“Mom, kamu harus bekerja hari ini.” Isabella mencium mata Sarah dengan lembut, gadis itu juga merapikan beberapa rambut yang menghalangi wajah cantik Sarah. Perlakuan yang sangat manis.
Sarah bangun dari tidurnya, ternyata dia tidur di depan televisi semalam. Sarah sangat lelah karena harus menyelesaikan desain gambarnya, jadi dia tidak sempat ke kamar dan justru tertidur di sofa. “Baiklah. Aku akan membersihkan diri.” “Kak Basty sedang menyiapkan sarapan, aku sudah bilang mau membantunya. Tetapi, dia melarangku dan justru mengataiku karena aku sangat ceroboh saat di dapur.” Isabella cemberut, dia benci saat Sebastian meragukan kemampuannya, walaupun memang benar beberapa kali dia berbuat ulah di dapur. Dia sempat menggosongkan roti dan menumpahkan susu, jadi Sebastian tidak percaya padanya. Sarah menggedong Isabella dan menangkup wajahnya, dengan wajah penuh keteduhan, dia berusaha membujuk putrinya. “Kakakmu sudah paham, jadi biarkan saja dia di dapur. Aku akan mengajarimu lain kali, oke?” Isabella berteriak senang. “Aku akan menangih janjimu, Mom!” “Mom, bukankah kamu harus pergi bekerja? Bagaimana dengan proyek desain itu? Kamu akan terlambat nanti!” Sebastian berdiri dengan gagah, dia seperti seorang pemimpin yang harus ditaati. Sarah menggelengkan kepala, dia tidak tahu kalau Sebastian akan menjadi orang yang sangat disiplin. Sepertinya, Sarah hampir lupa kalau dia yang mengajari anaknya untuk bersikap seperti itu. Entah harus bersyukur atau tidak, Sarah pun menuruti Sebastian dan segera mandi. Di usia yang kelima tahun, Sebastian dan Isabella selalu dididik dengan baik. Sarah mengajari mereka berdua untuk bersikap mandiri dan dispilin. Sarah juga menyuruh mereka untuk melakukan berbagai macam les, para guru yang mengajari mereka pun takjub karena mereka sangat berbakat. Sarah sering mendengar pujian karena anak-anaknya sangat cerdas. “Aku akan pergi bekerja, guru kalian akan datang sebentar lagi. Basty jangan lupa buatkan minum, dan Isabell, aku harap, kamu tidak berbuat menyebalkan.” Sarah menatap Sebastian dengan penuh perhatian, dia sangat percaya pada anak laki-lakinya. Hanya Sebastian yang mampu mengendalikan sikap Isabella. Isabella adalah anak perempuan yang aktif, dia sering berbuat jahil kepada teman dan guru lesnya. Sudah beberapa kali Sarah dibuat meminta maaf karena perilaku Isabella. Sangat berbeda dengan Sebastian, anak laki-lakinya tumbuh menjadi sosok yang lebih dewasa, dia sangat displin namun memiliki jiwa pelindung. Sarah pergi menggunakan mobil yang dia beli beberapa tahun yang lalu. Hari ini adalah pertemuan penting pejabat perusahaannya. Sepertinya mereka ingin melakukan perluasan pemasaran, dan merencanakan bahwa acara fashion itu tidak akan dilakukan di Statehill, melainkan di Glimmerbrook. Hal ini karena ada seorang billionaire yang menyeponsori langsung acara fashion tersebut. Mendengar nama wilayah yang menjadi sumber penderitaannya, sebenarnya Sarah tidak setuju dan ingin mengundurkan diri. Tetapi, dia tidak bisa melakukannya karena terikat kontrak, kalau dia membatalkannya, maka Sarah harus mengganti rugi dengan jumlah yang sangat besar. Satu minggu kemudian, Sarah dan kedua anaknya sedang bersiap untuk ke bandara. Sudah enam tahun sejak kepergiannya, hari itu adalah hari kembalinya Sarah ke Glimmerbrook. Kemungkinan besar, mereka akan menetap lama di sana karena perusahaan pusat memilihnya untuk menjadi designer utama di perusahaan cabang. Sarah mengambil koper dan menuntun Sebastian, sedangkan Isabella merengek tidak mau digandeng karena merasa tidak bebas. Ketika berada di lobi bandara, Isabella yang sedang berjalan ditabrak oleh seorang laki-laki dewasa yang membuatnya jatuh ke lantai. “Hei! Jangan pergi! Kamu sudah menabrakku!” teriak Isabella dengan lantang. Wajahnya marah karena tubuh bagian belakangnya sangat sakit. Pria yang mengenakan setelan dan kacamata hitam itu berhenti, dan menunduk. Dia melihat seorang gadis kecil, dengan pipi cubby yang mengenakan bando rusa. “Kamu harus meminta maaf padaku!” Laki-laki itu duduk berjongkok dan menatap Isabella dengan wajah datar. “Kenapa harus aku yang minta maaf?” “Karena kamu salah sudah menabrak dan membuatku jatuh!” Percakapan mereka berdua mengundang beberapa orang untuk melihatnya. Sepertinya, mereka menjadi pusat perhatian sekarang. “Kata ibuku, orang yang salah harus meminta maaf. Dan kamu sudah menabrakku, maka minta maaflah segera.” Isabella berdiri dengan wajah sombong, dia tidak suka orang yang melupakan kesalahan mereka begitu saja. Sikap Isabella membuat para orangtua di sana takjub, mereka tidak mengira bahwa anak yang masih berusia lima tahunan bisa seberani dan secerdas itu. Pria itu masih diam dan hanya mengamati Isabella, dia merasa ada sesuatu yang tidak asing. Apakah, dia pernah melihat anak itu? Atau anak itu mirip dengan seseorang? “Isabel, kemana saja kamu?! Mom, sudah mencarimu ke mana-mana! Kamu justru di sini dan bicara dengan pria tidak dikenal!” Sebastian menarik Isabella menjauh dari hadapan pria itu. Dia berbicara dengan nada tegas, “jangan pergi sendirian, ini tempat asing!” “Kakak, pria itu sudah menabrakku dan membuatku jatuh. Aku memintanya untuk minta maaf, tapi dia hanya diam seperti orang bodoh!” Isabella menatap pria itu dengan kesal. Sebastian berbalik badan, dan menatap pria itu. Tatapannya tegas dan mengintimidasi. “Segeralah minta maaf padanya!” suara dingin Sebastian membuat beberapa orang yang melihat mereka merinding. “Baiklah, maafkan aku karena tidak melihat makhluk kecil sepertimu.” Isabella hampir mengamuk karena tidak terima dengan ucapan laki-laki itu, namun sebelum hal itu terjadi Sarah berhasil menemukan mereka dan membawa mereka pergi. Sepanjang perjalanan itu pula, Isabella tidak berhenti berceloteh dan terus mengungkapkan kekesalannya. Dia ingin menendang pria dewasa itu karena tidak sopan. Di lain tempat, Pria itu duduk di ruangan kantornya. Dia masih memikirkan sosok wanita yang ditemuinya tadi, dia pernah bertemu dengan wanita itu. “Tuan William, Anda memanggil saya?” asisten pribadinya datang dan menunduk hormat. “Max, kamu tahu wanita yang aku temukan di bar?” William Blackwood bertanya dengan gelisah. Sejak malam kejadian di bar, enam tahun yang lalu, William berusaha mencari identitas wanita itu namun tidak pernah ketemu. Max, asistennya berkata kalau wanita yang dia sewa tidak datang karena terlambat, sedangkan William adalah orang yang sangat benci dengan ketidakdisiplinan. Semula, William tidak tahu mengenai masalah itu, karena sebelumnya Max juga mengatakan kalau wanita yang dia sewa mengenakan baju berwarna merah dan rambut tergerai. Di saat itulah William menemukan Sarah—mendapat masalah karena segerombolan pria. William sangat menikmati malam itu, gairah yang ditawarkan wanita asing itu sangat berbeda dengan para wanita sewaannya. Dia bahkan baru tahu kalau wanita itu masih perawan, oleh karena itu dia memberikan imbalan yang tidak sedikit. Dia meletakkan selembar cek berisi 100 juta dolar, dan pergi menjelang pagi. Max menghela napas berat, kenyataan bahwa dia tidak bisa menemukan wanita asing itu membuatnya merasa bodoh. Max merasa ada yang tidak benar karena dia sampai menyewa beberapa detektif untuk menemukan wanita itu, tetapi nihil. Tidak ada informasi apapun. Wanita asing itu seolah-olah lenyap dari dunia. “Maaf, Pak. Saya tidak tahu anda bermalam dengan siapa, karena selama ini saya tidak berhasil menemukan wanita itu.” William tahu Max akan mengatakan hal yang sama, tetapi kejadian tadi tidak bisa dia lupakan. Wajah dan pakaian wanita itu membuatnya mabuk. “Siapa kamu sebenarnya? Dan anak itu … kenapa aku merasa dia sangat mirip denganku.”William tidak bisa berhenti memikirkan seorang wanita dan dua anak yang dia temui di bandara. Ada sesuatu di dalam dirinya yang ingin mengklaim bahwa anak itu adalah anaknya sendiri, fitur wajah dan sikap dari dua anak itu persis seperti dirinya. “Sial! Kenapa aku tidak berhenti memikirkannya.” William terus menggerutu, dia sampai tidak bisa tidur dan memilih mabuk dengan berbagai minuman anggur yang dia miliki di rumahnya. Keesokan hari, William mendapat telepon dari wanita yang akan menjadi tunangannya. Dia menatap ponselnya yang berkedip-kedip beberapa kali. Ada beberapa pesan yang tidak dia buka dari tadi malam. Ting! William, kamu akan ke perusahaanku sekarang kan? Aku sudah menyiapkan penyambutan istimewa untukmu! Selamat bertemu nanti, sayang!Wiiliam mengabaikan semua pesan itu. Pikirannya justru dipenuhi oleh dua wajah lucu yang ditemuinya kemarin. Anak-anak itu benar-benar menyita seluruh perhatiannya. Di tempat yang lain, Sarah sedang mempersiapkan sarapan un
“Aku bisa saja membuktikan dua barang tidak penting itu, tetapi kalian sudah menyita waktuku untuk mempersiapkan hal yang harus aku lakukan.” Sarah dengan terpaksa mengambil kartu anggota berwarna silver gold yang didesain sangat mewah. Sebuah kartu yang hanya dimiliki oleh beberapa designer terkemuka di seluruh dunia. Wajah Anna berubah pucat. Tidak mungkin Sarah memiliki kartu anggota yang sangat terbatas itu. Dia yakin Sarah pasti mencuri milik orang lain. “Sarah, setelah kamu menjadi wanita murahan ternyata sekarang kamu juga menjadi seorang pembohong yang hina! Kamu berani mencuri kartu milik orang lain dan memakai nama kamu sendiri kan?!” “Lihat saja namaku di situ, Mr. William pasti tahu mana kartu yang asli dan yang palsu.” Sarah berjalan menuju lift dengan wajah puas. Dia yakin Anna akan mengamuk ketika mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sarah bukan wanita lemah yang bisa Anna injak kapan saja, adakalanya seekor harimau bukan hanya mengaum, tetapi juga memangsa. Lima
“Kak, mom mungkin tidak akan suka dengan apa yang kita lakukan.” Isabella memainkan botol susunya, dia sedang duduk di kursi sambil menunggu Sebastian menyiapkan roti bakar. Hanya mereka berdua yang berada di apartemen, Sarah sudah pergi bekerja beberapa menit yang lalu, untuk mengerjakan sesuatu di perusahaan barunya. Sebastian meletakkan roti bakar yang masih panas di piring, dengan hati-hati dia mulai mengirisnya menjadi dua bagian. Dia sangat terlatih melakukannya. “Biarkan saja. Mom tidak seharusnya tahu tentang masalah ini,” dia berkata dengan santai. Sebastian tahu rencana yang dia susun dengan Isabella pasti akan mendapat masalah jika ibunya sampai mengetahuinya. Sarah akan melarangnya dan berkata bahwa mereka seharusnya bermain dan tidak mempermasalahkan urusan orang dewasa. Dasar! Setelah roti bakarnya sudah agak dingin, Isabella menyantapnya dengan lahap. Roti buatan kakaknya memang yang terbaik, bahkan ibunya juga tidak sepandai Sebastian. Isabella bahkan hampir ya
“Pelacur sepertimu harusnya tetap menjadi sampah dan aib! Kamu sangat tidak pantas berada di perusahaan dengan cara kotormu!” Anna menghina Sarah di depan banyak karyawan. Dia ingin Sarah malu dan pergi dari perusahaannya. Kalau bukan karena acara festival fashion itu, dia tidak mungkin bertemu dengan Sarah. Sarah menekan emosi yang ada di dalam dadanya. Dia tetap ingin bersikap tenang walaupun tuduhan Anna sangat memalukan baginya. Dia berkata dengan nada setenang air di lautan, “kenapa kamu menuduhku dengan begitu cepat? Apakah kamu bisa membuktikan bahwa aku yang salah dalam masalah ini? Aku juga bisa mengirim kamu ke penjara karena tuduhan palsu!” Ancaman yang Sarah berikan membuat Anna semakin tidak sabar. Dia ingin menampar Sarah, tetapi tangannya menggantung di udara. “Apakah kamu mencari masalah lain?” suara berat seorang laki-laki membuat semua orang di ruangan itu menunduk ketakutan, kecuali Sarah. William melempar tangan Anna, lalu bertanya dengan teliti. “Kamu mau m
Sarah tidak menghiraukan William yang memperhatikannya. Dia dengan santai menjawab semua pertanyaan kedua malaikat kecilnya dengan penuh perhatian. “Mommy masih di perusahaan, mungkin akan terlambat pulang. Aku harus menyelesaikan sesuatu dulu.” “Mom, kamu tidak pernah pulang terlambat. Katakan apa ada sesuatu?” suara Sebastian tiba-tiba terdengar, dia terlihat sangat khawatir. Sarah tidak bisa mengelak ketika Sebastian yang turun tangan. Dia sama seperti Isabella yang tidak pandai berbohong. Sebastian yang penuh ketelitian akan terus mencari jawaban paling akurat atas pertanyaan yang dilontarkan. Sarah menarik napas dalam, menjelaskan dengan suara pelan. “Perusahaan, tempat Mom bekerja sedang mengalami masalah. Ada dua pejabat yang menuduh mom sebagai pelaku atas masalah itu. Mom belum bisa pulang karena ditahan oleh mereka sampai masalah ini selesai. Jadi, Mom mungkin akan pulang sedikit larut.” “Mom, masalah apa yang sebenarnya terjadi?” Isabella bertanya dengan tekun. Sebenar
“Bibi telah menahan ibuku terlalu lama. Aku bisa saja menghubungi polisi dan melaporkan kalian atas tindakan ini.” Sebastian dengan langkah kecilnya mendekati Anna. Dia tidak terlihat takut, sebaliknya dia sangat berani. Setiap langkahnya membuat tubuh kecil itu seperti sedang melakukan pertunjukan paling menakutkan. Anna hanya tersenyum kecil, dia merendahakan tubuhnya agar sejajar dengan Sebastian. “Dengarkan! Aku hanya ingin ibumu mengakui kesalahannya, dengan begitu aku akan melepaskannya nanti, tetapi dia juga harus mengundurkan diri secara pribadi dari festival yang perusahaanku lakukan.” “Bibi, apa kamu lupa, aku hanya memberimu waktu tiga detik!” Isabella memberi isyarat kepada Sebastian. Laki-laki kecil itu mengeluarkan ponsel yang Sarah berikan untuk berkomunikasi. Dia mulai menekan angka kepolisian, dalam sekali tekan maka sambungan telepon polisi akan langsung terdengar. “Aku tidak pernah ragu dengan apa yang aku ucapkan tadi, Bibi. Kamu memiliki satu detik untu
Sebastian menoleh pada William yang berdiri dengan kaku. Dia bisa melihat William terkejut dengan kemampuan Isabella. Orang-orang dewasa di sekitarnya juga menunjukkan hal yang sama. Sebastian mendekati William lalu berkata dengan penuh ketegasan, “adikku sudah menyelesaikan pekerjaan perusahaan ini. Itu artiya, kamu harus melepaskan ibuku dan membiarkan kami pergi.”“Tidak mungkin …” Anna memperhatikan layar dengan tatapan tidak percaya. Tubuhnya bergetar karena marah, dia tidak mungkin ditipu oleh penipu kecil itu. Mereka pasti telah melakukan sesuatu. “Kamu … apa yang kamu lakukan dengan perusahaan ini?!” Anna duduk berjongkok, memegang bahu Isabella dan menggoncangkannya kencang. Isabella meritih kesakitan dengan perlakuan tersebut. Dia lalu menggigit tangan Anna sampai berdarah. “Jangan menyentuhku!” Isabella bersembunyi di belakang Sebastian. Dia membenci wanita yang menatapnya dengan tatapan kejam. Sebastian melindungi adiknya, dia berkata dengan mata melotot, “janga
Sebastian memandang Isabella, adiknya memberi tahu lewat isyarat agar Sebastian yang menjelaskan. “Kami bukan anak kecil lagi, Mom. Aku akan tahu kalau kamu berada dalam bahaya.”Sarah merasa hatinya menghangat, anak laki-lakinya sudah tumbuh semakin dewasa. “Aku sangat berterima kasih kepada kalian, maafkan aku karena terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai melewatkan kebersamaan kita.” “No, problem, Mom. Kamu sudah bekerja keras selama ini.” Sarah memeluk Sebastian dengan erat. Dia sampai meneteskan air mata karena terharu dengan perilaku anak-anaknya. “Jangan khawatir, Mom, aku dan Isabella akan menjaga kamu.”Sarah hanya mengangguk sebagai jawaban, dalam hatinya dia masih mempertanyakan ucapan Sebastian yang akan menjaganya. Anak berusia lima tahun mana mungkin benar-benar memahami apa arti kata ‘menjaga’. Namun, setidaknya Sarah harus bersyukur karena masalah hari ini telah selesai. “Mom, aku dan kakak sangat menyayangimu. Kalau ada orang yang berniat jahat, maka aku dan
William meremas ponselnya dengan kesal. Perasaannya sangat marah sampai-sampai dia membuang beberapa dokumen di mejanya. Selama menjadi seorang pria dewasa tidak ada satu pun orang yang mampu untuk mempermainkannya, tetapi kejadian ini sungguh di luar nalar. Anak itu … William menangkan diri. Ketika dia berhasil melakukannya, dia berencana untuk memberi tahu Sarah mengenai perilaku Sebastian Wilson. Dia akan melihat sendiri bagaimana Nyonya Wilson murka. Senyuman di bibir William sudah menjelaskan semuanya. Tetapi, langkahnya berhenti di depan ruangan. Dia kembali berpikir, jika dia memberitahu Sarah, maka anak itu pasti akan kembali bermain-main dengannya. Setelah mempertimbangkan risikonya, William masuk ke ruangan dan duduk di kursi.Dia mengarahkan kursinya ke arah jendela. William sungguh penasaran, bagaimana mungkin seorang anak berusia lima tahun berani mengancamnya. Apa yang akan anak itu lakukan berikutnya? Benarkah mereka akan melakukan hal yang lebih berbahaya? …
Seperti biasa, pada pagi hari, Sarah akan bangun lebih awal. Dia akan menyiapkan sarapan untuk dirinya dan kedua anaknya. Dia sangat mahir memasak, bahkan Sebastian dan Isabella sampai tidak begitu menyukai makanan luar karena terbiasa dengan masakannya. “Mommy, kamu sudah bangun?” Sebastian datang dengan tangan yang masih mengucek matanya. Sesekali dia menguap karena kantuk. Laki-laki kecil itu duduk di kursi, memandang ibunya memasak. “Mom, kamu akan berangkat bekerja?” wajah Sebastian terlihat tidak suka. Sarah memberikan morning kiss di pipi kanan Sebastian. Dia lalu menjawab, “Yes, Honey. Pekerjaanku sedang hetic, dan sepertinya aku akan lembur.”Sebastian menghela napasnya panjang. Ada kekecewaan di matanya, “Mom, kamu tidak perlu bekerja terlalu keras, hasil modelingku sudah sangat cukup untuk hidup.”Ketika di Statehill, Sebastian memang sangat terkenal di dunia modeling anak-anak. Bukan karena wajahnya yang sangat tampan, tetapi gayanya juga menarik. Banyak yang mengata
Sebastian memandang Isabella, adiknya memberi tahu lewat isyarat agar Sebastian yang menjelaskan. “Kami bukan anak kecil lagi, Mom. Aku akan tahu kalau kamu berada dalam bahaya.”Sarah merasa hatinya menghangat, anak laki-lakinya sudah tumbuh semakin dewasa. “Aku sangat berterima kasih kepada kalian, maafkan aku karena terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai melewatkan kebersamaan kita.” “No, problem, Mom. Kamu sudah bekerja keras selama ini.” Sarah memeluk Sebastian dengan erat. Dia sampai meneteskan air mata karena terharu dengan perilaku anak-anaknya. “Jangan khawatir, Mom, aku dan Isabella akan menjaga kamu.”Sarah hanya mengangguk sebagai jawaban, dalam hatinya dia masih mempertanyakan ucapan Sebastian yang akan menjaganya. Anak berusia lima tahun mana mungkin benar-benar memahami apa arti kata ‘menjaga’. Namun, setidaknya Sarah harus bersyukur karena masalah hari ini telah selesai. “Mom, aku dan kakak sangat menyayangimu. Kalau ada orang yang berniat jahat, maka aku dan
Sebastian menoleh pada William yang berdiri dengan kaku. Dia bisa melihat William terkejut dengan kemampuan Isabella. Orang-orang dewasa di sekitarnya juga menunjukkan hal yang sama. Sebastian mendekati William lalu berkata dengan penuh ketegasan, “adikku sudah menyelesaikan pekerjaan perusahaan ini. Itu artiya, kamu harus melepaskan ibuku dan membiarkan kami pergi.”“Tidak mungkin …” Anna memperhatikan layar dengan tatapan tidak percaya. Tubuhnya bergetar karena marah, dia tidak mungkin ditipu oleh penipu kecil itu. Mereka pasti telah melakukan sesuatu. “Kamu … apa yang kamu lakukan dengan perusahaan ini?!” Anna duduk berjongkok, memegang bahu Isabella dan menggoncangkannya kencang. Isabella meritih kesakitan dengan perlakuan tersebut. Dia lalu menggigit tangan Anna sampai berdarah. “Jangan menyentuhku!” Isabella bersembunyi di belakang Sebastian. Dia membenci wanita yang menatapnya dengan tatapan kejam. Sebastian melindungi adiknya, dia berkata dengan mata melotot, “janga
“Bibi telah menahan ibuku terlalu lama. Aku bisa saja menghubungi polisi dan melaporkan kalian atas tindakan ini.” Sebastian dengan langkah kecilnya mendekati Anna. Dia tidak terlihat takut, sebaliknya dia sangat berani. Setiap langkahnya membuat tubuh kecil itu seperti sedang melakukan pertunjukan paling menakutkan. Anna hanya tersenyum kecil, dia merendahakan tubuhnya agar sejajar dengan Sebastian. “Dengarkan! Aku hanya ingin ibumu mengakui kesalahannya, dengan begitu aku akan melepaskannya nanti, tetapi dia juga harus mengundurkan diri secara pribadi dari festival yang perusahaanku lakukan.” “Bibi, apa kamu lupa, aku hanya memberimu waktu tiga detik!” Isabella memberi isyarat kepada Sebastian. Laki-laki kecil itu mengeluarkan ponsel yang Sarah berikan untuk berkomunikasi. Dia mulai menekan angka kepolisian, dalam sekali tekan maka sambungan telepon polisi akan langsung terdengar. “Aku tidak pernah ragu dengan apa yang aku ucapkan tadi, Bibi. Kamu memiliki satu detik untu
Sarah tidak menghiraukan William yang memperhatikannya. Dia dengan santai menjawab semua pertanyaan kedua malaikat kecilnya dengan penuh perhatian. “Mommy masih di perusahaan, mungkin akan terlambat pulang. Aku harus menyelesaikan sesuatu dulu.” “Mom, kamu tidak pernah pulang terlambat. Katakan apa ada sesuatu?” suara Sebastian tiba-tiba terdengar, dia terlihat sangat khawatir. Sarah tidak bisa mengelak ketika Sebastian yang turun tangan. Dia sama seperti Isabella yang tidak pandai berbohong. Sebastian yang penuh ketelitian akan terus mencari jawaban paling akurat atas pertanyaan yang dilontarkan. Sarah menarik napas dalam, menjelaskan dengan suara pelan. “Perusahaan, tempat Mom bekerja sedang mengalami masalah. Ada dua pejabat yang menuduh mom sebagai pelaku atas masalah itu. Mom belum bisa pulang karena ditahan oleh mereka sampai masalah ini selesai. Jadi, Mom mungkin akan pulang sedikit larut.” “Mom, masalah apa yang sebenarnya terjadi?” Isabella bertanya dengan tekun. Sebenar
“Pelacur sepertimu harusnya tetap menjadi sampah dan aib! Kamu sangat tidak pantas berada di perusahaan dengan cara kotormu!” Anna menghina Sarah di depan banyak karyawan. Dia ingin Sarah malu dan pergi dari perusahaannya. Kalau bukan karena acara festival fashion itu, dia tidak mungkin bertemu dengan Sarah. Sarah menekan emosi yang ada di dalam dadanya. Dia tetap ingin bersikap tenang walaupun tuduhan Anna sangat memalukan baginya. Dia berkata dengan nada setenang air di lautan, “kenapa kamu menuduhku dengan begitu cepat? Apakah kamu bisa membuktikan bahwa aku yang salah dalam masalah ini? Aku juga bisa mengirim kamu ke penjara karena tuduhan palsu!” Ancaman yang Sarah berikan membuat Anna semakin tidak sabar. Dia ingin menampar Sarah, tetapi tangannya menggantung di udara. “Apakah kamu mencari masalah lain?” suara berat seorang laki-laki membuat semua orang di ruangan itu menunduk ketakutan, kecuali Sarah. William melempar tangan Anna, lalu bertanya dengan teliti. “Kamu mau m
“Kak, mom mungkin tidak akan suka dengan apa yang kita lakukan.” Isabella memainkan botol susunya, dia sedang duduk di kursi sambil menunggu Sebastian menyiapkan roti bakar. Hanya mereka berdua yang berada di apartemen, Sarah sudah pergi bekerja beberapa menit yang lalu, untuk mengerjakan sesuatu di perusahaan barunya. Sebastian meletakkan roti bakar yang masih panas di piring, dengan hati-hati dia mulai mengirisnya menjadi dua bagian. Dia sangat terlatih melakukannya. “Biarkan saja. Mom tidak seharusnya tahu tentang masalah ini,” dia berkata dengan santai. Sebastian tahu rencana yang dia susun dengan Isabella pasti akan mendapat masalah jika ibunya sampai mengetahuinya. Sarah akan melarangnya dan berkata bahwa mereka seharusnya bermain dan tidak mempermasalahkan urusan orang dewasa. Dasar! Setelah roti bakarnya sudah agak dingin, Isabella menyantapnya dengan lahap. Roti buatan kakaknya memang yang terbaik, bahkan ibunya juga tidak sepandai Sebastian. Isabella bahkan hampir ya
“Aku bisa saja membuktikan dua barang tidak penting itu, tetapi kalian sudah menyita waktuku untuk mempersiapkan hal yang harus aku lakukan.” Sarah dengan terpaksa mengambil kartu anggota berwarna silver gold yang didesain sangat mewah. Sebuah kartu yang hanya dimiliki oleh beberapa designer terkemuka di seluruh dunia. Wajah Anna berubah pucat. Tidak mungkin Sarah memiliki kartu anggota yang sangat terbatas itu. Dia yakin Sarah pasti mencuri milik orang lain. “Sarah, setelah kamu menjadi wanita murahan ternyata sekarang kamu juga menjadi seorang pembohong yang hina! Kamu berani mencuri kartu milik orang lain dan memakai nama kamu sendiri kan?!” “Lihat saja namaku di situ, Mr. William pasti tahu mana kartu yang asli dan yang palsu.” Sarah berjalan menuju lift dengan wajah puas. Dia yakin Anna akan mengamuk ketika mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sarah bukan wanita lemah yang bisa Anna injak kapan saja, adakalanya seekor harimau bukan hanya mengaum, tetapi juga memangsa. Lima