Share

Chapter 3

“Mom, kamu harus bekerja hari ini.” Isabella mencium mata Sarah dengan lembut, gadis itu juga merapikan beberapa rambut yang menghalangi wajah cantik Sarah. Perlakuan yang sangat manis.

Sarah bangun dari tidurnya, ternyata dia tidur di depan televisi semalam. Sarah sangat lelah karena harus menyelesaikan desain gambarnya, jadi dia tidak sempat ke kamar dan justru tertidur di sofa.

“Baiklah. Aku akan membersihkan diri.”

“Kak Basty sedang menyiapkan sarapan, aku sudah bilang mau membantunya. Tetapi, dia melarangku dan justru mengataiku karena aku sangat ceroboh saat di dapur.” Isabella cemberut, dia benci saat Sebastian meragukan kemampuannya, walaupun memang benar beberapa kali dia berbuat ulah di dapur. Dia sempat menggosongkan roti dan menumpahkan susu, jadi Sebastian tidak percaya padanya.

Sarah menggedong Isabella dan menangkup wajahnya, dengan wajah penuh keteduhan, dia berusaha membujuk putrinya. “Kakakmu sudah paham, jadi biarkan saja dia di dapur. Aku akan mengajarimu lain kali, oke?”

Isabella berteriak senang. “Aku akan menangih janjimu, Mom!”

“Mom, bukankah kamu harus pergi bekerja? Bagaimana dengan proyek desain itu? Kamu akan terlambat nanti!” Sebastian berdiri dengan gagah, dia seperti seorang pemimpin yang harus ditaati.

Sarah menggelengkan kepala, dia tidak tahu kalau Sebastian akan menjadi orang yang sangat disiplin. Sepertinya, Sarah hampir lupa kalau dia yang mengajari anaknya untuk bersikap seperti itu. Entah harus bersyukur atau tidak, Sarah pun menuruti Sebastian dan segera mandi.

Di usia yang kelima tahun, Sebastian dan Isabella selalu dididik dengan baik. Sarah mengajari mereka berdua untuk bersikap mandiri dan dispilin. Sarah juga menyuruh mereka untuk melakukan berbagai macam les, para guru yang mengajari mereka pun takjub karena mereka sangat berbakat. Sarah sering mendengar pujian karena anak-anaknya sangat cerdas.

“Aku akan pergi bekerja, guru kalian akan datang sebentar lagi. Basty jangan lupa buatkan minum, dan Isabell, aku harap, kamu tidak berbuat menyebalkan.” Sarah menatap Sebastian dengan penuh perhatian, dia sangat percaya pada anak laki-lakinya. Hanya Sebastian yang mampu mengendalikan sikap Isabella.

Isabella adalah anak perempuan yang aktif, dia sering berbuat jahil kepada teman dan guru lesnya. Sudah beberapa kali Sarah dibuat meminta maaf karena perilaku Isabella. Sangat berbeda dengan Sebastian, anak laki-lakinya tumbuh menjadi sosok yang lebih dewasa, dia sangat displin namun memiliki jiwa pelindung.

Sarah pergi menggunakan mobil yang dia beli beberapa tahun yang lalu. Hari ini adalah pertemuan penting pejabat perusahaannya. Sepertinya mereka ingin melakukan perluasan pemasaran, dan merencanakan bahwa acara fashion itu tidak akan dilakukan di Statehill, melainkan di Glimmerbrook. Hal ini karena ada seorang billionaire yang menyeponsori langsung acara fashion tersebut.

Mendengar nama wilayah yang menjadi sumber penderitaannya, sebenarnya Sarah tidak setuju dan ingin mengundurkan diri. Tetapi, dia tidak bisa melakukannya karena terikat kontrak, kalau dia membatalkannya, maka Sarah harus mengganti rugi dengan jumlah yang sangat besar.

Satu minggu kemudian, Sarah dan kedua anaknya sedang bersiap untuk ke bandara. Sudah enam tahun sejak kepergiannya, hari itu adalah hari kembalinya Sarah ke Glimmerbrook. Kemungkinan besar, mereka akan menetap lama di sana karena perusahaan pusat memilihnya untuk menjadi designer utama di perusahaan cabang.

Sarah mengambil koper dan menuntun Sebastian, sedangkan Isabella merengek tidak mau digandeng karena merasa tidak bebas. Ketika berada di lobi bandara, Isabella yang sedang berjalan ditabrak oleh seorang laki-laki dewasa yang membuatnya jatuh ke lantai.

“Hei! Jangan pergi! Kamu sudah menabrakku!” teriak Isabella dengan lantang. Wajahnya marah karena tubuh bagian belakangnya sangat sakit.

Pria yang mengenakan setelan dan kacamata hitam itu berhenti, dan menunduk. Dia melihat seorang gadis kecil, dengan pipi cubby yang mengenakan bando rusa.

“Kamu harus meminta maaf padaku!”

Laki-laki itu duduk berjongkok dan menatap Isabella dengan wajah datar. “Kenapa harus aku yang minta maaf?”

“Karena kamu salah sudah menabrak dan membuatku jatuh!”

Percakapan mereka berdua mengundang beberapa orang untuk melihatnya. Sepertinya, mereka menjadi pusat perhatian sekarang.

“Kata ibuku, orang yang salah harus meminta maaf. Dan kamu sudah menabrakku, maka minta maaflah segera.” Isabella berdiri dengan wajah sombong, dia tidak suka orang yang melupakan kesalahan mereka begitu saja.

Sikap Isabella membuat para orangtua di sana takjub, mereka tidak mengira bahwa anak yang masih berusia lima tahunan bisa seberani dan secerdas itu.

Pria itu masih diam dan hanya mengamati Isabella, dia merasa ada sesuatu yang tidak asing. Apakah, dia pernah melihat anak itu? Atau anak itu mirip dengan seseorang?

“Isabel, kemana saja kamu?! Mom, sudah mencarimu ke mana-mana! Kamu justru di sini dan bicara dengan pria tidak dikenal!” Sebastian menarik Isabella menjauh dari hadapan pria itu. Dia berbicara dengan nada tegas, “jangan pergi sendirian, ini tempat asing!”

“Kakak, pria itu sudah menabrakku dan membuatku jatuh. Aku memintanya untuk minta maaf, tapi dia hanya diam seperti orang bodoh!” Isabella menatap pria itu dengan kesal.

Sebastian berbalik badan, dan menatap pria itu. Tatapannya tegas dan mengintimidasi. “Segeralah minta maaf padanya!” suara dingin Sebastian membuat beberapa orang yang melihat mereka merinding.

“Baiklah, maafkan aku karena tidak melihat makhluk kecil sepertimu.”

Isabella hampir mengamuk karena tidak terima dengan ucapan laki-laki itu, namun sebelum hal itu terjadi Sarah berhasil menemukan mereka dan membawa mereka pergi.

Sepanjang perjalanan itu pula, Isabella tidak berhenti berceloteh dan terus mengungkapkan kekesalannya. Dia ingin menendang pria dewasa itu karena tidak sopan.

Di lain tempat, Pria itu duduk di ruangan kantornya. Dia masih memikirkan sosok wanita yang ditemuinya tadi, dia pernah bertemu dengan wanita itu.

“Tuan William, Anda memanggil saya?” asisten pribadinya datang dan menunduk hormat.

“Max, kamu tahu wanita yang aku temukan di bar?” William Blackwood bertanya dengan gelisah. Sejak malam kejadian di bar, enam tahun yang lalu, William berusaha mencari identitas wanita itu namun tidak pernah ketemu. Max, asistennya berkata kalau wanita yang dia sewa tidak datang karena terlambat, sedangkan William adalah orang yang sangat benci dengan ketidakdisiplinan.

Semula, William tidak tahu mengenai masalah itu, karena sebelumnya Max juga mengatakan kalau wanita yang dia sewa mengenakan baju berwarna merah dan rambut tergerai. Di saat itulah William menemukan Sarah—mendapat masalah karena segerombolan pria.

William sangat menikmati malam itu, gairah yang ditawarkan wanita asing itu sangat berbeda dengan para wanita sewaannya. Dia bahkan baru tahu kalau wanita itu masih perawan, oleh karena itu dia memberikan imbalan yang tidak sedikit. Dia meletakkan selembar cek berisi 100 juta dolar, dan pergi menjelang pagi.

Max menghela napas berat, kenyataan bahwa dia tidak bisa menemukan wanita asing itu membuatnya merasa bodoh. Max merasa ada yang tidak benar karena dia sampai menyewa beberapa detektif untuk menemukan wanita itu, tetapi nihil. Tidak ada informasi apapun. Wanita asing itu seolah-olah lenyap dari dunia.

“Maaf, Pak. Saya tidak tahu anda bermalam dengan siapa, karena selama ini saya tidak berhasil menemukan wanita itu.”

William tahu Max akan mengatakan hal yang sama, tetapi kejadian tadi tidak bisa dia lupakan. Wajah dan pakaian wanita itu membuatnya mabuk.

“Siapa kamu sebenarnya? Dan anak itu … kenapa aku merasa dia sangat mirip denganku.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status