Beranda / Horor / Bisikan Tengah Malam / 159: Hati Yang Remuk

Share

159: Hati Yang Remuk

Penulis: Cerita Diamond
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-30 15:31:18

Terbayang dalam ingatannya, lelaki itu dulu begitu ganas menjamah tubuhnya di toilet RSJ. Pada malam-malam gulita, dia juga merasakan hubungan yang luar biasa dengan Austin, dan hanya mereka yang tahu. Ungkapan cinta sepanjang waktu, termasuk menuliskan hurup G & A dalam lingkaran lengkung hati pada tiap sudut dinding RSJ.

Betapa indahnya masa remaja itu, ketika harus dilaluinya dengan seorang pemuda tampan yang mengajarinya hasrat gairah bercinta. Dia lupa dengan kasusnya, dia tak peduli dengan kesedihannya, karena kehadiran Austin seakan begitu gencar menghapus lara.

Lalu, betapa kecewanya dia, ketika Dokter Emilia ternyata juga coba menggoda kekasihnya tercinta, dalam salah satu ruangan pemeriksaan.

Dialah yang berteriak marah, dengan memanggil petugas rumah sakit dan dokter saat itu, sehingga kasus itu jadi terbongkar. Tak ada yang bisa mengatakan itu fitnah, karena tubuh mereka ditemukan basah telanjang, lengket padat di ranjang pasien.

Dan Garneta pula yang mencekik bayi-bayi Ti
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bisikan Tengah Malam   160: Yusuf Dimanfaatkan Garneta

    Saat itu, Dena sudah pindah. Dan dia datang ke rumah itu cuma demi menemui kakaknya. Garneta selalu merasa nyaman di rumah itu, dia bisa datang setiap waktu tanpa ada yang tahu. Tapi kelakuannya yang menyimpan buku harian Moksa di peti matinya, jelas tidak beralasan."Apa penting untuk menuliskan inisial cinta kayak ABG begini? Bagaimana jika ada yang tahu? Apa kau tidak sadar jika begitu banyak orang datang ke sini? Ada Mas Prana dan istrinya, serta orang-orangnya yang tertarik dengan hal aneh di ruang bawah tanah sana? Termasuk Julianna yang bule itu?" Kata Dena, ketika tak sengaja membuka lembaran terakhir.Garneta tertawa, saat melihat Dena mengacungkan buku Moksa itu,"Oh, jadi kau baru sadar alasan aku ingin menyimpannya di makam?" "Kau bisa mencoretnya!""Terserah kaulah, tapi mereka tak bakal paham siapa itu Si G!""Jangan meremehkan sesuatu, Garneta. Semua orang tertarik dengan misteri di rumah ini. Sementara aku jungkir balik harus menutupi keberadaanmu.""Aku senang berpura

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Bisikan Tengah Malam   161: Kamuflase

    Sebelumnya, Yusuf sudah lebih dulu menjebak Austin, dengan berpura-pura sebagai Moksa. Saat lelaki itu berlari mengejarnya ke ruang bawah tanah, dia langsung menghantam tengkuknya. Menyembunyikannya di balik drum tua agar tidak dilihat Marce, baru kemudian menyeretnya ke tangga lorong bawah tanah, melalui salah satu lobang yang ternyata selama ini cuma ditutupi drum."Dena terlalu bodoh saat bercerita tentang banyak lorong dan pintu rahasia di rumah ini..." kata Garneta, saat melihat Yusuf menyeret tubuh Austin."Semoga dia tidak mati," sahut Yusuf. "Kita butuh Austin sebagai kambing hitam. Kematiannya harus lebih lambat dari yang lain...""Tidak bakal mati sekarang, tapi nanti... setelah belati yang menusuk semua orang berada di tangannya!" "Apa semua akan berjalan lancar?""Ah," Garneta menepiskan tangannya, "Aku malas bersitegang dengan keraguanmu, Yusuf. Situasi sudah terlanjur begini, mengapa kau masih membuat keraguan?"Yusuf menghela nafas. "Aku cuma khawatir, sayang. Bagaiman

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Bisikan Tengah Malam   162: Kehidupan Zeta di Paris

    "Anda ragu untuk menjawab?"Pertanyaan tajam Lembu Suraji, seakan menghantam jantung Syahreza. Dia jadi sedikit emosi."Selalu saya katakan Pak," Tegas Syahreza. "Saat itu, saya berada pada tempat dan waktu yang salah. Tetapi Prana teman saya, dan istrinya adalah keponakan pemilik rumah itu. Mereka bertemu dengan beberapa orang yang juga baru saya kenal, membicarakan tentang misteri rumah tua yang dianggap terkutuk itu. Saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan, karena saya mengantarkan Zulfan ke Polda, mengurusi kasus Kakaknya yang ditangkap Propam. Ketika saya kembali, itulah yang terjadi, jadi saya langsung telpon polisi..."Lembu Suraji menepuk Syahreza, lalu tersenyum. "Jangan tersinggung, Pak. Polisi cuma berusaha untuk tidak melewatkan hal-hal yang sekecil apa pun...""Lalu kenapa tidak dikejar tentang sosok Garneta? Kami bahkan ditipu olehnya, sebab dia sangat mirip dengan Dena. Atau upayakan mengejar pengakuan Yusuf, bukankah dia telah mencelakai Prana? Pasti dia bersekongko

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Bisikan Tengah Malam   163: Lane dan Leonard

    Zeta mengacungkan jempolnya. Jelas, Butik Sesco bakal menjadi sangat berbeda dengan butik-butik berkelas dari Eropa lainnya. Apalagi jika dibandingkan dengan butik murah yang juga berjejer menyempal di sudut jalan umum lainnya, jelas sangat jauh. Meski untuk klasifikasi ukuran, butik milik Sesco ini masih dalam kategori urutan kelompok pertengahan, belum jangkauan kelas atas.Beranjak ke lantai dua, Zeta betul-betul dibuat makin kagum, hingga berkhayal kelak bisa memiliki rumah dengan desain interior khas Indonesia. Di lantai dua ini, bukan hanya nuansa Bali yang ditonjolkan, tetapi juga ada potongan kain batik, songket, hingga jumputan yang digantung bak lukisan. Beberapa manekin tampak masih menumpuk telanjang, seperti mayat yang siap dikebumikan.Namun Zeta merasa lebih terpukau dengan ruangan private suite lantai atas. Inilah nantinya yang menjadi ruangan intim antara para pelanggan VIP Butik Sesco Paris, dengan Si Sesco langsung. Semua interior seakan diguyur ornamen warna emas,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Bisikan Tengah Malam   164: Partner in Crime

    Leonard membiarkan pundaknya dijadikan pelukan dan sandaran oleh Lane, mereka bergegas mencari resto ketika salju semakin turun dengan tebal."Aku suka desain jas wolmu, begitu elegan. Kau desainer favoritku!"Lane makin merapatkan tubuhnya, sambil berbisik mesra "Cuma kamu yang melihat bakatku, cinta!""Aku menyesal kau harus tinggal sementara di Amerika, sebab jika bertahan di Paris, dia pasti akan tahu tentangmu...""Tak mengapa!""Kau suka apartemen di sana?""Tentu saja!""Bagaimana setelah mencoba kembali tinggal di New York untuk beberapa waktu?""Jangan khawatirkan itu, Leon. Aku baik-baik saja."Mereka tiba di Le Mini Palais dengan kondisi nyaris beku. Namun sajian masakan Perancis dan Eropa, membuat perut mereka menjadi hangat. "Apa kamu membawa foto-foto gaun lama nenekmu?"Lane lalu bangkit, membuka tasnya, dan kemudian menyerahkan amplop coklat pada Leonard. "Betul-betul mirip dengan gaun milik Sesco. Koleksi keluargaku malah tidak semirip itu. Aku sudah cek dengan sepu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Bisikan Tengah Malam   165: Kesalahan Orangtua

    Doza Fahmi tersenyum, sambil memegang satu tas kecil berisi senjata penghancur Sesco. Setidaknya dia bakal bisa hidup tenang, setelah Alya Dildo mendekam di penjara, jika isi tas itu bisa ditukar dengan uang 10 miliar saja.Apa yang dia harapkan dari penyanyi dangdut kontroversial itu? Dia bukan saja dijebloskan ke penjara karena mengancam dan memanfaatkan ketakutan Sangiran, juga bukan karena tertangkap kasus kepemilikan Sabu Sabu awalnya, tetapi juga diseret bersama Iwan Gondek karena ketahuan telah mendirikan pabrik ekstasi di Tangerang. Komplit sudah catatan dosa Alya Dildo, dan tak bakal lagi dia kebal hukum, sebab gadunnya yang menteri itu, juga baru saja ditangkap KPK.Dan Doza Fahmi, tak mau terkubur bersama kroninya itu. Dia sudah cukup ngeri melihat foto tewasnya Hendra di atas kursi roda, yang membuatnya viral lagi. Tak henti-hentinya pria itu menjadi perbincangan publik, bahkan saat setelah mati sekalipun. Cerita Soni dan Nena, sopir dan perawat yang dipekerjakan Alya Dild

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Bisikan Tengah Malam   166: Barter Nasib

    Dena telah sadar, meski tubuhnya masih terbaring di ranjang. Dia bersyukur saat Nunung membawa Axio, meski wanita itu bingung saat ditanya tentang Aurora."Memang Aurora masih dirawat?"Nunung mengangguk kaku, berusaha untuk tidak menangis. Beberapa jam sebelumnya, dia sudah mengunjungi kamar mayat rumah sakit. Jeritannya saat itu tidak tertahankan lagi. Mayat itu, jelas Aurora. Tapi, mana mungkin dia mengungkapkan hal tragis itu pada Dena yang kondisinya masih selemah itu?"Jaga anak-anak dari Kakak saya, Nung...""Kakak ibu yang mana?""Garneta!""Di mana dia?"Dena memejamkan matanya beberapa detik, sebelum membukanya perlahan. Sedih mengenang saudaranya yang satu itu. Andai ibunya tidak kepincut Deko keparat, mungkin mereka bisa hidup bahagia bersama Papi kandung mereka. Meski beliau bukan pengacara hebat dan sukses, tapi setidaknya mereka bisa hidup bersama.Tapi Mami mereka malah memilih Deko, anak bekas gubernur yang manja dan cuma gemar hidup berfoya-foya. Mami terlalu bermimp

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Bisikan Tengah Malam   167: Kesaksian Ojol

    Lembu Suraji memandangi tumpukan kertas di meja kerjanya. Hari ini, sudah 3 saksi dipanggil ke Polsek. Soni dan Nena, sopir dan perawat yang dipekerjakan Alya Dildo untuk mengurus Hendra. Juga seorang driver ojek online yang sempat mengantar order makanan ke Kawasan Hitam."Tak ada yang aneh saat itu, kami malah mengira mereka sedang reuni," kata Soni, si sopir."Hendra yang minta diantar ke tempat itu?" Tanya Lembu."Betul, pak. Kami cuma diperintah.""Tujuannya?""Katanya sih, mau bertemu mantan istri dan anak-anaknya.""Lalu mengapa kalian kabur meninggalkan Hendra?""Disuruh pulang oleh Bu Alya Dildo, karena kami melapor kalau kami dimarahi bekas istri Pak Hendra.""Dena? Tapi Bu Dena saat itu di rumah sakit.""Kami tahunya Pak, wanita yang memarahi kami itu adalah mantan istrinya Pak Hendra. Pak Hendra waktu itu lagi berantem dengan mertua perempuannya. Pokoknya rame saat itu. Takut juga kita.""Apa yang mereka ributkan?""Entah, Pak. Saya kurang paham. Mereka seperti kurang wara

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01

Bab terbaru

  • Bisikan Tengah Malam   173: Gaun Tua

    Prana sudah bisa membuka mata, namun dia tampak lemah dan enggan bicara. Terbaring lemah di ranjang bersprei putih, membuatnya malah seperti pasien yang sedang menunggu mati. Astari ada di sampingnya, tapi seakan tidak membuatnya bersemangat untuk sekedar tersenyum. "Semuanya sudah diketemukan menjadi mayat, kecuali Austin. Jadi sejauh ini, tersangkanya mengarah pada dia. Apalagi polisi mendapat laporan dari Pak RT wilayah rumah Pak Samiran, katanya lagi heboh ada hantu pria bule di rumah almarhum. Diperkirakan itu Austin. Cuma ketika diperiksa, rumah itu kosong... " kata Syahreza, sambil memandangi Prana.Perlahan, Prana menoleh. Dia mencoba menghela nafasnya, namun yang terdengar seperti sesuatu yang berat tercekik. "Mengerikan, semuanya mati. Jadi..apakah Austin bekerja sama dengan Garneta dan Yusuf?" Tanya Astari.Syahreza mengangkat bahu,"Kita belum tahu ujung tragedi ini. Yusuf mengatakan dia bekerja sama dengan Garneta untuk membunuh, tapi nyatanya Garneta juga mati. Jadi si

  • Bisikan Tengah Malam   172: Terjebak

    Doza Fahmi sepakat bertemu dengan bule itu, di Hotel Forma de Myorne. Tempat itu dipilih Doza, karena merupakan hotel baru yang berbintang lima. Sekalian ingin jajal pelayanan, juga sekaligus mengetes kemampuan finansial seseorang yang nekat ingin menemuinya."Anda sangat berani, tapi jangan coba-coba bawa polisi. Saat saya menuju penjara, maka seluruh dunia langsung bisa mengakses aib Sesco dengan sekali klik! Ingat, saya tak mungkin bekerja sendiri untuk bisnis 10 miliar..." ancam Doza, sebelum pria itu datang.Dan Leonard memang berani datang sendirian. Dadanya yang bidang tampak terlihat jelas dari kemeja ketat berwarna biru, membuat Doza mulai berpikiran lain. Mendadak gairahnya membanjir, dari memikirkan besaran nominal uang, sampai mengkhayalkan hal kotor bersama pria tampan tersebut."Mengapa anda sampai terpikir untuk memeras seorang Sesco?" Tanya Leonard, sambil duduk di kursi dengan tenang."Jangan anda, panggil saja Ocha," sahut Doza Fahmi genit.Leonard tersenyum,"Baik, O

  • Bisikan Tengah Malam   171: Julianna Selalu Bersama Minna?

    Syahreza lalu perlahan mengangguk, dan itulah yang membuat mereka melangkah menjauh mencari rimbunan pohon untuk berteduh, sambil duduk di atas tanah yang sudah mengering. Hujan sempat deras, tapi Kawasan Hitam ini malah mirip padang gurun tandus. Jejak hujan seperti tak bersisa. Lalu, bagaimana dengan jejak kejahatan?Zeta menghapus sudut matanya dengan tisu, seakan tak kuasa untuk melanjutkan cerita Syahreza yang detil sejak awal. Inilah yang paling ditakutkannya: kehilangan. Melihat begitu mayat yang terus ditemukan, Zeta mulai bersiap mental jika kelak akan betul-betul melihat mayat adiknya. Jiwanya seakan hancur. Serasa tak ada tempat untuk berlindung. Suaminya tidak mengomentari pesannya tentang Julianna, dia sedang berlibur dengan selingkuhannya di benua tropis, meninggalkan musim salju yang beku atas catatan cinta mereka yang makin kelabu. Kedua anaknya juga cuma mengucapkan kalimat basa-basi. Sedikitpun tidak terdengar nada yang bersifat kesedihan dan kekhawatiran. "Jadi ya

  • Bisikan Tengah Malam   170: Sumur Maut

    Dua jasad yang diangkat dari dalam sumur itu sudah menimbulkan bau. Tak sedikit petugas polisi yang dibantu petugas SAR, terlihat terhuyung mual. Meski masker tebal telah menutup separuh wajah, tetapi tetap saja tak mampu menyingkirkan bau daging busuk. "Ini mirip pengangkatan para jenderal korban PKI di Lubang Buaya!" Kata Lembu Suraji, tak sanggup menahan amarah, saat keluar dari rumah itu.Syahreza yang muncul belakangan, hanya bisa berjalan mundur sambil menutup hidung. Dia coba untuk bertahan, tetapi yang terjadi, justru betul-betul muntah. "Jangan masuk, Pak! Petugas saja tidak tahan," kata Lembu Suraji.Syahreza hanya bisa tersungkur dengan isi perut hampir keluar semua. Lemas sudah. Bau sisa darah busuk dari tetesan jejak mayat-mayat sebelumnya saja sudah membuat mual, apalagi dengan bau mayat yang lama terendam di dalam air?Ketika kantong-kantong mayat tersebut dibawa para petugas keluar rumah, Syahreza sudah nyaris berlari, khawatir muntah lagi. Namun Lembu memintanya unt

  • Bisikan Tengah Malam   169: Para Korban Dimakamkan

    Tak disangka Zeta, dia akhirnya bisa kembali ke Indonesia bersama Leonard. Si Bos, tiba-tiba juga harus kembali ke indo karena dipaksa Sesco. Zeta melangkah mengikuti Leonard, memasuki Butik Sesco, Jakarta. Mereka disambut Wawan dan Eriska saja, sementara yang lain sedang pergi ke pemakaman anak bekas pegawai Sesco."Anak bekas pegawai meninggal, satu butik nyaris kosong. Sungguh mulia sekali," kata Zeta, sambil duduk di sofa dan meneguk teh melati."Begitulah Sesco, dia sangat peduli. Hal itu dia tularkan kepada seluruh karyawannya," sahut Leonard."Luar biasa!"Leon menatap Zeta,"Kapan mau mengunjungi bekas rumahmu itu?"Zeta menggigit bibirnya,"Saya akan mengunjungi hotel tempat Julianna menginap, lalu lanjut ke rumah itu.""Kau tahu di mana dia menginap?Zeta menggeleng,"Dia cuma bilang, hotel dekat Kawasan Hitam!"Leonard tiba-tiba memanggil Wawan,"Ada berapa hotel di dekat Kawasan Hitam, Wan?""Ada beberapa mister," jawab Wawan cepat. "Cuma kebanyakan kelas melati. Hotel berbin

  • Bisikan Tengah Malam   168: Karel Bertemu Dena

    Sebenarnya, Karel cuma menemani Abdul untuk menengok kondisi Dena. Usai mencium Inoy yang masih terbaring koma di rumah sakit, Abdul segera minta bantuan Karel untuk menemui Dena. "Saya sangat bangga dengan perjuangan Inoy menyelamatkan keluarga, Pak Karel. Saya selama ini mungkin menganggap istri saya rendah, tidak tahu apa-apa, cuma ibu rumah tangga biasa. Saya lupa dia pernah kuliah, pernah bekerja....cuma demi mengurus anak, dia ikhlas melepas segalanya. Tapi saya baru tahu, jika dia punya keahlian seperti detektif," ungkap Abdul, panjang lebar.Karel mengangguk,"Ya, luar biasa hal yang dilakukannya, meski membahayakan jiwa. Setidaknya kasus-kasus Sangiran terbongkar semua. Dari soal Centini, pembebasan Alya Dildo, sampai upaya tukar guling kasus anda dan Hendra. Bukan itu saja, dia mengirimkan juga video percakapannya dengan pengacara Petrus, yang membuat kita bisa melaporkan pengacara mata duitan itu!""Sekali tepuk, banyak nyamuk mati. Itu yang dilakukan Inoy. Tapi dia jadi ko

  • Bisikan Tengah Malam   167: Kesaksian Ojol

    Lembu Suraji memandangi tumpukan kertas di meja kerjanya. Hari ini, sudah 3 saksi dipanggil ke Polsek. Soni dan Nena, sopir dan perawat yang dipekerjakan Alya Dildo untuk mengurus Hendra. Juga seorang driver ojek online yang sempat mengantar order makanan ke Kawasan Hitam."Tak ada yang aneh saat itu, kami malah mengira mereka sedang reuni," kata Soni, si sopir."Hendra yang minta diantar ke tempat itu?" Tanya Lembu."Betul, pak. Kami cuma diperintah.""Tujuannya?""Katanya sih, mau bertemu mantan istri dan anak-anaknya.""Lalu mengapa kalian kabur meninggalkan Hendra?""Disuruh pulang oleh Bu Alya Dildo, karena kami melapor kalau kami dimarahi bekas istri Pak Hendra.""Dena? Tapi Bu Dena saat itu di rumah sakit.""Kami tahunya Pak, wanita yang memarahi kami itu adalah mantan istrinya Pak Hendra. Pak Hendra waktu itu lagi berantem dengan mertua perempuannya. Pokoknya rame saat itu. Takut juga kita.""Apa yang mereka ributkan?""Entah, Pak. Saya kurang paham. Mereka seperti kurang wara

  • Bisikan Tengah Malam   166: Barter Nasib

    Dena telah sadar, meski tubuhnya masih terbaring di ranjang. Dia bersyukur saat Nunung membawa Axio, meski wanita itu bingung saat ditanya tentang Aurora."Memang Aurora masih dirawat?"Nunung mengangguk kaku, berusaha untuk tidak menangis. Beberapa jam sebelumnya, dia sudah mengunjungi kamar mayat rumah sakit. Jeritannya saat itu tidak tertahankan lagi. Mayat itu, jelas Aurora. Tapi, mana mungkin dia mengungkapkan hal tragis itu pada Dena yang kondisinya masih selemah itu?"Jaga anak-anak dari Kakak saya, Nung...""Kakak ibu yang mana?""Garneta!""Di mana dia?"Dena memejamkan matanya beberapa detik, sebelum membukanya perlahan. Sedih mengenang saudaranya yang satu itu. Andai ibunya tidak kepincut Deko keparat, mungkin mereka bisa hidup bahagia bersama Papi kandung mereka. Meski beliau bukan pengacara hebat dan sukses, tapi setidaknya mereka bisa hidup bersama.Tapi Mami mereka malah memilih Deko, anak bekas gubernur yang manja dan cuma gemar hidup berfoya-foya. Mami terlalu bermimp

  • Bisikan Tengah Malam   165: Kesalahan Orangtua

    Doza Fahmi tersenyum, sambil memegang satu tas kecil berisi senjata penghancur Sesco. Setidaknya dia bakal bisa hidup tenang, setelah Alya Dildo mendekam di penjara, jika isi tas itu bisa ditukar dengan uang 10 miliar saja.Apa yang dia harapkan dari penyanyi dangdut kontroversial itu? Dia bukan saja dijebloskan ke penjara karena mengancam dan memanfaatkan ketakutan Sangiran, juga bukan karena tertangkap kasus kepemilikan Sabu Sabu awalnya, tetapi juga diseret bersama Iwan Gondek karena ketahuan telah mendirikan pabrik ekstasi di Tangerang. Komplit sudah catatan dosa Alya Dildo, dan tak bakal lagi dia kebal hukum, sebab gadunnya yang menteri itu, juga baru saja ditangkap KPK.Dan Doza Fahmi, tak mau terkubur bersama kroninya itu. Dia sudah cukup ngeri melihat foto tewasnya Hendra di atas kursi roda, yang membuatnya viral lagi. Tak henti-hentinya pria itu menjadi perbincangan publik, bahkan saat setelah mati sekalipun. Cerita Soni dan Nena, sopir dan perawat yang dipekerjakan Alya Dild

DMCA.com Protection Status