Share

157: Garneta

Penulis: Cerita Diamond
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-29 21:15:15

Yusuf mengaku masih pusing, tetapi dia sudah harus melewati proses pemeriksaan polisi. Perban di kepalanya belum dilepas, namun tangannya sudah diborgol, meski dia memohon untuk minta diberi kesempatan beberapa menit agar sedikit bisa menenangkan diri.

Polisi memberinya minum, lalu meninggalkannya sendiri di dalam ruangan yang hanya memiliki meja dan dua kursi tersebut. Pintu nampak tertutup, namun dia tahu, jika beberapa anggota polisi berjaga ketat di luarnya.

"Kenapa aku menjadi seperti ini?" Keluh Yusuf, tapi dia tak sanggup untuk menangis.

Ini, jelas bukan seperti keinginannya. Tetapi mencintai Garneta, baginya adalah kenangan terindah. Wanita itu jauh lebih tua darinya. Ditemuinya suatu malam, saat sedang bertugas sendirian menjaga sebuah rumah kosong milik bosnya.

Wanita itu berdiri di pintu pagar, rambutnya yang sebahu berkibar ditiup angin, sementara kulitnya nampak nyaris seputih gaunnya. Semula Yusuf mengira dia hantu, tetapi ternyata, kakinya yang telanjang itu nampak lem
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Bisikan Tengah Malam   158: Garneta dan Gardena

    "Ya," Garneta menghela nafas. "Dena memang terlihat normal. Tapi sebenarnya dia jauh lebih gila dariku."Yusuf terpana,"Lebih gila?""Dia suka berhalusinasi. Tapi aku sayang padanya. Sebab itu aku rela masuk RSJ, agar dia tidak terus diperkosa Papi tiri kita. Hmm..., tak banyak yang tahu jika itu bukan bapak kandung kami. Ini yang selalu kusesali, andai Papi kandung tidak meninggalkan kami pergi...""Jadi, beliau... papi kalian masih hidup?""Entahlah. Kami terakhir bertemu dengannya itu, waktu masih balita. Tidak ingat lagi. Sebelum Mami minta cerai, karena gatel kepincut dengan pria lain yang malah merusak masa depan anak gadisnya...""Kalian tidak berusaha mencarinya?"Garneta terdiam, dia memejamkan matanya beberapa saat. Sebelum menatap Yusuf."Saat kasus aku membunuh pria bajingan itu, sebenarnya aku sudah minta Mami untuk mencari Papi. Karena Papi itu pengacara. Tapi Mami tidak bersedia. Mami sangat marah ketika aku menghabisi suaminya..."Yusuf membelai wajah Garneta. Betapa c

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Bisikan Tengah Malam   159: Hati Yang Remuk

    Terbayang dalam ingatannya, lelaki itu dulu begitu ganas menjamah tubuhnya di toilet RSJ. Pada malam-malam gulita, dia juga merasakan hubungan yang luar biasa dengan Austin, dan hanya mereka yang tahu. Ungkapan cinta sepanjang waktu, termasuk menuliskan hurup G & A dalam lingkaran lengkung hati pada tiap sudut dinding RSJ.Betapa indahnya masa remaja itu, ketika harus dilaluinya dengan seorang pemuda tampan yang mengajarinya hasrat gairah bercinta. Dia lupa dengan kasusnya, dia tak peduli dengan kesedihannya, karena kehadiran Austin seakan begitu gencar menghapus lara.Lalu, betapa kecewanya dia, ketika Dokter Emilia ternyata juga coba menggoda kekasihnya tercinta, dalam salah satu ruangan pemeriksaan.Dialah yang berteriak marah, dengan memanggil petugas rumah sakit dan dokter saat itu, sehingga kasus itu jadi terbongkar. Tak ada yang bisa mengatakan itu fitnah, karena tubuh mereka ditemukan basah telanjang, lengket padat di ranjang pasien.Dan Garneta pula yang mencekik bayi-bayi Ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Bisikan Tengah Malam   160: Yusuf Dimanfaatkan Garneta

    Saat itu, Dena sudah pindah. Dan dia datang ke rumah itu cuma demi menemui kakaknya. Garneta selalu merasa nyaman di rumah itu, dia bisa datang setiap waktu tanpa ada yang tahu. Tapi kelakuannya yang menyimpan buku harian Moksa di peti matinya, jelas tidak beralasan."Apa penting untuk menuliskan inisial cinta kayak ABG begini? Bagaimana jika ada yang tahu? Apa kau tidak sadar jika begitu banyak orang datang ke sini? Ada Mas Prana dan istrinya, serta orang-orangnya yang tertarik dengan hal aneh di ruang bawah tanah sana? Termasuk Julianna yang bule itu?" Kata Dena, ketika tak sengaja membuka lembaran terakhir.Garneta tertawa, saat melihat Dena mengacungkan buku Moksa itu,"Oh, jadi kau baru sadar alasan aku ingin menyimpannya di makam?" "Kau bisa mencoretnya!""Terserah kaulah, tapi mereka tak bakal paham siapa itu Si G!""Jangan meremehkan sesuatu, Garneta. Semua orang tertarik dengan misteri di rumah ini. Sementara aku jungkir balik harus menutupi keberadaanmu.""Aku senang berpura

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Bisikan Tengah Malam   161: Kamuflase

    Sebelumnya, Yusuf sudah lebih dulu menjebak Austin, dengan berpura-pura sebagai Moksa. Saat lelaki itu berlari mengejarnya ke ruang bawah tanah, dia langsung menghantam tengkuknya. Menyembunyikannya di balik drum tua agar tidak dilihat Marce, baru kemudian menyeretnya ke tangga lorong bawah tanah, melalui salah satu lobang yang ternyata selama ini cuma ditutupi drum."Dena terlalu bodoh saat bercerita tentang banyak lorong dan pintu rahasia di rumah ini..." kata Garneta, saat melihat Yusuf menyeret tubuh Austin."Semoga dia tidak mati," sahut Yusuf. "Kita butuh Austin sebagai kambing hitam. Kematiannya harus lebih lambat dari yang lain...""Tidak bakal mati sekarang, tapi nanti... setelah belati yang menusuk semua orang berada di tangannya!" "Apa semua akan berjalan lancar?""Ah," Garneta menepiskan tangannya, "Aku malas bersitegang dengan keraguanmu, Yusuf. Situasi sudah terlanjur begini, mengapa kau masih membuat keraguan?"Yusuf menghela nafas. "Aku cuma khawatir, sayang. Bagaiman

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Bisikan Tengah Malam   162: Kehidupan Zeta di Paris

    "Anda ragu untuk menjawab?"Pertanyaan tajam Lembu Suraji, seakan menghantam jantung Syahreza. Dia jadi sedikit emosi."Selalu saya katakan Pak," Tegas Syahreza. "Saat itu, saya berada pada tempat dan waktu yang salah. Tetapi Prana teman saya, dan istrinya adalah keponakan pemilik rumah itu. Mereka bertemu dengan beberapa orang yang juga baru saya kenal, membicarakan tentang misteri rumah tua yang dianggap terkutuk itu. Saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan, karena saya mengantarkan Zulfan ke Polda, mengurusi kasus Kakaknya yang ditangkap Propam. Ketika saya kembali, itulah yang terjadi, jadi saya langsung telpon polisi..."Lembu Suraji menepuk Syahreza, lalu tersenyum. "Jangan tersinggung, Pak. Polisi cuma berusaha untuk tidak melewatkan hal-hal yang sekecil apa pun...""Lalu kenapa tidak dikejar tentang sosok Garneta? Kami bahkan ditipu olehnya, sebab dia sangat mirip dengan Dena. Atau upayakan mengejar pengakuan Yusuf, bukankah dia telah mencelakai Prana? Pasti dia bersekongko

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Bisikan Tengah Malam   163: Lane dan Leonard

    Zeta mengacungkan jempolnya. Jelas, Butik Sesco bakal menjadi sangat berbeda dengan butik-butik berkelas dari Eropa lainnya. Apalagi jika dibandingkan dengan butik murah yang juga berjejer menyempal di sudut jalan umum lainnya, jelas sangat jauh. Meski untuk klasifikasi ukuran, butik milik Sesco ini masih dalam kategori urutan kelompok pertengahan, belum jangkauan kelas atas.Beranjak ke lantai dua, Zeta betul-betul dibuat makin kagum, hingga berkhayal kelak bisa memiliki rumah dengan desain interior khas Indonesia. Di lantai dua ini, bukan hanya nuansa Bali yang ditonjolkan, tetapi juga ada potongan kain batik, songket, hingga jumputan yang digantung bak lukisan. Beberapa manekin tampak masih menumpuk telanjang, seperti mayat yang siap dikebumikan.Namun Zeta merasa lebih terpukau dengan ruangan private suite lantai atas. Inilah nantinya yang menjadi ruangan intim antara para pelanggan VIP Butik Sesco Paris, dengan Si Sesco langsung. Semua interior seakan diguyur ornamen warna emas,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Bisikan Tengah Malam   164: Partner in Crime

    Leonard membiarkan pundaknya dijadikan pelukan dan sandaran oleh Lane, mereka bergegas mencari resto ketika salju semakin turun dengan tebal."Aku suka desain jas wolmu, begitu elegan. Kau desainer favoritku!"Lane makin merapatkan tubuhnya, sambil berbisik mesra "Cuma kamu yang melihat bakatku, cinta!""Aku menyesal kau harus tinggal sementara di Amerika, sebab jika bertahan di Paris, dia pasti akan tahu tentangmu...""Tak mengapa!""Kau suka apartemen di sana?""Tentu saja!""Bagaimana setelah mencoba kembali tinggal di New York untuk beberapa waktu?""Jangan khawatirkan itu, Leon. Aku baik-baik saja."Mereka tiba di Le Mini Palais dengan kondisi nyaris beku. Namun sajian masakan Perancis dan Eropa, membuat perut mereka menjadi hangat. "Apa kamu membawa foto-foto gaun lama nenekmu?"Lane lalu bangkit, membuka tasnya, dan kemudian menyerahkan amplop coklat pada Leonard. "Betul-betul mirip dengan gaun milik Sesco. Koleksi keluargaku malah tidak semirip itu. Aku sudah cek dengan sepu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Bisikan Tengah Malam   165: Kesalahan Orangtua

    Doza Fahmi tersenyum, sambil memegang satu tas kecil berisi senjata penghancur Sesco. Setidaknya dia bakal bisa hidup tenang, setelah Alya Dildo mendekam di penjara, jika isi tas itu bisa ditukar dengan uang 10 miliar saja.Apa yang dia harapkan dari penyanyi dangdut kontroversial itu? Dia bukan saja dijebloskan ke penjara karena mengancam dan memanfaatkan ketakutan Sangiran, juga bukan karena tertangkap kasus kepemilikan Sabu Sabu awalnya, tetapi juga diseret bersama Iwan Gondek karena ketahuan telah mendirikan pabrik ekstasi di Tangerang. Komplit sudah catatan dosa Alya Dildo, dan tak bakal lagi dia kebal hukum, sebab gadunnya yang menteri itu, juga baru saja ditangkap KPK.Dan Doza Fahmi, tak mau terkubur bersama kroninya itu. Dia sudah cukup ngeri melihat foto tewasnya Hendra di atas kursi roda, yang membuatnya viral lagi. Tak henti-hentinya pria itu menjadi perbincangan publik, bahkan saat setelah mati sekalipun. Cerita Soni dan Nena, sopir dan perawat yang dipekerjakan Alya Dild

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01

Bab terbaru

  • Bisikan Tengah Malam   179: Hoom Pim Pah Alaiom

    Astari, melihat mobil Syahreza yang ke luar dari pintu gerbang rumahnya. Dia lalu kembali duduk, dan Nunung meneruskan tugas untuk menyisir rambut majikannya. "Mas Prana itu..." Suara Astari tercekat. "Sebenarnya yang duluan naksir Dena, Nung. Waktu zaman kuliah. Cuma duluan diserobot Hendra. Kau tahu, Nung? Mas Prana itu selalu memuji Dena. Dia bilang wanita itu cantik sekali, seperti bunga kaca piring yang disinari cahaya matahari. Katanya kelak ingin punya anak perempuan secantik itu. Kau tahu rasanya mendengar itu, Nung? Mas Prana bahkan tak pernah memujiku sama sekali..."Nunung tak menjawab, dia terus menyisir rambut majikannya sambil menatap wajah Astari di cermin."Ketika dia berusaha menolong wanita itu, aku mencoba berdamai dengan hatiku. Sebab makin kularang, dia ternyata makin berusaha untuk selalu berada di samping wanita itu. Mengirimmu bersama Yusuf, sebenarnya hanya upaya menjaga keyakinanku jika mereka tidak berselingkuh..."Nunung terlihat menunduk, sambil melepas h

  • Bisikan Tengah Malam   178: Rekaman Suara Zeta

    Bagaimana mungkin ada ponsel yang bisa aman disembunyikan dalam sebuah gaun? Namun Sesco mengatakan, dia memang sempat mendesain korset pada gaun yang bisa menempel dengan ketat."Jangankan ponsel, pistol juga bisa nyelip itu. Eike terinspirasi dengan Mbah-Mbah zaman dulu yang suka menyelipkan barang berharga di bagian kutang atau stagennya..." kata Sesco, sambil memamerkan gaun hijau brokat besar, dengan korset hitam yang hampir menyentuh bagian dada."Gaun ini jadi bau dan lembab, seperti pernah disiram air. Ada banyak helaian rambut pirang!"Syahreza terdiam memandang ponsel Iphone 6 Plus itu. Sudah ketinggalan zaman untuk era Iphone jenis terbaru. Tapi dia ingat, itu jelas ponsel milik Julianna. Dia tak melupakan casing warna pink. Julianna beberapa kali mengeluarkan barang itu dari tas coklatnya. Lalu, di mana tasnya?"Kita cas dulu itu ponsel, jika benar itu milik Julianna. Oh, eike sedikit terkejut dengan penemuan ini. Tetapi Pak Syahreza, bisakah kita merahasiakan ini? Soalnya

  • Bisikan Tengah Malam   177: Shumb dan Nishumb

    Syahreza membuka lemari yang penuh gaun tua, dia sempat menahan diri untuk menggesernya, karena beberapa waktu lalu sempat berusaha menutupi lempeng besi yang menuju ruangan bawah tanah. Namun dia berpikir, kapan lagi bisa ke tempat itu? Sebab Prana sudah tidak lagi berkenan untuk membongkar misteri masa lampau itu. Tapi dia sudah sedikit membongkar beragam arsip dan catatan lampau yang masih terhimpun rapat di perpustakaan nasional. Terutama tentang misteri dari data-data "yang konon kabarnya", mitos sekian abad yang sulit diterima nalar, sehingga tak ada satupun ahli yang berminat untuk mengungkapnya, namun catatan tentang legenda tersebut kadang tercantum pada batu-batu, serat kayu dan kulit hewan peninggalan abad silam."Kita akan ke bawah lagi."Zulfan tak menjawab, hanya bantu menggeser lemari dan membuka lempeng besi. Dia sudah semakin paham soal misteri lain dari rumah ini, setiap bertemu Syahreza, mereka kadang mengulas tentang kasus pembunuhan, juga soal ruangan misterius y

  • Bisikan Tengah Malam   176: Dewi Kali

    Masuk!Itulah keputusan Syahreza dan Zulfan saat mulai menuruni tangga. Sepi pastinya, juga menyeramkan. Mereka mulai mengarahkan senter melewati lorong panjang, sebelum menemukan tangga yang menuju pintu di bawah ranjang tempat dulu kamar Dena berada. Pintu-pintu jendela rumah itu terbuka, membuat cahaya matahari bebas masuk. Syahreza mengelilingi setiap kamar, sebelum memasuki ruang perpustakaan. Sementara Zulfan berdiri mematung menatap 2 lukisan: Dewa dan Dewi."Apa itu, Pak?" Tanyanya bingung.Satu lukisan dewa itu bertangan empat, bermata tiga, lehernya berkalung ular kobra. Ini seperti wujud lukisan Dewa Siwa, Sang Dewa Pelebur, versi keyakinan orang India. Siwa, merupakan satu dari tiga dewa utama dari satu kesatuan Trimurti dalam keyakinan agama Hindu, selain Brahma dan Wisnu. Sementara penganut Hindu Bali, memuja Dewa Siwa atau Btara Guru di Pura Dalem, sebagai dewa yang diyakini mampumengembalikan manusia dan makhluk hidup lainnya ke unsur asalnya, yakni Panca Mahabhuta,

  • Bisikan Tengah Malam   175: Cerita Zeta

    Zeta mengirimkan email padanya, usai satu minggu dia kembali ke Paris, tanpa Leonard. Karena pria itu ditahan polisi, dengan tuduhan kasus percobaan upaya penipuan dan pemerasaan kepada Sesco. Kasus ini terungkap dari pengakuan Doza Fahmi, sekutu Alya Dildo. Saat mengantar Zeta di bandara, Sesco yang begitu patah hati, meminta Zeta untuk menyelidiki sesuatu. Lalu hal tersebut, diungkapkan Zeta pada Syahreza: Wanita itu datang ke Rumah Mode Sesco Paris yang belum launching. Dia mengaku bernama Lane, teman Leonard. Aku melihat dia begitu gugup, saat kuberitahu tentang kasus penangkapan Leonard di Indonesia. Dia pamit terburu-buru, namun aku bisa mengikutinya. Dia menuju Hotel Prince de Galles, tempatnya menginap, sebelum tergesa-gesa membawa tasnya seperti hendak pergi. Seorang pria tampan, berwajah khas Amerika Latin tampak menjemputnya di lobby, mereka berciuman bibir. Kemudian mereka naik taksi menuju suatu tempat. Aku terus mengikuti mereka dengan taksi juga, sampai mereka berhen

  • Bisikan Tengah Malam   174: Nunung Kembali

    Tapi niat baik itu, justru ditanggapi Leonard dengan sangat emosional. Pria yang sedang mempersiapkan kepulangannya ke Paris bersama Zeta itu, malah mengamuk tidak karuan. Pribadinya yang selama ini terkesan lembut dan sopan, malah mendadak berubah mengerikan."Salope!" Leonard meneriaki Sesco dengan kasar, hingga tega menyebutnya: JALANG. Belum puas, segala barang dia lempar ke arah Sesco yang cuma bisa pasrah itu."Aku masih di sini, mencoba untuk berdamai dengan Si Pemerasmu. Tapi kau malah mengembalikan gaun-gaun itu! Apa... apa kau tidak berpikir soal Paris Fashion Week? Soal masa depan Rumah Mode Sesco Paris? Aku masih di sini, Sesco. Tapi kau malah mengambil keputusan sepihak!""No... Leonard, baby... yey tidak mengerti. Ini situasi darurat. Kita harus...""Harus apa?! Kita sudah menyusun rencana yang luar biasa, lalu kau seenaknya menghentikannya di tengah jalan?""No! Bukan begitu. Yey tidak mengerti. Lupakan soal gaun itu. Eike masih bisa ngetop dengan karya eike sendiri. S

  • Bisikan Tengah Malam   173: Gaun Tua

    Prana sudah bisa membuka mata, namun dia tampak lemah dan enggan bicara. Terbaring lemah di ranjang bersprei putih, membuatnya malah seperti pasien yang sedang menunggu mati. Astari ada di sampingnya, tapi seakan tidak membuatnya bersemangat untuk sekedar tersenyum. "Semuanya sudah diketemukan menjadi mayat, kecuali Austin. Jadi sejauh ini, tersangkanya mengarah pada dia. Apalagi polisi mendapat laporan dari Pak RT wilayah rumah Pak Samiran, katanya lagi heboh ada hantu pria bule di rumah almarhum. Diperkirakan itu Austin. Cuma ketika diperiksa, rumah itu kosong... " kata Syahreza, sambil memandangi Prana.Perlahan, Prana menoleh. Dia mencoba menghela nafasnya, namun yang terdengar seperti sesuatu yang berat tercekik. "Mengerikan, semuanya mati. Jadi..apakah Austin bekerja sama dengan Garneta dan Yusuf?" Tanya Astari.Syahreza mengangkat bahu,"Kita belum tahu ujung tragedi ini. Yusuf mengatakan dia bekerja sama dengan Garneta untuk membunuh, tapi nyatanya Garneta juga mati. Jadi si

  • Bisikan Tengah Malam   172: Terjebak

    Doza Fahmi sepakat bertemu dengan bule itu, di Hotel Forma de Myorne. Tempat itu dipilih Doza, karena merupakan hotel baru yang berbintang lima. Sekalian ingin jajal pelayanan, juga sekaligus mengetes kemampuan finansial seseorang yang nekat ingin menemuinya."Anda sangat berani, tapi jangan coba-coba bawa polisi. Saat saya menuju penjara, maka seluruh dunia langsung bisa mengakses aib Sesco dengan sekali klik! Ingat, saya tak mungkin bekerja sendiri untuk bisnis 10 miliar..." ancam Doza, sebelum pria itu datang.Dan Leonard memang berani datang sendirian. Dadanya yang bidang tampak terlihat jelas dari kemeja ketat berwarna biru, membuat Doza mulai berpikiran lain. Mendadak gairahnya membanjir, dari memikirkan besaran nominal uang, sampai mengkhayalkan hal kotor bersama pria tampan tersebut."Mengapa anda sampai terpikir untuk memeras seorang Sesco?" Tanya Leonard, sambil duduk di kursi dengan tenang."Jangan anda, panggil saja Ocha," sahut Doza Fahmi genit.Leonard tersenyum,"Baik, O

  • Bisikan Tengah Malam   171: Julianna Selalu Bersama Minna?

    Syahreza lalu perlahan mengangguk, dan itulah yang membuat mereka melangkah menjauh mencari rimbunan pohon untuk berteduh, sambil duduk di atas tanah yang sudah mengering. Hujan sempat deras, tapi Kawasan Hitam ini malah mirip padang gurun tandus. Jejak hujan seperti tak bersisa. Lalu, bagaimana dengan jejak kejahatan?Zeta menghapus sudut matanya dengan tisu, seakan tak kuasa untuk melanjutkan cerita Syahreza yang detil sejak awal. Inilah yang paling ditakutkannya: kehilangan. Melihat begitu mayat yang terus ditemukan, Zeta mulai bersiap mental jika kelak akan betul-betul melihat mayat adiknya. Jiwanya seakan hancur. Serasa tak ada tempat untuk berlindung. Suaminya tidak mengomentari pesannya tentang Julianna, dia sedang berlibur dengan selingkuhannya di benua tropis, meninggalkan musim salju yang beku atas catatan cinta mereka yang makin kelabu. Kedua anaknya juga cuma mengucapkan kalimat basa-basi. Sedikitpun tidak terdengar nada yang bersifat kesedihan dan kekhawatiran. "Jadi ya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status