Semua Bab Adikku Ingin Jadi Maduku: Bab 31 - Bab 40

46 Bab

31. Okta Menganggur

"Kami pulang dulu, ya,' ujar Windi pada Melissa."Semoga Pak Bagus segera sembuh." Kali ini Khalif berujar pada Melissa.Melissa mengangguk. "Terima kasih atas kunjungannya. Maaf Papa masih belum sadar.""tidak apa. Yang terpenting dia segera sehat dan bisa kembali beraktifitas," ujar Khalif kemudian. Windi mengangguk dengan senyuman.Setelah keduanya lebih dulu keluar dari ruangan Bagus, kali ini Kafka yang berhadapan dengan Melisa. "Aku keluar dulu," ujar pria itu dengan ekspresi datarnya.Melisa hanya mengangguk. Jujur saja dia merasa canggung untuk berbicara dengan calon mantan adik iparnya itu. Dari dulu mereka jarang berinteraksi. Bukan hanya karena Kafka yang bicaranya irit, tetapi karena pria itu yang lebih memilih untuk ke luar negeri.Terakhir kali yang Melisa tahu pria itu sedang mengemban ilmu di sana, tetapi hari ini dia dibuat terkejut dengan keberadaan Kakak di sini. Apalagi dengan penampilannya yang memakai jas begitu rapi."Kau memikirkan apa?" tanya Kafka kemudian ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-30
Baca selengkapnya

32. Mencari Pekerjaan Ternyata Sulit

"Selamat. Akhirnya kamu telah resmi bercerai dari Okta," ujar Kafka pada Melissa. Pria itu mengulurkan tangan ke arah mantan istri kakaknya.Melissa meraih tangan itu. "Terima kasih karena kamu sudah membantu prosesnya." Dia berujar kemudian.Okta yang melihat keberadaan mantan istrinya dan sang adik pun mendekat. "Aku tidak menyangka kalau kamu membutuhkan bantuan adikku untuk hal semacam ini," ujar Okta dengan melirik Kafka sinis.Melissa hanya menanggapinya dengan senyum tipis. "Yang terpenting aku bisa terlepas dari kamu. Itu saja," ujarnya kemudian.Okta tersenyum miring. "Semoga kamu tidak akan menyesal dengan keputusan kamu bercerai denganku."Melissa ingin sekali tertawa mendengar perkataan dari mantan suaminya ini. Namun, dia menahannya dan berakhir dia yang tersenyum tipis. "Tidak akan." Dia pun menjawab mantap.Okta tidak suka dengan jawaban itu. Apalagi melihat ketenangan Melissa saat ini. Memasukkan kedua tangan pada saku celana, dia pun berujar, "Aku sarankan kalau kamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-31
Baca selengkapnya

33. Lowongan di Perusahaan Mantan Istri

"Baiklah. Kesepakatan kita sudah dibuat. Kita akan melakukan pekerjaan ini secara profesional. Selamat bekerja sama," ujar Bagus yang mengulurkan tangan ke arah Kafka. Kedua pria berbeda usia itu saling berjabat tangan.Setelahnya kini giliran Melisa yang melakukan jabat tangan dengan Kafka. Dia melempar senyum."Selama bekerja sama," ujar Kafka dengan ekspresi dinginnya."Ya. Selamat datang di kerja sama ini," balas Melisa.Setelah melakukan pembicaraan itu, Melissa pun keluar lebih dulu karena dia melihat papanya masih ingin berbicara dengan Kafka. Namun, tidak jauh keberadaan dirinya dari ruangan sang papa seseorang memanggilnya.Melissa menoleh dan melihat Kafka di sana. Dia pun memutuskan untuk menunggu pria itu lalu berjalan bersama. "Bagaimana kabarmu? tanya Kafka tanpa menatap ke arah perempuan itu.Kerutan terlihat jelas di kening Melissa. Dia merasa ada sesuatu di balik pertanyaan dari Kafka. Padahal kalau kita dengar itu adalah Kalimat yang wajar. "Baik." Dia mengangguk pel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-08
Baca selengkapnya

34. Melamar Di Perusahaan Mantan Istri?

Okta menatap gedung perusahaan yang ada di hadapannya. Tidak pernah dia membayangkan sebelumnya kalau dia akan melamar pekerjaan di perusahaan ini. Perusahaan mantan mertuanya yang mana kini sudah dipegang oleh mantan istrinya.Okta mengembuskan napas kasar. "Kalau bukan paksaan Rani juga, aku malas melamar di sini. Bagaimana mungkin aku akan bekerja di bawah naungan mantan istriku sendiri?" tanyanya sembari menggerutu dengan pandangan yang terus mengarah pada bangunan di hadapannya.Beberapa orang terlihat memasuki perusahaan itu dengan map di tangan. Okta yakin mereka adalah para pelamar juga. "Pokoknya aku harus mendapatkan pekerjaan ini. Bukan mereka." Dia pun segera memasuki perusahaan itu dan berharap tidak bertemu dengan mantan istrinya.Dia lupa apa bagaimana kalau hampir semua karyawan di perusahaan ini megenali dirinya. Apalagi dengan skandal yang beberapa waktu lalu dia buat dengan adiknya Melissa.Benar saja, pandangan semua orang sudah tertuju pada dirinya tepat setelah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-11
Baca selengkapnya

35. Rani Pendarahan

Rani yang sedang asyik bermain dengan ponselnya tiba-tiba saja dikejutkan dengan pintu apartemen yang terbuka secara kasar. Dia menoleh dan mendapati suaminya yang baru datang. Rani menatap Okta yang memasuki apartemen dengan wajah marah. "Kamu kenapa?" tanya Rani dengan heran."Datang-datang kok marah?" Dia melanjutkan. Rani mengikuti pergerakan Okta yang kini sudah duduk di sofa sampingnya.Okta yang mendengar Rani bertanya pun langsung menatap ke arah istrinya dengan tajam. Dia masih merasa kesal dengan sikap Melissa dan dua orang di perusahaan tadi, ditambah dengan kenyataan Rani yang tidak mengatakan pada dirinya posisi apa yang sedang dicari oleh perusahaan Melissa."Kamu yang kenapa?" bentak Okta kemudian.Rani yang notabenenya tidak takut pada Okta pun malah menatap suaminya dengan mendelik kesal disertai ekspresi bingung. "Kamu nih apa-apaan sih? Datang-datang malah marah-marah. Sama aku lagi?" Dia menatap tidak suka dengan sikap suaminya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-11
Baca selengkapnya

36. Keguguran

"Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Rani," bisiknya cemas.Langkah kaki seorang perempuan paruh baya tampak terburu-buru. Ekspresi khawatir tergambar di wajahnya sejak beberapa saat lalu ketika dia mendapat kabar buruk dari menantunya.Riyanti. Perempuan itu berjalan dengan sedikit berlari menyusuri lorong rumah sakit. Okta memberitahu dirinya kalau Rani baru saja terjatuh dan mengalami pendarahan.Riyanti mencoba menghubungi suaminya dan memberitahukan kondisi putrinya, tetapi Bagus tidak sama sekali peduli dengan apa yang telah terjadi dengan Rani.Pandangan Riyanti menangkap keberadaan Okta. Perempuan itu semakin mempercepat langkah untuk menemui menantunya. "Okta," panggil Riyanti.Dia berdiri di depan Okta. "Bagaimana keadaan Rani? Bagaimana dia bisa jatuh? Bayinya tidak apa-apa, kan?" tanyanya bertubi-tubi.Okta menggeleng cepat. "Tidak tahu, Ma. Rani sedang ada di dalam dan dokter masih memeriksanya," ujar Okta menunjuk ke arah ruangan yang ada di samping mereka.Keduanya pun
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-12
Baca selengkapnya

37. Kehilangan

"Bagaimana bisa, Ma?" tanya Okta yang merasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat. bagaimana di depan sana, dia melihaat sosok perempuan yang bagaikan pinang dibelah dua dengan sang mama.Windi memasuki kamar, memberi jarak antara dirinya dan seseorang yang duduk di kursi itu, Windi mulai bercerita, "Dia adalah wanda. Saudara kembar mama. Sebelum mama menikah dengan papa kamu, dia lebih dulu menikah dengan suaminya. Tapi, suaminya malah berselingkuh dengan perempuaan lain dengan alasan Wanda tidak segera bisa memberi suaminya anak. Alasan yang sama seperti yang kamu pakai untuk menyelingkuhi Melissa," ujar Windi dengan menoleh ke arah Okta.Okta yang melihat tatapan mamanya terhadap dirinya saat ini entah kenapa membuat dia seperti terasa berat untuk menelan ludahnya sendiri. Dia seperti pelaku yang sebentar lagi akan mendapat hukuman yang begitu berat.Sedangkan Windi sendiri malah tersenyum tipis. Dia kembali menatap saudara kembarnya yang saat ini terlihat jelas tampak tidak be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-12
Baca selengkapnya

38. Kemarahan Rani dan Kenyataan

"Kamu pembunuh!" teriak Rani penuh dengan kemarahan. Dia menatap tajam Okta yang berjarak tidak jauh darinya. Sorot matanya menunjukkan kebencian dan juga kesedihan yang telah menjadi satu dalam dirinya."Kamu sudah membunuh anakku!" teriak Rani sekali lagi. Kali ini dengan menunjuk ke arah Okta. Tangisnya pecah, air mata yang sejak tadi menumpuk di pelupuk mata kini telah jatuh membasahi pipi. Suara tangis Rani mulai terdengar, Rani mulai sesenggukan.Kebenaran mengenaai calon anaknya yang tidak bisa diselamatkan membuatnya patah dan berantakan. "Anakku, Ma," ujarnya pilu.Riyanti yang terkejut dengan reaksi putrinya masih menatap bingung dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Rani. Namun, mau bertanya pun rasanya ini bukan waktu yang tepat.Perempuan itu segera mendekati putrinya lalu memeluk Rani di mana Rani juga langsung membalas pelukannya. Terdengar tangis yang semakin keras dan menyayat dari Rani. "Sayang." Dia membelai kepala putrinya.Riyanti yang sempat berhenti menangis
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-13
Baca selengkapnya

39. Maaf

Rani sudah mulai sadar setelah hampir setengah hari terelaap akibat pengaruh dari obat tidur.. Hari sudaah sangat larut ketika dia membuka mata.. takk ada laagi teriakan atau kemaaraahan karena ketika dia bangun, tida ada seorng pun yang ada di dekatnya.Entah di mana suaaminya itu. Namun, itu lebih baik ketimbang dia harus melihaat wajah okta. Orang yang telah menyebaabkan diaa kehilangaan calon anaknya. Hanya berdia diri, Rani duduk dengan menatap lurus ke arah luar jendela di mana dia bisamelihat orang-orang lalu lalang di koridorr rumah akit bagian lauar yang berbatasan langsung dengaan tamaan rumaah sakit.Bahkan suara pintu terbuka pun tak membuat FRani mengaalihkan pandangannya sedikit pun. Riyanti, yang baru saja keluar membeli makaanaan baru kembali. Dia terkejut mendapati putrinya sudah sadar dan kini sudah duduk di brankarnya.''Rani,'' panggilnya panik. Riyanti memperceat langkah mendekaati brankar putrinya, bahkan dia melempar begitu ssaja bungkusan makanaan yang diaa ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-13
Baca selengkapnya

40. Kunjungan Okta Ke Pasar

Duduk di dalam apartemennnya dengan keadaan gelap gulita tanpa membuka tirai yang akan membantu cahaya matahari untuk mentinari ke dalam, Okta duduk di sofa ditemani sebotol minuman.Pandangan pria itu lurus dan tampak kosong. Sesekali tangannya bergerak mendekatkan ujung botol ke arah bibir lalu meneguk isinya. Bola matanya yang memerah menandakan kalau pria itu baru saja meluapkan emosi. Menangis, berteriak, sedih tertawa dan marah bersatu menjadi satu.Okta sedang kesal saat ini. Pria itu merasa menjadi sosok yang bodoh karena telah ditipu habis-habisan oleh Rani. Perempuan yang baru dia nikahi beberapa minggu terakhir ini telah menjebaknya ke dalam sebuah masalah yang sudah membuat hidupnya hancur berantakan."Sialan!" teriak Okta dengan melempar botol yang ada di tangannya. Isinya memang sudah tidak ada. Itu mengapa dia berani melemparnya hingga bentuk botol itu sudah tidak beraturan. Terpecah berai di lantai membentuk serpihan-serpihan."Dia telah membohongiku," ujarnya geram de
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status