Home / Rumah Tangga / Adikku Ingin Jadi Maduku / 33. Lowongan di Perusahaan Mantan Istri

Share

33. Lowongan di Perusahaan Mantan Istri

Author: Evie Edha
last update Last Updated: 2024-11-08 20:35:58

"Baiklah. Kesepakatan kita sudah dibuat. Kita akan melakukan pekerjaan ini secara profesional. Selamat bekerja sama," ujar Bagus yang mengulurkan tangan ke arah Kafka. Kedua pria berbeda usia itu saling berjabat tangan.

Setelahnya kini giliran Melisa yang melakukan jabat tangan dengan Kafka. Dia melempar senyum.

"Selama bekerja sama," ujar Kafka dengan ekspresi dinginnya.

"Ya. Selamat datang di kerja sama ini," balas Melisa.

Setelah melakukan pembicaraan itu, Melissa pun keluar lebih dulu karena dia melihat papanya masih ingin berbicara dengan Kafka. Namun, tidak jauh keberadaan dirinya dari ruangan sang papa seseorang memanggilnya.

Melissa menoleh dan melihat Kafka di sana. Dia pun memutuskan untuk menunggu pria itu lalu berjalan bersama. "Bagaimana kabarmu? tanya Kafka tanpa menatap ke arah perempuan itu.

Kerutan terlihat jelas di kening Melissa. Dia merasa ada sesuatu di balik pertanyaan dari Kafka. Padahal kalau kita dengar itu adalah Kalimat yang wajar. "Baik." Dia mengangguk pel
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   34. Melamar Di Perusahaan Mantan Istri?

    Okta menatap gedung perusahaan yang ada di hadapannya. Tidak pernah dia membayangkan sebelumnya kalau dia akan melamar pekerjaan di perusahaan ini. Perusahaan mantan mertuanya yang mana kini sudah dipegang oleh mantan istrinya.Okta mengembuskan napas kasar. "Kalau bukan paksaan Rani juga, aku malas melamar di sini. Bagaimana mungkin aku akan bekerja di bawah naungan mantan istriku sendiri?" tanyanya sembari menggerutu dengan pandangan yang terus mengarah pada bangunan di hadapannya.Beberapa orang terlihat memasuki perusahaan itu dengan map di tangan. Okta yakin mereka adalah para pelamar juga. "Pokoknya aku harus mendapatkan pekerjaan ini. Bukan mereka." Dia pun segera memasuki perusahaan itu dan berharap tidak bertemu dengan mantan istrinya.Dia lupa apa bagaimana kalau hampir semua karyawan di perusahaan ini megenali dirinya. Apalagi dengan skandal yang beberapa waktu lalu dia buat dengan adiknya Melissa.Benar saja, pandangan semua orang sudah tertuju pada dirinya tepat setelah

    Last Updated : 2024-11-11
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   35. Rani Pendarahan

    Rani yang sedang asyik bermain dengan ponselnya tiba-tiba saja dikejutkan dengan pintu apartemen yang terbuka secara kasar. Dia menoleh dan mendapati suaminya yang baru datang. Rani menatap Okta yang memasuki apartemen dengan wajah marah. "Kamu kenapa?" tanya Rani dengan heran."Datang-datang kok marah?" Dia melanjutkan. Rani mengikuti pergerakan Okta yang kini sudah duduk di sofa sampingnya.Okta yang mendengar Rani bertanya pun langsung menatap ke arah istrinya dengan tajam. Dia masih merasa kesal dengan sikap Melissa dan dua orang di perusahaan tadi, ditambah dengan kenyataan Rani yang tidak mengatakan pada dirinya posisi apa yang sedang dicari oleh perusahaan Melissa."Kamu yang kenapa?" bentak Okta kemudian.Rani yang notabenenya tidak takut pada Okta pun malah menatap suaminya dengan mendelik kesal disertai ekspresi bingung. "Kamu nih apa-apaan sih? Datang-datang malah marah-marah. Sama aku lagi?" Dia menatap tidak suka dengan sikap suaminya

    Last Updated : 2024-11-11
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   36. Keguguran

    "Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Rani," bisiknya cemas.Langkah kaki seorang perempuan paruh baya tampak terburu-buru. Ekspresi khawatir tergambar di wajahnya sejak beberapa saat lalu ketika dia mendapat kabar buruk dari menantunya.Riyanti. Perempuan itu berjalan dengan sedikit berlari menyusuri lorong rumah sakit. Okta memberitahu dirinya kalau Rani baru saja terjatuh dan mengalami pendarahan.Riyanti mencoba menghubungi suaminya dan memberitahukan kondisi putrinya, tetapi Bagus tidak sama sekali peduli dengan apa yang telah terjadi dengan Rani.Pandangan Riyanti menangkap keberadaan Okta. Perempuan itu semakin mempercepat langkah untuk menemui menantunya. "Okta," panggil Riyanti.Dia berdiri di depan Okta. "Bagaimana keadaan Rani? Bagaimana dia bisa jatuh? Bayinya tidak apa-apa, kan?" tanyanya bertubi-tubi.Okta menggeleng cepat. "Tidak tahu, Ma. Rani sedang ada di dalam dan dokter masih memeriksanya," ujar Okta menunjuk ke arah ruangan yang ada di samping mereka.Keduanya pun

    Last Updated : 2024-11-12
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   37. Kehilangan

    "Bagaimana bisa, Ma?" tanya Okta yang merasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat. bagaimana di depan sana, dia melihaat sosok perempuan yang bagaikan pinang dibelah dua dengan sang mama.Windi memasuki kamar, memberi jarak antara dirinya dan seseorang yang duduk di kursi itu, Windi mulai bercerita, "Dia adalah wanda. Saudara kembar mama. Sebelum mama menikah dengan papa kamu, dia lebih dulu menikah dengan suaminya. Tapi, suaminya malah berselingkuh dengan perempuaan lain dengan alasan Wanda tidak segera bisa memberi suaminya anak. Alasan yang sama seperti yang kamu pakai untuk menyelingkuhi Melissa," ujar Windi dengan menoleh ke arah Okta.Okta yang melihat tatapan mamanya terhadap dirinya saat ini entah kenapa membuat dia seperti terasa berat untuk menelan ludahnya sendiri. Dia seperti pelaku yang sebentar lagi akan mendapat hukuman yang begitu berat.Sedangkan Windi sendiri malah tersenyum tipis. Dia kembali menatap saudara kembarnya yang saat ini terlihat jelas tampak tidak be

    Last Updated : 2024-11-12
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   38. Kemarahan Rani dan Kenyataan

    "Kamu pembunuh!" teriak Rani penuh dengan kemarahan. Dia menatap tajam Okta yang berjarak tidak jauh darinya. Sorot matanya menunjukkan kebencian dan juga kesedihan yang telah menjadi satu dalam dirinya."Kamu sudah membunuh anakku!" teriak Rani sekali lagi. Kali ini dengan menunjuk ke arah Okta. Tangisnya pecah, air mata yang sejak tadi menumpuk di pelupuk mata kini telah jatuh membasahi pipi. Suara tangis Rani mulai terdengar, Rani mulai sesenggukan.Kebenaran mengenaai calon anaknya yang tidak bisa diselamatkan membuatnya patah dan berantakan. "Anakku, Ma," ujarnya pilu.Riyanti yang terkejut dengan reaksi putrinya masih menatap bingung dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Rani. Namun, mau bertanya pun rasanya ini bukan waktu yang tepat.Perempuan itu segera mendekati putrinya lalu memeluk Rani di mana Rani juga langsung membalas pelukannya. Terdengar tangis yang semakin keras dan menyayat dari Rani. "Sayang." Dia membelai kepala putrinya.Riyanti yang sempat berhenti menangis

    Last Updated : 2024-11-13
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   39. Maaf

    Rani sudah mulai sadar setelah hampir setengah hari terelaap akibat pengaruh dari obat tidur.. Hari sudaah sangat larut ketika dia membuka mata.. takk ada laagi teriakan atau kemaaraahan karena ketika dia bangun, tida ada seorng pun yang ada di dekatnya.Entah di mana suaaminya itu. Namun, itu lebih baik ketimbang dia harus melihaat wajah okta. Orang yang telah menyebaabkan diaa kehilangaan calon anaknya. Hanya berdia diri, Rani duduk dengan menatap lurus ke arah luar jendela di mana dia bisamelihat orang-orang lalu lalang di koridorr rumah akit bagian lauar yang berbatasan langsung dengaan tamaan rumaah sakit.Bahkan suara pintu terbuka pun tak membuat FRani mengaalihkan pandangannya sedikit pun. Riyanti, yang baru saja keluar membeli makaanaan baru kembali. Dia terkejut mendapati putrinya sudah sadar dan kini sudah duduk di brankarnya.''Rani,'' panggilnya panik. Riyanti memperceat langkah mendekaati brankar putrinya, bahkan dia melempar begitu ssaja bungkusan makanaan yang diaa ba

    Last Updated : 2024-11-13
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   40. Kunjungan Okta Ke Pasar

    Duduk di dalam apartemennnya dengan keadaan gelap gulita tanpa membuka tirai yang akan membantu cahaya matahari untuk mentinari ke dalam, Okta duduk di sofa ditemani sebotol minuman.Pandangan pria itu lurus dan tampak kosong. Sesekali tangannya bergerak mendekatkan ujung botol ke arah bibir lalu meneguk isinya. Bola matanya yang memerah menandakan kalau pria itu baru saja meluapkan emosi. Menangis, berteriak, sedih tertawa dan marah bersatu menjadi satu.Okta sedang kesal saat ini. Pria itu merasa menjadi sosok yang bodoh karena telah ditipu habis-habisan oleh Rani. Perempuan yang baru dia nikahi beberapa minggu terakhir ini telah menjebaknya ke dalam sebuah masalah yang sudah membuat hidupnya hancur berantakan."Sialan!" teriak Okta dengan melempar botol yang ada di tangannya. Isinya memang sudah tidak ada. Itu mengapa dia berani melemparnya hingga bentuk botol itu sudah tidak beraturan. Terpecah berai di lantai membentuk serpihan-serpihan."Dia telah membohongiku," ujarnya geram de

    Last Updated : 2024-11-14
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   41. Amukan Okta Pada Rani

    Okta keluar dari klinik setelah mendapat perawaran. Tubuhnya terasa remuk akibat pukulan dan tendangan beberapa preman tadi. Salah sendiri.Sepanjang perjalanan, para pedagang pasar menatap ke arahnya sembari berbisik. Tentu mereka tahu apa yang terjadi padanya. Apa yang tidak diketahui penghuni pasar jika itu tentang Toto?"Masnya nggak papa?" tanya salah satu pedagang pasar yang merasa kasihan melihat Okta"Saya masih hidup. Jadi saya nggak papa." Sayangnya Toto malah memberikan respon yang tidak terlalu baik pada pedagang itu.Pedagang itu pun melotot. "Ye. Nih orang. Jadi ngerti kenapa Toto sampe mukulin dia," ujarnya kemudian."Hu ... nyesel tanya tadi." Dia melanjutkan.Sedangkan Okta sendiri tidak menanggapi ha itu. Ptia itu tetap pergi meninggalkan pasar menuju mobilnya. Di sela rasa sakit yang dia rasakan, Okta menyandarkan punggung pada sandaran kursi lalu memejamkan matanya sesaat."Akh! Sial! Bukannya puas malah bonyok." Dia memukul kemudi yang ada di hadapannya. Namun, be

    Last Updated : 2024-11-14

Latest chapter

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   61. Mempertimbangkan Argo.

    Melisa merasa terkejut dengan pertanyaan yang keluar dari mulut papanya. Baru beberapa bulan lalu dia resmi bercerai, dan kini, Tuan Bagus sudah menyinggung soal pernikahan lagi. Dia tidak habis pikir, mengapa papanya bisa berpikir sejauh itu."Papa, aku baru saja bercerai! Kenapa Papa bisa menanyakan hal seperti itu?" serunya dengan nada penuh keterkejutan.Tuan Bagus yang duduk di kursi rotan tua di beranda rumahnya hanya tersenyum tipis. Dia memandang putrinya dengan penuh kasih sayang, lalu berkata dengan lembut, "Apa salahnya, Mel? Kamu masih muda. Sudah lewat masa iddah-mu. Wajar kalau ingin menikah lagi."Melisa menghela napas panjang. Perasaannya masih terlalu kacau untuk memikirkan pernikahan lagi. Luka batinnya belum sepenuhnya sembuh dari kegagalan rumah tangganya yang lalu. Bayang-bayang pertengkaran dengan mantan suaminya masih begitu nyata di ingatannya. Perselingkuhan Okta meninggalkan trauma di kepala Melissa.Bagaimana mungkin papanya bisa berbicara seolah semua baik-

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   60. Pertanyaan Keramat

    Melissa melangkah masuk ke toko kue milik Rani. Aroma manis dari berbagai macam kue langsung menyambutnya, menghangatkan hatinya yang sedikit lelah setelah bekerja seharian. Dia melihat sekeliling, dan tampak jelas bahwa toko ini sedang ramai."Wah. Ramai sekali yang antre," ujarnya. Pengunjung membludak, memenuhi hampir setiap sudut ruangan. Beberapa orang berdiri mengantre di depan etalase kaca, menunggu giliran untuk memesan kue favorit mereka."Sebaiknya aku tunggu dulu."Melihat tidak ada tempat kosong selain satu meja di pojok ruangan, Melissa segera melangkah ke sana dan duduk. Dia senang dengan kondisi toko kue ini. Seorang pelayan yang bertugas melayani pengunjung yang makan di tempat segera menghampirinya. "Selamat sore, Kak Melissa," sapa pelayan itu yang memang mengenal siapa Melissa."Mau pesan apa, Kak?" tanya sang pelayan itu dengan ramah. Dia memberikan buku berisi gambar beberapa kue yang tersedia di toko roti ini.

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   59. Mau Kembali ke Kantor

    Malam itu, Kafka duduk di meja makan bersama kedua orang tuanya, Winda dan Khalif. Hidangan lezat terhidang di hadapan mereka, tetapi perhatian Winda tertuju pada sesuatu yang lain. Ia menatap Kafka dengan penuh selidik sebelum akhirnya melontarkan pertanyaan yang sudah dia pendam sejak tadi."Kafka, bagaimana hubungan kamu dengan Melissa? Sudah ada kemajuan?" tanyanya dengan penuh antusias.Kafka mengangkat kepalanya dari piring. Ia mengunyah makanannya dengan tenang sebelum menjawab, "Seperti biasa, hubungan kolega bisnis." Lalu dia melanjutkan kembali makannya.Winda menghela napas panjang. "Kenapa tidak ada kemajuan?" Dia bertanya dengan sedikit kesal.Padahal, Winda tahu kala anaknya yang satu ini bukanlah tipe orang yang akan bertindah gegabah dalam suatu hal. Dia suka, itu artinya Kafka bukan orang yang ceroboh.Kafka selalu tenang dan tidak gegabah dalam bertindak, dan dia suka itu. Akan tetapi dalam hal ini, adalah hal berbeda.

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   58. Pertemuan Okta dan Rani

    "Sial*n." Okta mengumpat."Kurang ajar si Kafka," lajutnya.Okta menghela napas panjang, suara desahan itu nyaris tenggelam oleh deru motornya yang melaju menyusuri jalan kota tanpa arah. Hatinya masih dipenuhi dengan rasa kesal akibat kejadian di kantor siang tadi. Ia tak ingin langsung pulang. Rasanya rumah hanya akan membuatnya semakin jengkel, apalagi di rumah nanti pasti dia akan bertemu kembali dengan sang adik. Dengan motor yang berhasil ia dapatkan dari orang tuanya setelah permohonan panjang, ia memutuskan untuk mencari pelarian sementara."Dasar adik lancang! Bikin malu saja! Berani-beraninya dia mendekati Melissa," gerutunya sambil menekan gas motor lebih keras. Kendati demikian, jalan kota yang mulai padat membuatnya harus memperlambat laju kendaraan.Entah apa yang membuat dia terus mengumpati sang adik. Padahal, kan senyumnya dia sudah sepakat kalau mereka akan bertanding secara adik untuk mendapatkan Melissa. Kenapa dia se

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   57. Meyakinkan Argo

    Malam itu, Argo berada di ruang tengah rumahnya. Udara dingin merayap melalui jendela yang sedikit terbuka, tetapi ia tidak peduli. Berdiri di depan sebuah foto dan matanya tertuju pada foto besar yang tergantung di dinding. Foto itu adalah kenangan pernikahan kakaknya, Argi, dengan kakak iparnya, Nadine. Senyum bahagia di wajah mereka saat itu terasa seperti ironi sekarang. Argo menghela napas panjang, pikirannya dipenuhi oleh masa lalu yang sulit dan rumit."Entah benar atau tidak, aku merasa yang terjadi adalah semuanya salah."Dia menarik napas dalam. "Semoga kalian bahagia di atas sana."Dia tahu bahwa pernikahan itu bukanlah hasil dari cinta sejati. Kakaknya mencintai orang lain, tetapi tekanan dari keluarga, terutama dari ayah mereka, Pak Bowo, membuat semuanya menjadi seperti ini. Nadine juga tidak sepenuhnya bersalah. Dia juga korban keadaan. Argo merasa ada beban besar yang diwariskan dari konflik itu, yang entah bagaimana kini beralih ke pundakn

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   56. Kilasan Masa Lalu

    Argo baru saja tiba di rumah setelah nongkrong dengan teman-temannya. Seragam sekolahnya masih melekat di tubuh, lengkap dengan dasi yang sudah longgar dan sepatu yang berdebu. Hari itu terasa biasa saja baginya, sampai langkah kakinya terhenti di depan pintu kamarnya. Ada suara gaduh dari arah kamar kakaknya, Argi. Rasa penasaran mendorongnya untuk mendekat.Pelan-pelan, Argo mendekat ke pintu kamar Argi. Ia menyandarkan telinganya ke pintu, mencoba menangkap apa yang sedang terjadi di dalam. Suara kakaknya terdengar lantang, penuh emosi, sementara suara ayah mereka terdengar lebih tegas dan keras. Dari potongan-potongan percakapan yang bisa ia dengar, Argo mulai memahami inti masalahnya.“Aku nggak bisa, Pa! Aku sudah punya pilihan sendiri!” suara Argi terdengar marah.“Kamu pikir pilihanmu lebih baik daripada yang Papa sudah tentukan? Papa tahu apa yang terbaik untuk keluarga kita,” balas Pak Bowo dengan nada tajam.“Ini hidupku, Pa! Bukan hidu

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   55. Makan Siang Terencana

    Suasana di tempat pemancingan terasa tenang dan damai. Air danau yang jernih memantulkan cahaya matahari pagi, sementara angin sepoi-sepoi membawa aroma segar dari pepohonan di sekitar. Di salah satu sudut dermaga kayu, dua pria paruh baya, Pak Bowo dan Tuan Bagus, duduk bersantai dengan joran masing-masing menghadap ke air.“Hampir sejam, belum ada yang menyambar umpan,” ujar Pak Bowo sambil menggulung sedikit tali pancingnya, memastikan umpan masih di tempatnya. Wajahnya santai, tapi matanya penuh perhatian pada permukaan air.“Sabar, Pak Bowo. Memancing itu bukan cuma soal dapat ikan, tapi juga menikmati prosesnya,” balas Tuan Bagus dengan senyum ringan. Ia menyesap kopinya, matanya memandang jauh ke danau yang tenang.Sesaat keduanya terdiam, menikmati suara alam di sekitar. Namun, Pak Bowo akhirnya memecah keheningan. “Ngomong-ngomong, Bagus, bagaimana kabar Melissa sekarang? Kamu bilang, kalau dia baru saja bercerai dengan suaminya.""Ya," j

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   54. Bertemu

    Argo menghela napas panjang, berdiri di samping mobilnya yang terhenti di pinggir jalan. Hawa panas siang itu semakin menambah frustrasinya. Mesin mobilnya mogok tiba-tiba saat ia baru saja menjemput Lisa, keponakannya, dari sekolah dasar. Lisa duduk di kursi belakang, tampak diam sambil memeluk tas sekolahnya.Tiba-tiba, suara yang akrab menyapanya, membuat Argo menoleh dengan cepat. "Argo? Kok kamu di sini?" Melissa, seorang teman lama, berdiri di dekatnya. Rambutnya yang panjang tergerai, dan senyumnya yang hangat membuat suasana terasa sedikit lebih ringan.Argo tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan kekesalannya. "Mobilku mogok." Dia menunjuk mobilnya yang dalam keadaan kab terbuka.Melissa mengangguk dengan bibir berbentuk huruf o. "Memangnya kamu dari mana?" tanyanya kemudian."Aku baru saja menjemput Lisa dari sekolah," jawabnya sambil menunjuk ke arah mobil dan Lisa yang melambaikan tangan kecilnya kepada Melissa.Melissa melirik Lisa, lalu kembali pada Argo. Wajahnya menunj

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   53. Merasa Memiliki

    Memegang alat pel, Okta tengah membersihkan lantai lobi di jam sibuk kantor. Itu membuat para pekerja kantoran akan sibuk dengan pekerjaannya dan duduk tenang di tempatnya.Tidak akan ada orang yang lalu lalang di lobi. Palingan beberapa orang saja. Setelah ada seseorang yang memasuki pantri dan memergoki mereka mengobrol, mereka segera meminta untuk melanjutkan pekerjaan yang ternyata itu dari sang atasan.Okta ditemani Endi yang tengah membersihkan kaca. Sembari bersiul, dia bergerak mundur membersihkan lantai di depannya.Suara pintu lift terbuka terdengar, dua orang keluar dari sana. Mereka saling mengobrol membicarakan sesuatu yang sepertinya sangat penting. Terlihat dari ekspresi keduanya yang sangat serius.Endi yang menyadari kehadiran keduanya lebih dulu segera mendekati Okta. Dia menyenggol pundak temannya itu dengan lengannya. "Hei. Lihat tuh," ujarnya kemudian."Apa sih?" tanya Okta."Itu lihat dulu." Endi kembali berujar dengan menunjuk keberadaan dua orang yang baru saja

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status