Home / Pernikahan / Billionaire: Secret Twin Baby / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Billionaire: Secret Twin Baby: Chapter 1 - Chapter 10

13 Chapters

Chapter 1

Mati adalah satu hal yang Sarah Wilson pikirkan. Saat ini, di bar paling terkenal di wilayah Glimmerbrook, Sarah berusaha melupakan keinginannya untuk mati. Dia menghibur diri dengan menghabiskan malam bersama sepupu tiri dan teman-temannya. Mereka menikmati pesta malam itu dengan kegembiraan yang tidak berkesudahan. Sarah bahkan menghabiskan beberapa gelas anggur termahal yang ada di bar tersebut. “Dasar orangtua tidak bertanggung jawab! Bukannya hidup malah meninggal!” cibir Sarah, dia menenguk segelas anggur sampai habis. Tangannya meletakkan gelas dengan hentakkan kuat. Tiga bulan yang lalu, kecelakaan tragis membuat orangtuanya meninggal dunia. Sarah terus menyalahkan dirinya sendiri, dan mengurung diri selama beberapa minggu.Sarah menyesal karena membiarkan ayah dan ibunya pergi keluar kota. Saat itu, dia mendengar ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Tetapi, sebelum sampai di bandara, mobil yang dinaiki oleh orangtuanya tertabrak truk dengan muatan besar. Kecelakaan i
Read more

Chapter 2

Satu bulan berlalu, Sarah berada di sebuah apartemen sederhana yang ada di pinggiran Glimmerbrook. Dia hidup dengan mengandalkan uang yang tersisa di dompetnya. Sarah sama sekali tidak menggunakan cek berisi seratus juta dolar yang dia temukan sewaktu di hotel. Baginya, uang itu adalah penghinaan karena dia bukan seorang pelacur. Sarah menatap layar laptopnya dengan wajah putus asa. Sudah lima belas lamaran pekerjaan yang dia kirim ke berbagai perusahaan, tetapi semuanya ditolak. Sarah sangat membutuhkan uang, jadi dia harus mendapatkan pekerjaan apapun. Sarah kembali mencari informasi, di saat-saat itu, dia melihat sebuah lowongan pekerjaan yang dibuka secara besar-besaran. Tetapi, mereka menginginkan pendaftaran secara langsung. Hari berikutnya, Sarah sudah berdesakan antrean bersama para calon karyawan yang menginginkan pekerjaan. Tidak dia sangka, sebuah suara yang familier menyapanya. “Hei, Sarah? Kamu ikut pembukaan karyawan di perusahaan ini?” Anna berdiri di depannya denga
Read more

Chapter 3

“Mom, kamu harus bekerja hari ini.” Isabella mencium mata Sarah dengan lembut, gadis itu juga merapikan beberapa rambut yang menghalangi wajah cantik Sarah. Perlakuan yang sangat manis. Sarah bangun dari tidurnya, ternyata dia tidur di depan televisi semalam. Sarah sangat lelah karena harus menyelesaikan desain gambarnya, jadi dia tidak sempat ke kamar dan justru tertidur di sofa. “Baiklah. Aku akan membersihkan diri.”“Kak Basty sedang menyiapkan sarapan, aku sudah bilang mau membantunya. Tetapi, dia melarangku dan justru mengataiku karena aku sangat ceroboh saat di dapur.” Isabella cemberut, dia benci saat Sebastian meragukan kemampuannya, walaupun memang benar beberapa kali dia berbuat ulah di dapur. Dia sempat menggosongkan roti dan menumpahkan susu, jadi Sebastian tidak percaya padanya. Sarah menggedong Isabella dan menangkup wajahnya, dengan wajah penuh keteduhan, dia berusaha membujuk putrinya. “Kakakmu sudah paham, jadi biarkan saja dia di dapur. Aku akan mengajarimu la
Read more

Chapter 4

William tidak bisa berhenti memikirkan seorang wanita dan dua anak yang dia temui di bandara. Ada sesuatu di dalam dirinya yang ingin mengklaim bahwa anak itu adalah anaknya sendiri, fitur wajah dan sikap dari dua anak itu persis seperti dirinya. “Sial! Kenapa aku tidak berhenti memikirkannya.” William terus menggerutu, dia sampai tidak bisa tidur dan memilih mabuk dengan berbagai minuman anggur yang dia miliki di rumahnya. Keesokan hari, William mendapat telepon dari wanita yang akan menjadi tunangannya. Dia menatap ponselnya yang berkedip-kedip beberapa kali. Ada beberapa pesan yang tidak dia buka dari tadi malam. Ting! William, kamu akan ke perusahaanku sekarang kan? Aku sudah menyiapkan penyambutan istimewa untukmu! Selamat bertemu nanti, sayang!Wiiliam mengabaikan semua pesan itu. Pikirannya justru dipenuhi oleh dua wajah lucu yang ditemuinya kemarin. Anak-anak itu benar-benar menyita seluruh perhatiannya. Di tempat yang lain, Sarah sedang mempersiapkan sarapan un
Read more

Chapter 5

“Aku bisa saja membuktikan dua barang tidak penting itu, tetapi kalian sudah menyita waktuku untuk mempersiapkan hal yang harus aku lakukan.” Sarah dengan terpaksa mengambil kartu anggota berwarna silver gold yang didesain sangat mewah. Sebuah kartu yang hanya dimiliki oleh beberapa designer terkemuka di seluruh dunia. Wajah Anna berubah pucat. Tidak mungkin Sarah memiliki kartu anggota yang sangat terbatas itu. Dia yakin Sarah pasti mencuri milik orang lain. “Sarah, setelah kamu menjadi wanita murahan ternyata sekarang kamu juga menjadi seorang pembohong yang hina! Kamu berani mencuri kartu milik orang lain dan memakai nama kamu sendiri kan?!” “Lihat saja namaku di situ, Mr. William pasti tahu mana kartu yang asli dan yang palsu.” Sarah berjalan menuju lift dengan wajah puas. Dia yakin Anna akan mengamuk ketika mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sarah bukan wanita lemah yang bisa Anna injak kapan saja, adakalanya seekor harimau bukan hanya mengaum, tetapi juga memangsa. Lima
Read more

Chapter 6

“Kak, mom mungkin tidak akan suka dengan apa yang kita lakukan.” Isabella memainkan botol susunya, dia sedang duduk di kursi sambil menunggu Sebastian menyiapkan roti bakar. Hanya mereka berdua yang berada di apartemen, Sarah sudah pergi bekerja beberapa menit yang lalu, untuk mengerjakan sesuatu di perusahaan barunya. Sebastian meletakkan roti bakar yang masih panas di piring, dengan hati-hati dia mulai mengirisnya menjadi dua bagian. Dia sangat terlatih melakukannya. “Biarkan saja. Mom tidak seharusnya tahu tentang masalah ini,” dia berkata dengan santai. Sebastian tahu rencana yang dia susun dengan Isabella pasti akan mendapat masalah jika ibunya sampai mengetahuinya. Sarah akan melarangnya dan berkata bahwa mereka seharusnya bermain dan tidak mempermasalahkan urusan orang dewasa. Dasar! Setelah roti bakarnya sudah agak dingin, Isabella menyantapnya dengan lahap. Roti buatan kakaknya memang yang terbaik, bahkan ibunya juga tidak sepandai Sebastian. Isabella bahkan hampir ya
Read more

Chapter 7

“Pelacur sepertimu harusnya tetap menjadi sampah dan aib! Kamu sangat tidak pantas berada di perusahaan dengan cara kotormu!” Anna menghina Sarah di depan banyak karyawan. Dia ingin Sarah malu dan pergi dari perusahaannya. Kalau bukan karena acara festival fashion itu, dia tidak mungkin bertemu dengan Sarah. Sarah menekan emosi yang ada di dalam dadanya. Dia tetap ingin bersikap tenang walaupun tuduhan Anna sangat memalukan baginya. Dia berkata dengan nada setenang air di lautan, “kenapa kamu menuduhku dengan begitu cepat? Apakah kamu bisa membuktikan bahwa aku yang salah dalam masalah ini? Aku juga bisa mengirim kamu ke penjara karena tuduhan palsu!” Ancaman yang Sarah berikan membuat Anna semakin tidak sabar. Dia ingin menampar Sarah, tetapi tangannya menggantung di udara. “Apakah kamu mencari masalah lain?” suara berat seorang laki-laki membuat semua orang di ruangan itu menunduk ketakutan, kecuali Sarah. William melempar tangan Anna, lalu bertanya dengan teliti. “Kamu mau m
Read more

Chapter 8

Sarah tidak menghiraukan William yang memperhatikannya. Dia dengan santai menjawab semua pertanyaan kedua malaikat kecilnya dengan penuh perhatian. “Mommy masih di perusahaan, mungkin akan terlambat pulang. Aku harus menyelesaikan sesuatu dulu.” “Mom, kamu tidak pernah pulang terlambat. Katakan apa ada sesuatu?” suara Sebastian tiba-tiba terdengar, dia terlihat sangat khawatir. Sarah tidak bisa mengelak ketika Sebastian yang turun tangan. Dia sama seperti Isabella yang tidak pandai berbohong. Sebastian yang penuh ketelitian akan terus mencari jawaban paling akurat atas pertanyaan yang dilontarkan. Sarah menarik napas dalam, menjelaskan dengan suara pelan. “Perusahaan, tempat Mom bekerja sedang mengalami masalah. Ada dua pejabat yang menuduh mom sebagai pelaku atas masalah itu. Mom belum bisa pulang karena ditahan oleh mereka sampai masalah ini selesai. Jadi, Mom mungkin akan pulang sedikit larut.” “Mom, masalah apa yang sebenarnya terjadi?” Isabella bertanya dengan tekun. Sebenar
Read more

Chapter 9

“Bibi telah menahan ibuku terlalu lama. Aku bisa saja menghubungi polisi dan melaporkan kalian atas tindakan ini.” Sebastian dengan langkah kecilnya mendekati Anna. Dia tidak terlihat takut, sebaliknya dia sangat berani. Setiap langkahnya membuat tubuh kecil itu seperti sedang melakukan pertunjukan paling menakutkan. Anna hanya tersenyum kecil, dia merendahakan tubuhnya agar sejajar dengan Sebastian. “Dengarkan! Aku hanya ingin ibumu mengakui kesalahannya, dengan begitu aku akan melepaskannya nanti, tetapi dia juga harus mengundurkan diri secara pribadi dari festival yang perusahaanku lakukan.” “Bibi, apa kamu lupa, aku hanya memberimu waktu tiga detik!” Isabella memberi isyarat kepada Sebastian. Laki-laki kecil itu mengeluarkan ponsel yang Sarah berikan untuk berkomunikasi. Dia mulai menekan angka kepolisian, dalam sekali tekan maka sambungan telepon polisi akan langsung terdengar. “Aku tidak pernah ragu dengan apa yang aku ucapkan tadi, Bibi. Kamu memiliki satu detik untu
Read more

Chapter 10

Sebastian menoleh pada William yang berdiri dengan kaku. Dia bisa melihat William terkejut dengan kemampuan Isabella. Orang-orang dewasa di sekitarnya juga menunjukkan hal yang sama. Sebastian mendekati William lalu berkata dengan penuh ketegasan, “adikku sudah menyelesaikan pekerjaan perusahaan ini. Itu artiya, kamu harus melepaskan ibuku dan membiarkan kami pergi.”“Tidak mungkin …” Anna memperhatikan layar dengan tatapan tidak percaya. Tubuhnya bergetar karena marah, dia tidak mungkin ditipu oleh penipu kecil itu. Mereka pasti telah melakukan sesuatu. “Kamu … apa yang kamu lakukan dengan perusahaan ini?!” Anna duduk berjongkok, memegang bahu Isabella dan menggoncangkannya kencang. Isabella meritih kesakitan dengan perlakuan tersebut. Dia lalu menggigit tangan Anna sampai berdarah. “Jangan menyentuhku!” Isabella bersembunyi di belakang Sebastian. Dia membenci wanita yang menatapnya dengan tatapan kejam. Sebastian melindungi adiknya, dia berkata dengan mata melotot, “janga
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status