Home / Horor / Bisikan Tengah Malam / 162: Kehidupan Zeta di Paris

Share

162: Kehidupan Zeta di Paris

last update Last Updated: 2024-12-31 11:14:08

"Anda ragu untuk menjawab?"

Pertanyaan tajam Lembu Suraji, seakan menghantam jantung Syahreza. Dia jadi sedikit emosi.

"Selalu saya katakan Pak," Tegas Syahreza. "Saat itu, saya berada pada tempat dan waktu yang salah. Tetapi Prana teman saya, dan istrinya adalah keponakan pemilik rumah itu. Mereka bertemu dengan beberapa orang yang juga baru saya kenal, membicarakan tentang misteri rumah tua yang dianggap terkutuk itu. Saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan, karena saya mengantarkan Zulfan ke Polda, mengurusi kasus Kakaknya yang ditangkap Propam. Ketika saya kembali, itulah yang terjadi, jadi saya langsung telpon polisi..."

Lembu Suraji menepuk Syahreza, lalu tersenyum. "Jangan tersinggung, Pak. Polisi cuma berusaha untuk tidak melewatkan hal-hal yang sekecil apa pun..."

"Lalu kenapa tidak dikejar tentang sosok Garneta? Kami bahkan ditipu olehnya, sebab dia sangat mirip dengan Dena. Atau upayakan mengejar pengakuan Yusuf, bukankah dia telah mencelakai Prana? Pasti dia bersekongko
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bisikan Tengah Malam   163: Lane dan Leonard

    Zeta mengacungkan jempolnya. Jelas, Butik Sesco bakal menjadi sangat berbeda dengan butik-butik berkelas dari Eropa lainnya. Apalagi jika dibandingkan dengan butik murah yang juga berjejer menyempal di sudut jalan umum lainnya, jelas sangat jauh. Meski untuk klasifikasi ukuran, butik milik Sesco ini masih dalam kategori urutan kelompok pertengahan, belum jangkauan kelas atas.Beranjak ke lantai dua, Zeta betul-betul dibuat makin kagum, hingga berkhayal kelak bisa memiliki rumah dengan desain interior khas Indonesia. Di lantai dua ini, bukan hanya nuansa Bali yang ditonjolkan, tetapi juga ada potongan kain batik, songket, hingga jumputan yang digantung bak lukisan. Beberapa manekin tampak masih menumpuk telanjang, seperti mayat yang siap dikebumikan.Namun Zeta merasa lebih terpukau dengan ruangan private suite lantai atas. Inilah nantinya yang menjadi ruangan intim antara para pelanggan VIP Butik Sesco Paris, dengan Si Sesco langsung. Semua interior seakan diguyur ornamen warna emas,

    Last Updated : 2024-12-31
  • Bisikan Tengah Malam   164: Partner in Crime

    Leonard membiarkan pundaknya dijadikan pelukan dan sandaran oleh Lane, mereka bergegas mencari resto ketika salju semakin turun dengan tebal."Aku suka desain jas wolmu, begitu elegan. Kau desainer favoritku!"Lane makin merapatkan tubuhnya, sambil berbisik mesra "Cuma kamu yang melihat bakatku, cinta!""Aku menyesal kau harus tinggal sementara di Amerika, sebab jika bertahan di Paris, dia pasti akan tahu tentangmu...""Tak mengapa!""Kau suka apartemen di sana?""Tentu saja!""Bagaimana setelah mencoba kembali tinggal di New York untuk beberapa waktu?""Jangan khawatirkan itu, Leon. Aku baik-baik saja."Mereka tiba di Le Mini Palais dengan kondisi nyaris beku. Namun sajian masakan Perancis dan Eropa, membuat perut mereka menjadi hangat. "Apa kamu membawa foto-foto gaun lama nenekmu?"Lane lalu bangkit, membuka tasnya, dan kemudian menyerahkan amplop coklat pada Leonard. "Betul-betul mirip dengan gaun milik Sesco. Koleksi keluargaku malah tidak semirip itu. Aku sudah cek dengan sepu

    Last Updated : 2024-12-31
  • Bisikan Tengah Malam   165: Kesalahan Orangtua

    Doza Fahmi tersenyum, sambil memegang satu tas kecil berisi senjata penghancur Sesco. Setidaknya dia bakal bisa hidup tenang, setelah Alya Dildo mendekam di penjara, jika isi tas itu bisa ditukar dengan uang 10 miliar saja.Apa yang dia harapkan dari penyanyi dangdut kontroversial itu? Dia bukan saja dijebloskan ke penjara karena mengancam dan memanfaatkan ketakutan Sangiran, juga bukan karena tertangkap kasus kepemilikan Sabu Sabu awalnya, tetapi juga diseret bersama Iwan Gondek karena ketahuan telah mendirikan pabrik ekstasi di Tangerang. Komplit sudah catatan dosa Alya Dildo, dan tak bakal lagi dia kebal hukum, sebab gadunnya yang menteri itu, juga baru saja ditangkap KPK.Dan Doza Fahmi, tak mau terkubur bersama kroninya itu. Dia sudah cukup ngeri melihat foto tewasnya Hendra di atas kursi roda, yang membuatnya viral lagi. Tak henti-hentinya pria itu menjadi perbincangan publik, bahkan saat setelah mati sekalipun. Cerita Soni dan Nena, sopir dan perawat yang dipekerjakan Alya Dild

    Last Updated : 2025-01-01
  • Bisikan Tengah Malam   166: Barter Nasib

    Dena telah sadar, meski tubuhnya masih terbaring di ranjang. Dia bersyukur saat Nunung membawa Axio, meski wanita itu bingung saat ditanya tentang Aurora."Memang Aurora masih dirawat?"Nunung mengangguk kaku, berusaha untuk tidak menangis. Beberapa jam sebelumnya, dia sudah mengunjungi kamar mayat rumah sakit. Jeritannya saat itu tidak tertahankan lagi. Mayat itu, jelas Aurora. Tapi, mana mungkin dia mengungkapkan hal tragis itu pada Dena yang kondisinya masih selemah itu?"Jaga anak-anak dari Kakak saya, Nung...""Kakak ibu yang mana?""Garneta!""Di mana dia?"Dena memejamkan matanya beberapa detik, sebelum membukanya perlahan. Sedih mengenang saudaranya yang satu itu. Andai ibunya tidak kepincut Deko keparat, mungkin mereka bisa hidup bahagia bersama Papi kandung mereka. Meski beliau bukan pengacara hebat dan sukses, tapi setidaknya mereka bisa hidup bersama.Tapi Mami mereka malah memilih Deko, anak bekas gubernur yang manja dan cuma gemar hidup berfoya-foya. Mami terlalu bermimp

    Last Updated : 2025-01-01
  • Bisikan Tengah Malam   167: Kesaksian Ojol

    Lembu Suraji memandangi tumpukan kertas di meja kerjanya. Hari ini, sudah 3 saksi dipanggil ke Polsek. Soni dan Nena, sopir dan perawat yang dipekerjakan Alya Dildo untuk mengurus Hendra. Juga seorang driver ojek online yang sempat mengantar order makanan ke Kawasan Hitam."Tak ada yang aneh saat itu, kami malah mengira mereka sedang reuni," kata Soni, si sopir."Hendra yang minta diantar ke tempat itu?" Tanya Lembu."Betul, pak. Kami cuma diperintah.""Tujuannya?""Katanya sih, mau bertemu mantan istri dan anak-anaknya.""Lalu mengapa kalian kabur meninggalkan Hendra?""Disuruh pulang oleh Bu Alya Dildo, karena kami melapor kalau kami dimarahi bekas istri Pak Hendra.""Dena? Tapi Bu Dena saat itu di rumah sakit.""Kami tahunya Pak, wanita yang memarahi kami itu adalah mantan istrinya Pak Hendra. Pak Hendra waktu itu lagi berantem dengan mertua perempuannya. Pokoknya rame saat itu. Takut juga kita.""Apa yang mereka ributkan?""Entah, Pak. Saya kurang paham. Mereka seperti kurang wara

    Last Updated : 2025-01-01
  • Bisikan Tengah Malam   168: Karel Bertemu Dena

    Sebenarnya, Karel cuma menemani Abdul untuk menengok kondisi Dena. Usai mencium Inoy yang masih terbaring koma di rumah sakit, Abdul segera minta bantuan Karel untuk menemui Dena. "Saya sangat bangga dengan perjuangan Inoy menyelamatkan keluarga, Pak Karel. Saya selama ini mungkin menganggap istri saya rendah, tidak tahu apa-apa, cuma ibu rumah tangga biasa. Saya lupa dia pernah kuliah, pernah bekerja....cuma demi mengurus anak, dia ikhlas melepas segalanya. Tapi saya baru tahu, jika dia punya keahlian seperti detektif," ungkap Abdul, panjang lebar.Karel mengangguk,"Ya, luar biasa hal yang dilakukannya, meski membahayakan jiwa. Setidaknya kasus-kasus Sangiran terbongkar semua. Dari soal Centini, pembebasan Alya Dildo, sampai upaya tukar guling kasus anda dan Hendra. Bukan itu saja, dia mengirimkan juga video percakapannya dengan pengacara Petrus, yang membuat kita bisa melaporkan pengacara mata duitan itu!""Sekali tepuk, banyak nyamuk mati. Itu yang dilakukan Inoy. Tapi dia jadi ko

    Last Updated : 2025-01-02
  • Bisikan Tengah Malam   169: Para Korban Dimakamkan

    Tak disangka Zeta, dia akhirnya bisa kembali ke Indonesia bersama Leonard. Si Bos, tiba-tiba juga harus kembali ke indo karena dipaksa Sesco. Zeta melangkah mengikuti Leonard, memasuki Butik Sesco, Jakarta. Mereka disambut Wawan dan Eriska saja, sementara yang lain sedang pergi ke pemakaman anak bekas pegawai Sesco."Anak bekas pegawai meninggal, satu butik nyaris kosong. Sungguh mulia sekali," kata Zeta, sambil duduk di sofa dan meneguk teh melati."Begitulah Sesco, dia sangat peduli. Hal itu dia tularkan kepada seluruh karyawannya," sahut Leonard."Luar biasa!"Leon menatap Zeta,"Kapan mau mengunjungi bekas rumahmu itu?"Zeta menggigit bibirnya,"Saya akan mengunjungi hotel tempat Julianna menginap, lalu lanjut ke rumah itu.""Kau tahu di mana dia menginap?Zeta menggeleng,"Dia cuma bilang, hotel dekat Kawasan Hitam!"Leonard tiba-tiba memanggil Wawan,"Ada berapa hotel di dekat Kawasan Hitam, Wan?""Ada beberapa mister," jawab Wawan cepat. "Cuma kebanyakan kelas melati. Hotel berbin

    Last Updated : 2025-01-02
  • Bisikan Tengah Malam   170: Sumur Maut

    Dua jasad yang diangkat dari dalam sumur itu sudah menimbulkan bau. Tak sedikit petugas polisi yang dibantu petugas SAR, terlihat terhuyung mual. Meski masker tebal telah menutup separuh wajah, tetapi tetap saja tak mampu menyingkirkan bau daging busuk. "Ini mirip pengangkatan para jenderal korban PKI di Lubang Buaya!" Kata Lembu Suraji, tak sanggup menahan amarah, saat keluar dari rumah itu.Syahreza yang muncul belakangan, hanya bisa berjalan mundur sambil menutup hidung. Dia coba untuk bertahan, tetapi yang terjadi, justru betul-betul muntah. "Jangan masuk, Pak! Petugas saja tidak tahan," kata Lembu Suraji.Syahreza hanya bisa tersungkur dengan isi perut hampir keluar semua. Lemas sudah. Bau sisa darah busuk dari tetesan jejak mayat-mayat sebelumnya saja sudah membuat mual, apalagi dengan bau mayat yang lama terendam di dalam air?Ketika kantong-kantong mayat tersebut dibawa para petugas keluar rumah, Syahreza sudah nyaris berlari, khawatir muntah lagi. Namun Lembu memintanya unt

    Last Updated : 2025-01-02

Latest chapter

  • Bisikan Tengah Malam   179: Hoom Pim Pah Alaiom

    Astari, melihat mobil Syahreza yang ke luar dari pintu gerbang rumahnya. Dia lalu kembali duduk, dan Nunung meneruskan tugas untuk menyisir rambut majikannya. "Mas Prana itu..." Suara Astari tercekat. "Sebenarnya yang duluan naksir Dena, Nung. Waktu zaman kuliah. Cuma duluan diserobot Hendra. Kau tahu, Nung? Mas Prana itu selalu memuji Dena. Dia bilang wanita itu cantik sekali, seperti bunga kaca piring yang disinari cahaya matahari. Katanya kelak ingin punya anak perempuan secantik itu. Kau tahu rasanya mendengar itu, Nung? Mas Prana bahkan tak pernah memujiku sama sekali..."Nunung tak menjawab, dia terus menyisir rambut majikannya sambil menatap wajah Astari di cermin."Ketika dia berusaha menolong wanita itu, aku mencoba berdamai dengan hatiku. Sebab makin kularang, dia ternyata makin berusaha untuk selalu berada di samping wanita itu. Mengirimmu bersama Yusuf, sebenarnya hanya upaya menjaga keyakinanku jika mereka tidak berselingkuh..."Nunung terlihat menunduk, sambil melepas h

  • Bisikan Tengah Malam   178: Rekaman Suara Zeta

    Bagaimana mungkin ada ponsel yang bisa aman disembunyikan dalam sebuah gaun? Namun Sesco mengatakan, dia memang sempat mendesain korset pada gaun yang bisa menempel dengan ketat."Jangankan ponsel, pistol juga bisa nyelip itu. Eike terinspirasi dengan Mbah-Mbah zaman dulu yang suka menyelipkan barang berharga di bagian kutang atau stagennya..." kata Sesco, sambil memamerkan gaun hijau brokat besar, dengan korset hitam yang hampir menyentuh bagian dada."Gaun ini jadi bau dan lembab, seperti pernah disiram air. Ada banyak helaian rambut pirang!"Syahreza terdiam memandang ponsel Iphone 6 Plus itu. Sudah ketinggalan zaman untuk era Iphone jenis terbaru. Tapi dia ingat, itu jelas ponsel milik Julianna. Dia tak melupakan casing warna pink. Julianna beberapa kali mengeluarkan barang itu dari tas coklatnya. Lalu, di mana tasnya?"Kita cas dulu itu ponsel, jika benar itu milik Julianna. Oh, eike sedikit terkejut dengan penemuan ini. Tetapi Pak Syahreza, bisakah kita merahasiakan ini? Soalnya

  • Bisikan Tengah Malam   177: Shumb dan Nishumb

    Syahreza membuka lemari yang penuh gaun tua, dia sempat menahan diri untuk menggesernya, karena beberapa waktu lalu sempat berusaha menutupi lempeng besi yang menuju ruangan bawah tanah. Namun dia berpikir, kapan lagi bisa ke tempat itu? Sebab Prana sudah tidak lagi berkenan untuk membongkar misteri masa lampau itu. Tapi dia sudah sedikit membongkar beragam arsip dan catatan lampau yang masih terhimpun rapat di perpustakaan nasional. Terutama tentang misteri dari data-data "yang konon kabarnya", mitos sekian abad yang sulit diterima nalar, sehingga tak ada satupun ahli yang berminat untuk mengungkapnya, namun catatan tentang legenda tersebut kadang tercantum pada batu-batu, serat kayu dan kulit hewan peninggalan abad silam."Kita akan ke bawah lagi."Zulfan tak menjawab, hanya bantu menggeser lemari dan membuka lempeng besi. Dia sudah semakin paham soal misteri lain dari rumah ini, setiap bertemu Syahreza, mereka kadang mengulas tentang kasus pembunuhan, juga soal ruangan misterius y

  • Bisikan Tengah Malam   176: Dewi Kali

    Masuk!Itulah keputusan Syahreza dan Zulfan saat mulai menuruni tangga. Sepi pastinya, juga menyeramkan. Mereka mulai mengarahkan senter melewati lorong panjang, sebelum menemukan tangga yang menuju pintu di bawah ranjang tempat dulu kamar Dena berada. Pintu-pintu jendela rumah itu terbuka, membuat cahaya matahari bebas masuk. Syahreza mengelilingi setiap kamar, sebelum memasuki ruang perpustakaan. Sementara Zulfan berdiri mematung menatap 2 lukisan: Dewa dan Dewi."Apa itu, Pak?" Tanyanya bingung.Satu lukisan dewa itu bertangan empat, bermata tiga, lehernya berkalung ular kobra. Ini seperti wujud lukisan Dewa Siwa, Sang Dewa Pelebur, versi keyakinan orang India. Siwa, merupakan satu dari tiga dewa utama dari satu kesatuan Trimurti dalam keyakinan agama Hindu, selain Brahma dan Wisnu. Sementara penganut Hindu Bali, memuja Dewa Siwa atau Btara Guru di Pura Dalem, sebagai dewa yang diyakini mampumengembalikan manusia dan makhluk hidup lainnya ke unsur asalnya, yakni Panca Mahabhuta,

  • Bisikan Tengah Malam   175: Cerita Zeta

    Zeta mengirimkan email padanya, usai satu minggu dia kembali ke Paris, tanpa Leonard. Karena pria itu ditahan polisi, dengan tuduhan kasus percobaan upaya penipuan dan pemerasaan kepada Sesco. Kasus ini terungkap dari pengakuan Doza Fahmi, sekutu Alya Dildo. Saat mengantar Zeta di bandara, Sesco yang begitu patah hati, meminta Zeta untuk menyelidiki sesuatu. Lalu hal tersebut, diungkapkan Zeta pada Syahreza: Wanita itu datang ke Rumah Mode Sesco Paris yang belum launching. Dia mengaku bernama Lane, teman Leonard. Aku melihat dia begitu gugup, saat kuberitahu tentang kasus penangkapan Leonard di Indonesia. Dia pamit terburu-buru, namun aku bisa mengikutinya. Dia menuju Hotel Prince de Galles, tempatnya menginap, sebelum tergesa-gesa membawa tasnya seperti hendak pergi. Seorang pria tampan, berwajah khas Amerika Latin tampak menjemputnya di lobby, mereka berciuman bibir. Kemudian mereka naik taksi menuju suatu tempat. Aku terus mengikuti mereka dengan taksi juga, sampai mereka berhen

  • Bisikan Tengah Malam   174: Nunung Kembali

    Tapi niat baik itu, justru ditanggapi Leonard dengan sangat emosional. Pria yang sedang mempersiapkan kepulangannya ke Paris bersama Zeta itu, malah mengamuk tidak karuan. Pribadinya yang selama ini terkesan lembut dan sopan, malah mendadak berubah mengerikan."Salope!" Leonard meneriaki Sesco dengan kasar, hingga tega menyebutnya: JALANG. Belum puas, segala barang dia lempar ke arah Sesco yang cuma bisa pasrah itu."Aku masih di sini, mencoba untuk berdamai dengan Si Pemerasmu. Tapi kau malah mengembalikan gaun-gaun itu! Apa... apa kau tidak berpikir soal Paris Fashion Week? Soal masa depan Rumah Mode Sesco Paris? Aku masih di sini, Sesco. Tapi kau malah mengambil keputusan sepihak!""No... Leonard, baby... yey tidak mengerti. Ini situasi darurat. Kita harus...""Harus apa?! Kita sudah menyusun rencana yang luar biasa, lalu kau seenaknya menghentikannya di tengah jalan?""No! Bukan begitu. Yey tidak mengerti. Lupakan soal gaun itu. Eike masih bisa ngetop dengan karya eike sendiri. S

  • Bisikan Tengah Malam   173: Gaun Tua

    Prana sudah bisa membuka mata, namun dia tampak lemah dan enggan bicara. Terbaring lemah di ranjang bersprei putih, membuatnya malah seperti pasien yang sedang menunggu mati. Astari ada di sampingnya, tapi seakan tidak membuatnya bersemangat untuk sekedar tersenyum. "Semuanya sudah diketemukan menjadi mayat, kecuali Austin. Jadi sejauh ini, tersangkanya mengarah pada dia. Apalagi polisi mendapat laporan dari Pak RT wilayah rumah Pak Samiran, katanya lagi heboh ada hantu pria bule di rumah almarhum. Diperkirakan itu Austin. Cuma ketika diperiksa, rumah itu kosong... " kata Syahreza, sambil memandangi Prana.Perlahan, Prana menoleh. Dia mencoba menghela nafasnya, namun yang terdengar seperti sesuatu yang berat tercekik. "Mengerikan, semuanya mati. Jadi..apakah Austin bekerja sama dengan Garneta dan Yusuf?" Tanya Astari.Syahreza mengangkat bahu,"Kita belum tahu ujung tragedi ini. Yusuf mengatakan dia bekerja sama dengan Garneta untuk membunuh, tapi nyatanya Garneta juga mati. Jadi si

  • Bisikan Tengah Malam   172: Terjebak

    Doza Fahmi sepakat bertemu dengan bule itu, di Hotel Forma de Myorne. Tempat itu dipilih Doza, karena merupakan hotel baru yang berbintang lima. Sekalian ingin jajal pelayanan, juga sekaligus mengetes kemampuan finansial seseorang yang nekat ingin menemuinya."Anda sangat berani, tapi jangan coba-coba bawa polisi. Saat saya menuju penjara, maka seluruh dunia langsung bisa mengakses aib Sesco dengan sekali klik! Ingat, saya tak mungkin bekerja sendiri untuk bisnis 10 miliar..." ancam Doza, sebelum pria itu datang.Dan Leonard memang berani datang sendirian. Dadanya yang bidang tampak terlihat jelas dari kemeja ketat berwarna biru, membuat Doza mulai berpikiran lain. Mendadak gairahnya membanjir, dari memikirkan besaran nominal uang, sampai mengkhayalkan hal kotor bersama pria tampan tersebut."Mengapa anda sampai terpikir untuk memeras seorang Sesco?" Tanya Leonard, sambil duduk di kursi dengan tenang."Jangan anda, panggil saja Ocha," sahut Doza Fahmi genit.Leonard tersenyum,"Baik, O

  • Bisikan Tengah Malam   171: Julianna Selalu Bersama Minna?

    Syahreza lalu perlahan mengangguk, dan itulah yang membuat mereka melangkah menjauh mencari rimbunan pohon untuk berteduh, sambil duduk di atas tanah yang sudah mengering. Hujan sempat deras, tapi Kawasan Hitam ini malah mirip padang gurun tandus. Jejak hujan seperti tak bersisa. Lalu, bagaimana dengan jejak kejahatan?Zeta menghapus sudut matanya dengan tisu, seakan tak kuasa untuk melanjutkan cerita Syahreza yang detil sejak awal. Inilah yang paling ditakutkannya: kehilangan. Melihat begitu mayat yang terus ditemukan, Zeta mulai bersiap mental jika kelak akan betul-betul melihat mayat adiknya. Jiwanya seakan hancur. Serasa tak ada tempat untuk berlindung. Suaminya tidak mengomentari pesannya tentang Julianna, dia sedang berlibur dengan selingkuhannya di benua tropis, meninggalkan musim salju yang beku atas catatan cinta mereka yang makin kelabu. Kedua anaknya juga cuma mengucapkan kalimat basa-basi. Sedikitpun tidak terdengar nada yang bersifat kesedihan dan kekhawatiran. "Jadi ya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status