengan suaminya, mengatakan bahwa impian mereka untuk menjadi orang tua akhirnya terwujud. Anak yang mereka nantikan telah hadir dalam dirinya. Namun, semuanya kini terasa getir. Betapa ironis, ketika keajaiban itu datang, Romeo justru tidak bisa mendengar kabar ini. Ia terbaring koma, tak sadar, seolah terputus dari dunia ini.Seandainya Romeo tahu, Suri yakin suaminya akan melompat kegirangan. Ia bisa membayangkan betapa Romeo akan mengusap perutnya dengan penuh kasih, berbisik pada bayi mereka, dan memeluknya dengan hangat. Namun, semua itu hanya angan-angan kosong.Dokter yang melihat ekspresi Suri segera menenangkannya. “Untuk saat ini, yang terpenting adalah kesehatan Anda dan janin di dalam kan
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Pilihan ada di Tanganmu

Pagi harinya, setelah memaksakan diri untuk makan sedikit dan meminum vitamin yang diberikan oleh dokter, Suri meminta bantuan seorang perawat untuk mengantarnya ke kamar rawat Romeo. Perawat itu dengan sabar menggandeng Suri, membawanya menaiki lift menuju lantai empat, tempat Romeo dirawat.Setibanya di depan kamar VIP tersebut, Suri menarik napas panjang sebelum mendorong pintu perlahan. Ruangan itu sunyi, hanya terdengar suara lembut dari alat-alat medis yang terus bekerja menjaga kehidupan Romeo. Di atas ranjang rumah sakit, pria yang sangat ia cintai itu terbaring lemah dengan mata terpejam rapat. Selang oksigen menempel di hidungnya, sementara alat monitor detak jantung berdetak stabil di samping ranjang.Hati Suri terasa remuk redam. Romeo, yang selama ini selalu gagah dan penuh semangat, kini tak berdaya di bawah perawatan medis. Ia melangkah mendekat dengan hati-hati, lalu duduk di sisi ranjang. Jemarinya yang dingin menyentuh pipi Romeo yang pucat. Sentuhan itu begitu lem
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Tidak akan Menyerah

Suri menatap tajam ke arah Nyonya Valerie, matanya membara dengan keteguhan. Meski tubuhnya lemah dan tangannya dicekal oleh pria berbadan kekar, pantang baginya untuk tunduk pada ancaman sang ibu mertua.Sekuat tenaga, Suri menahan gemetar yang perlahan menjalari tubuhnya."Aku tidak akan menandatangani surat cerai itu," ujar Suri tegas. "Jika Mama berani melakukan sesuatu, aku akan berteriak. Aku akan memanggil para perawat ke sini!"Nyonya Valerie menyilangkan tangannya di depan dada, ekspresinya tidak berubah sedikit pun. Senyum sinis tersungging di bibirnya. "Silakan saja. Pintu ruangan ini tertutup, dan di luar sana ada bodyguard yang berjaga. Tidak ada seorang pun yang bisa masuk tanpa seizinku. Tidak akan ada yang bisa menolongmu."Suri merasakan hawa dingin menjalar ke tulang belakangnya, seiring dengan rasa takut yang mulai merayap. Ia tahu Nyonya Valerie bukan orang yang bisa dianggap remeh. Wanita itu telah mengambil alih kekuasaan di keluarga Albantara, dan ia memiliki pe
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
29
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status