Pembalasan sang Istri Tertindas의 모든 챕터: 챕터 581 - 챕터 590

705 챕터

Bab 581

Janice merasa sangat sedih saat melihat bayangan di tanah karena dia dan Jason selalu bertemu secara diam-diam. Meskipun sebelumnya mereka pasangan suami istri, mereka juga tidak bisa bersama secara terang-terangan. Setiap kali melihat Rachel merangkul Jason di depan publik, dia berusaha mengingat kembali kehidupan sebelumnya. Namun, di antara mereka selalu ada pembatas.Jason terlihat mabuk karena minum alkohol dan tubuhnya yang besar menindih Janice. Saat bibirnya mendekati pipi Janice, dia berkata dengan nada muram, "Kamu sudah menyetujuinya?"Saat mengatakan itu, tatapan Jason terlihat penuh dengan emosi.Melihat tangan Jason tidak bisa dilepaskan, Janice terpaksa tetap diam dan berkata sambil menganggukkan kepala, "Ya.""Kenapa?" desak Jason."Pak Jason, tadi kamu juga sudah lihat sendiri," kata Janice sambil menatap cahaya yang berada beberapa langkah di depannya dan ekspresi yang sangat kesal."Lihat aku dan jawab," kata Jason lagi.Janice hanya diam dan cemberut, lalu memalingk
더 보기

Bab 582

Saat mendengar perkataan itu, Jason menggenggam tangan Janice dengan makin erat. Namun, tepat saat Janice mengatakan kalimat terakhir, genggamannya tiba-tiba melemah dan keduanya pun berpisah. Dia tidak menatap Janice, hanya memalingkan wajahnya ke samping dengan ekspresi sangat tertekan. Tanpa mengatakan apa pun, dia membiarkan Janice pergi begitu saja.Setelah berjalan menjauh dan menarik napas untuk menenangkan diri, Janice berbalik untuk menatap Jason. Namun, saat itu Jason sudah kembali ke aula dan tersenyum pada Rachel. Dia pun mengangkat kepala untuk melihat sinar matahari, tetapi wajahnya tetap dingin dan basah. Ini terakhir kalinya dia melakukan ini.Saat Landon keluar, Janice sudah merapikan riasannya. Dia berkata sambil menggigit bibirnya, "Ayahmu ...."Landon tertawa. "Nggak perlu tegang, ayahku selalu berpikiran terbuka. Dia sudah bilang dia nggak akan ikut campur dalam urusan asmaraku. Dia dan ibuku juga menikah karena jatuh cinta. Setelah ibuku meninggal, dia juga menutu
더 보기

Bab 583

"Kamu begitu memahami Fiona?" kata Jason sambil menatap keluar jendela mobil dengan ekspresi yang sangat dingin."Ya. Dia teman sekelasku saat di SMA, kami sudah berteman selama beberapa tahun," jawab Rachel."Kalau begitu, kamu pasti tahu dia nggak begitu pintar. Hari ini Kakak Ipar bisa muncul di saat yang begitu tepat, menurutmu ini kenapa?" kata Jason.Volume suara Jason tidak keras, tetapi langsung membuat jantung Rachel berdebar. Tenggorokannya terasa kering sampai hampir menyebutkan nama Elaine, tetapi dia menelannya kembali.Jason menatap Rachel sambil menyipitkan mata dan berkata dengan dingin, "Aku nggak peduli kenapa dia ikut campur dengan urusan Keluarga Luthan, tapi aku harap kelak dia ingat posisinya. Jangan sampai dia ikut campur dengan urusan Keluarga Karim."Wajah Rachel menjadi makin pucat. Dia baru saja hendak berkata dia sudah mengerti, tetapi dia melihat Jason sedang memutar cincin kawin dari sudut matanya. Dia tiba-tiba teringat Jason sering mengusap cincin itu se
더 보기

Bab 584

Jason kembali terus mengupas apel dengan gerakan yang lambat dan santai, tetapi aura dingin di sekelilingnya membuat orang lain sulit untuk mendekat. "Seorang pacar yang sudah mengirim wanita pada ayahnya, kamu pikir Kak Zachary masih ingin menikahinya dan melihatnya terus mengirim wanita padamu demi memperkuat koneksi?"Anwar menatap Jason dengan tatapan tidak percaya dan mengepalkan tangannya dengan erat. "Omong kosong apa ini?"Jason menundukkan kepala dan berkata dengan tenang, "Setelah itu, wanita itu nggak pernah mencarimu lagi, 'kan? Itu semua karena Kak Zachary sendiri yang menghabisinya. Kamu mungkin sudah lupa karena wanita itu nggak berarti apa-apa bagimu. Yang lama nggak pergi, yang baru nggak akan datang."Mendengar perkataan itu, bibir Anwar bergetar.Jason menatap Anwar dengan dingin. "Kak Ferdy sudah tiga tahun saat datang ke Keluarga Karim, tapi Kak Zachary dikirim ke keluarga kita begitu lahir. Ibuku sendiri yang membesarkannya, jadi dia sudah menganggap ibuku adalah
더 보기

Bab 585

Anwar menopang tubuhnya, lalu mengingat masa lalu dan berkata, "Tentu saja demi meningkatkan kekuatanmu. Dulu, pernikahan ibumu denganku adalah berita besar karena kedua keluarga adalah keluarga terpandang. Sayangnya, keluarganya mulai merosot setelah ibumu melahirkanmu."Jason berkata dengan nada dingin, "Kamu pikir aku nggak tahu kenapa keluarga nenek bisa hancur? Kamu bekerja sama dengan paman-paman agar keluarga nenek membuat keputusan yang salah dan bangkrut, lalu membeli perusahaan mereka dengan harga yang paling rendah.""Ibuku sebenarnya ingin menggunakan maskawin untuk menyelamatkan perusahaan, tapi kamu sudah menipunya untuk memindahkan kepemilikan maskawin itu padaku lebih dulu. Jadi, kamu bisa membatalkan haknya atas maskawin itu.""Kamu ...." Anwar langsung terdiam."Kenapa aku bisa tahu? Ibuku ... meninggal di pelukanku, jadi dia yang memberitahuku semuanya. Dia memintaku untuk merebut semuanya kembali. Kalian semua pikir anak kecil nggak bisa mengingat hal ini, tapi aku
더 보기

Bab 586

Norman berdiri di samping dan menunggu instruksi lebih lanjut dari Jason.Jason tidak mengatakan apa-apa, melainkan meraba-raba untuk mencari macis. Namun, setelah mencari cukup lama, dia tetap tidak menemukannya.Melihat situasi itu, Norman segera mengeluarkan macis dari sakunya dan menyalakan rokok Jason.Setelah mengisap rokok itu dalam-dalam, ekspresi Jason tetap terlihat sunyi serta muram dan bahkan tangannya pun bergetar. Setelah terdiam cukup lama, dia baru perlahan-lahan berkata, "Pergilah.""Baik," jawab Norman sambil menatap Jason dengan cemas sebentar, lalu pergi mencari Arya.Saat tiba di kantor Arya, Norman melihat Arya tidak berada di tempat. Setelah menelepon, dia baru tahu Arya berada di gedung poliklinik untuk membantu acara rumah sakit. Dia harus berteriak agar bisa berbicara dengan jelas karena situasi di sana cukup berisik, sehingga mereka tidak mungkin bisa berdiskusi dengan serius. Dia pun langsung berkata akan ke sana, lalu menutup teleponnya.Begitu Norman tiba
더 보기

Bab 587

Janice bertepuk tangan. "Sebenarnya kamu boleh nggak mengatakan kalimat terakhir."....Norman menyampaikan pesan Jason dan sekalian menceritakan kondisi Jason saat ini pada Arya.Begitu mendengar hal itu, Arya langsung menyerahkan tanggung jawab kegiatan itu pada orang lain. "Aku ikut denganmu untuk melihatnya.""Ya," jawab Norman.Saat keduanya berjalan keluar, hujan masih deras. Melihat cuaca itu, Norman pun mengeluarkan payungnya.Arya langsung memuji, "Pak Norman, kamu memang selalu perhatian.""Payung ini dari seorang teman ...," kata Norman sambil menekan tombol untuk otomatis membuka payungnya.Namun, begitu melihat bagian dalam payungnya, keduanya langsung mengumpat secara bersamaan."Sialan!" umpat Arya."Sialan. Ini dari seorang musuh," kata Norman sambil menggertakkan giginya."Sepertinya Zion masih dendam karena kamu pernah menghajarnya sampai mukanya bengkak. Kamu ... yakin masih mau menaruh wajahnya tepat di atas kepala kita?" kata Arya sambil menahan tawa saat melihat g
더 보기

Bab 588

Saat mendengar suara itu, Janice melirik melewati Jason dan melihat Rachel yang melambaikan tangan dari ujung sana."Janice," panggil Rachel sambil tersenyum.Janice hanya menganggukkan kepala. Saat itu, dia menyadari Jason ternyata tidak memesan kopi, melainkan memilih segelas susu panas. Dia pun berpikir Jason sungguh perhatian karena orang seperti Rachel yang harus rutin minum obat tidak boleh meminum kopi.Saat terdengar suara pesanan kopinya sudah siap, Janice pun segera mengulurkan tangan dan mengambil kopinya."Aku nggak mengganggu kalian lagi," kata Janice, lalu berbalik dan hendak pergi."Janice, jangan terlalu banyak minum ...," kata Jason yang masih memegang segelas susu."Pak Jason, cepatlah. Hujannya makin deras," teriak Rachel untuk mengingatkan.Suara Rachel yang lebih keras langsung menutupi perkataan Jason, sehingga Janice yang berbalik pun hanya bisa menatap Jason dengan bingung.Saat Janice masih menunggu kelanjutan ucapan Jason, Landon meneleponnya. "Janice, aku sud
더 보기

Bab 589

Janice yang tersadar kembali pun menganggukkan kepala. "Ya, ayo pergi."Saat Janice mengulurkan tangan untuk membuka pintu mobil, Landon menariknya kembali. "Janice, nggak apa-apa. Kamu nggak perlu menekan perasaanmu, aku tahu kamu butuh waktu.""Nggak, kamu benar-benar salah paham. Aku hanya nggak ingin ikut campur dengan urusan Keluarga Karim lagi," kata Janice dengan serius.Setelah merespons, Landon menahan pintu agar Janice masuk ke dalam mobil terlebih dahulu. Janice harus bersiap untuk wawancara malam ini setelah sampai ke rumah, sehingga Janice tidak menahan Landon untuk tetap tinggal.Namun, Landon tidak langsung pergi dan berdiri di depan Janice, lalu perlahan-lahan menundukkan kepala. Dia tahu apa yang ingin dilakukan Landon pun merasa gugup dan secara refleks mengangkat tangan untuk menghalangi. Namun, dia teringat sekarang Jason adalah pacarnya, sehingga dia kembali menurunkan tangannya.Landon berhenti sejenak, lalu mengecup kening Janice. "Semangat."Janice tersenyum dan
더 보기

Bab 590

Mendengar siapa orang yang datang, Rachel tersenyum pada pelayan. "Kita sudah kenalan lama, nggak perlu menunggu di aula utama. Tolong bawa mereka ke ruang tamu samping, sekalian siapkan teh dan camilan. Kami mau mengobrol."Meskipun ruang tamu samping megah dan luas seperti aula utama, tempat itu lebih tersembunyi.Pelayan itu pun menganggukkan kepala.Rachel pergi ke kamar mandi sebentar baru pergi ke ruang tamu samping.Begitu Rachel masuk, Fiona langsung berdiri dengan kesal. "Rachel, kenapa baru datang ke sini sekarang? Kita sudah duduk di aula utama, kamu malah menyuruh kita ke ruang tamu samping ini."Rachel tidak menghiraukan Fiona dan langsung duduk di kursi utama, lalu menyesap teh bunga yang diletakkan di sampingnya. Setelah meletakkan cangkirnya, dia baru menatap Fiona. "Fiona, kapan kamu baru bisa mengubah sifatmu yang gegabah ini?""Apa ... maksudmu ini?" tanya Fiona sambil menatap Rachel dengan bingung.Meskipun Rachel tidak menjelaskan maksudnya, Elaine yang duduk di sa
더 보기
이전
1
...
5758596061
...
71
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status