Beranda / Horor / Bisikan Tengah Malam / Bab 151 - Bab 160

Semua Bab Bisikan Tengah Malam: Bab 151 - Bab 160

175 Bab

151: Julianna Curiga

Atikah tampak terduduk lemas di lantai, dia mulai menangis. Astari mendekatinya, membujuknya untuk tidak larut dengan emosi. Atikah akhirnya lelah, dia tersungkur tak berdaya. Meski masih terisak dan air mata membanjir, dia tidak menjerit lagi. Astari memandangi suaminya yang sibuk menelepon Yusuf, sudah sesore ini nasi belum datang. Roti, biskuit dan minuman sudah nyaris habis. Rasa lapar, belum disembuhkan juga oleh nasi, mana di rumah ini malah banyak orang yang pada sibuk bertarung. "Order makanan aja, Mas! Pasti pada lapar ini," kata Astari."Sudah, tadi order lewat ojek online. Sejak jam 3, waktu Yusuf belum datang-datang juga ...""Lalu?""Tak ada kabar lanjutan juga ojeknya!""Cancel sepihak?""Sudah terkirim laporannya. Nih... aneh nggak?"Astari bangkit memeriksa ponsel suaminya, lalu bergegas ke jendela. Membuka tirai, dan tak melihat apapun kecuali mobil mereka dan motor Zulfan yang mulai diliputi kabut. Ke mana mobil yang tadi dibawa Hendra, apakah sopir dan perawat itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya

152: Lorong di Bawah Ranjang

Prana terpana,"Kamu mau bilang kalau ini kelakuan Dena?"Julianna menggeleng sedih,"Saya tidak yakin itu Dena. Saya melihat ada dua sisi mahluk yang berbeda...""Apa karena kita semua pernah melihat ada dua Dena? Salah satunya Dena palsu dari setan yang menyerupai dia? Satu Dena di tangga, dan satu lagi Dena yang baru datang?""Tak ada setan!" Julianna menggeleng."Saat itu, saya lihat... mahluk yang mirip Dena itu mundur perlahan menuju kamar, ketika ada Dena lain yang muncul di pintu. Tidak mendadak hilang. Saya yakin, dia juga manusia...""Maksud anda...""Saya tidak katakan itu dia. Tapi seseorang yang seperti dia!""Kembar?""Semacam itu!""Dena itu anak semata wayang. Dia pastinya tidak terlahir kembar.""Anda yakin?""Dena pernah mengatakan hal itu.""Kalau suaminya? Maksud saya, mantannya Si Hendra, apa juga mengatakan hal yang sama?""Hendra tak mengatakan apa pun.""Termasuk bercerita, mengapa dulu Dena sering mengunjungi rumah sakit jiwa Karsa Menuri?""Hah?" Prana garuk-gar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

153: Astari Bingung

Hujan semakin deras, sementara tak ada yang bisa mendengar suara jeritan dan tangisan Astari. Dia berusaha kembali ke rumah tua itu, dengan harapan ada yang bisa menolongnya. Wanita itu terus berlari sekuat tenaga, dengan Yusuf yang terus ganas pula mengejarnya. Petir dan kilat terus menyambar, membuat Astari terkejut dan tergelincir jatuh. Tubuhnya lalu berguling-guling di tanah yang penuh air berwarna coklat dan berlumpur, tepat di depan rumah tua itu.Yusuf cepat mendekatinya, dan bersiap untuk menghajarnya dengan balok kayu. Namun tiba-tiba pintu rumah itu terbuka. Aurora, tiba-tiba tampak berdiri sambil merentangkan kedua tangannya sambil berteriak. "Hoom Pim Pah Alaiom..."Astari yang sudah lemas, berusaha keras merayap untuk mendekati Aurora. Anak itu tetap berdiri sambil berteriak sekuatnya."Hoom Pim Pah Alaiom...."Tiba-tiba, hujan yang deras itu berhenti. Seketika. Lalu dari segala arah, tampak bermunculan bocah-bocah perempuan kecil bertelanjang kaki dan memakai selendang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

154: Cerita Fakta dari Triman

Syahreza melangkah bergegas mendekati pria tua yang sedang menyapu itu. Dia telah bertanya kepada beberapa orang, tentang petugas kebersihan yang bernama Triman. "Pak Triman?" Syahreza mengangguk kepada pria itu."Iya, ada apa Pak?"Akhirnya, Syahreza tersenyum lega. Dari rumah sakit, Prana sudah memintanya untuk mencari pria tersebut di RSJ Karsa Menuri. Sejumlah catatan pertanyaan dari Prana, telah dicatatnya, sebelum sahabatnya itu kembali terkulai tak sadarkan diri. Mukanya babak belur dihajar balok kayu oleh Yusuf, karyawannya sendiri. Entah ada dendam pribadi apa diantara keduanya, namun Syahreza bersyukur, ketika polisi telah lebih dahulu mengamankan Yusuf, usai mendapat keterangan dari Astari."Saya Syahreza, tadi diminta Pak Prana untuk datang kemari mencari Pak Triman. Bapak ingat? Seorang pria yang menanyakan tentang Austin?"Triman terdiam sesaat, lalu kemudian tersenyum."Oh, Bapak ganteng yang ngasih saya banyak duit itu ya? Pasti saya ingat. Saya sudah bagikan duit tit
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

155: Misteri Lusiah

"Lanjut Pak?" Triman melirik khawatir.Syahreza tersenyum, sambil meletakkan gelas kopinya, juga menutup buku catatan titipan pertanyaan dari Prana. Mendadak dia merasa ingat semua tentang apa yang telah diucapkan Prana."Bapak bisa ceritakan lagi pada saya, tentang wanita-wanita yang pernah dihamili oleh Austin? Selain Dokter Emilia, sebab dokter itu ternyata kakaknya Zulfan, karyawan Pak Prana juga..."Triman terpana, tiba-tiba dia langsung meletakkan rokoknya di atas asbak."Zulfan itu Si Ufan? Adiknya Dokter Emil, ya?""Saya cuma tahu namanya Zulfan.""Anak itu pernah berantem sama Mas Ostin dulu di rumah sakit ini. Ngamuk karena kakaknya mati bunuh diri gara-gara Si Mas Ostin. Itu saya yang misahin Ufan dan Mas Ostin awalnya, kalau nggak... bisa mati itu Si Ufan. Lha, badannya cilik gitu, kok. Kalah karo Mas Ostin yang Wong Londo!""Sekarang dia sudah dewasa!""Waduh, waktu cepet mabur yo. Salam untuk Ufan yo, Pak. Bilangin, dari Pakde Triman!""Sip, Pak. Dia lagi di Polda sekara
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

156: Lusiah, Arabella dan Austin

Syahreza merapatkan duduknya di sebelah Triman, demi menatap layar ponsel pabrikan Cina itu. Rasanya, dia seperti tiba-tiba ditonjok orang tepat pada bagian jantung. Foto pada ponsel Triman, membuatnya teringat kalimat Prana di rumah sakit. "Julianna curiga, ada dua Dena sebenarnya. Kita bertemu keduanya, di rumah itu..." Triman tersenyum menatap Syahreza, matanya berkedip. "Bagaimana? Ayu-ayu, toh? Mirip sekali mereka. Cuma kalau diperhatikan, ini adiknya memang sedikit jauh lebih cantik. Kata Lusiah, nama adiknya Si Arabella itu artinya memang wanita cantik. Sesuai dengan namanya toh?" Syah menelan ludah yang seakan bercampur beling. Tubuhnya gemetar memandang wajah kedua wanita rupawan itu. Namun Triman tak memperhatikan, malah dengan santai melanjutkan penjelasan. "Kalau Lusiah bilang sih, arti nama dia, Garneta Lucia itu... batu permata yang terang. Makanya, cucu kembar saya itu diberi nama Lucia dan Arabella. Sudah izin saya ke kakak dan adik itu. Biar pada tertular jadi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

157: Garneta

Yusuf mengaku masih pusing, tetapi dia sudah harus melewati proses pemeriksaan polisi. Perban di kepalanya belum dilepas, namun tangannya sudah diborgol, meski dia memohon untuk minta diberi kesempatan beberapa menit agar sedikit bisa menenangkan diri. Polisi memberinya minum, lalu meninggalkannya sendiri di dalam ruangan yang hanya memiliki meja dan dua kursi tersebut. Pintu nampak tertutup, namun dia tahu, jika beberapa anggota polisi berjaga ketat di luarnya."Kenapa aku menjadi seperti ini?" Keluh Yusuf, tapi dia tak sanggup untuk menangis.Ini, jelas bukan seperti keinginannya. Tetapi mencintai Garneta, baginya adalah kenangan terindah. Wanita itu jauh lebih tua darinya. Ditemuinya suatu malam, saat sedang bertugas sendirian menjaga sebuah rumah kosong milik bosnya.Wanita itu berdiri di pintu pagar, rambutnya yang sebahu berkibar ditiup angin, sementara kulitnya nampak nyaris seputih gaunnya. Semula Yusuf mengira dia hantu, tetapi ternyata, kakinya yang telanjang itu nampak lem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya

158: Garneta dan Gardena

"Ya," Garneta menghela nafas. "Dena memang terlihat normal. Tapi sebenarnya dia jauh lebih gila dariku."Yusuf terpana,"Lebih gila?""Dia suka berhalusinasi. Tapi aku sayang padanya. Sebab itu aku rela masuk RSJ, agar dia tidak terus diperkosa Papi tiri kita. Hmm..., tak banyak yang tahu jika itu bukan bapak kandung kami. Ini yang selalu kusesali, andai Papi kandung tidak meninggalkan kami pergi...""Jadi, beliau... papi kalian masih hidup?""Entahlah. Kami terakhir bertemu dengannya itu, waktu masih balita. Tidak ingat lagi. Sebelum Mami minta cerai, karena gatel kepincut dengan pria lain yang malah merusak masa depan anak gadisnya...""Kalian tidak berusaha mencarinya?"Garneta terdiam, dia memejamkan matanya beberapa saat. Sebelum menatap Yusuf."Saat kasus aku membunuh pria bajingan itu, sebenarnya aku sudah minta Mami untuk mencari Papi. Karena Papi itu pengacara. Tapi Mami tidak bersedia. Mami sangat marah ketika aku menghabisi suaminya..."Yusuf membelai wajah Garneta. Betapa c
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya

159: Hati Yang Remuk

Terbayang dalam ingatannya, lelaki itu dulu begitu ganas menjamah tubuhnya di toilet RSJ. Pada malam-malam gulita, dia juga merasakan hubungan yang luar biasa dengan Austin, dan hanya mereka yang tahu. Ungkapan cinta sepanjang waktu, termasuk menuliskan hurup G & A dalam lingkaran lengkung hati pada tiap sudut dinding RSJ.Betapa indahnya masa remaja itu, ketika harus dilaluinya dengan seorang pemuda tampan yang mengajarinya hasrat gairah bercinta. Dia lupa dengan kasusnya, dia tak peduli dengan kesedihannya, karena kehadiran Austin seakan begitu gencar menghapus lara.Lalu, betapa kecewanya dia, ketika Dokter Emilia ternyata juga coba menggoda kekasihnya tercinta, dalam salah satu ruangan pemeriksaan.Dialah yang berteriak marah, dengan memanggil petugas rumah sakit dan dokter saat itu, sehingga kasus itu jadi terbongkar. Tak ada yang bisa mengatakan itu fitnah, karena tubuh mereka ditemukan basah telanjang, lengket padat di ranjang pasien.Dan Garneta pula yang mencekik bayi-bayi Ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

160: Yusuf Dimanfaatkan Garneta

Saat itu, Dena sudah pindah. Dan dia datang ke rumah itu cuma demi menemui kakaknya. Garneta selalu merasa nyaman di rumah itu, dia bisa datang setiap waktu tanpa ada yang tahu. Tapi kelakuannya yang menyimpan buku harian Moksa di peti matinya, jelas tidak beralasan."Apa penting untuk menuliskan inisial cinta kayak ABG begini? Bagaimana jika ada yang tahu? Apa kau tidak sadar jika begitu banyak orang datang ke sini? Ada Mas Prana dan istrinya, serta orang-orangnya yang tertarik dengan hal aneh di ruang bawah tanah sana? Termasuk Julianna yang bule itu?" Kata Dena, ketika tak sengaja membuka lembaran terakhir.Garneta tertawa, saat melihat Dena mengacungkan buku Moksa itu,"Oh, jadi kau baru sadar alasan aku ingin menyimpannya di makam?" "Kau bisa mencoretnya!""Terserah kaulah, tapi mereka tak bakal paham siapa itu Si G!""Jangan meremehkan sesuatu, Garneta. Semua orang tertarik dengan misteri di rumah ini. Sementara aku jungkir balik harus menutupi keberadaanmu.""Aku senang berpura
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status