William tidak bisa berhenti memikirkan seorang wanita dan dua anak yang dia temui di bandara. Ada sesuatu di dalam dirinya yang ingin mengklaim bahwa anak itu adalah anaknya sendiri, fitur wajah dan sikap dari dua anak itu persis seperti dirinya.
“Sial! Kenapa aku tidak berhenti memikirkannya.” William terus menggerutu, dia sampai tidak bisa tidur dan memilih mabuk dengan berbagai minuman anggur yang dia miliki di rumahnya. Keesokan hari, William mendapat telepon dari wanita yang akan menjadi tunangannya. Dia menatap ponselnya yang berkedip-kedip beberapa kali. Ada beberapa pesan yang tidak dia buka dari tadi malam. Ting! William, kamu akan ke perusahaanku sekarang kan? Aku sudah menyiapkan penyambutan istimewa untukmu! Selamat bertemu nanti, sayang! Wiiliam mengabaikan semua pesan itu. Pikirannya justru dipenuhi oleh dua wajah lucu yang ditemuinya kemarin. Anak-anak itu benar-benar menyita seluruh perhatiannya. Di tempat yang lain, Sarah sedang mempersiapkan sarapan untuk dua orang anaknya. Dia mengenakan apron berwarna hitam, dan rambut yang dicepol asal, membuatnya tampak cantik meskipun dengan penampilan sederhana. “Mom, bagaimana dengan sekolahku dan Isabel?” Sebastian memandang Sarah dengan wajah serius, dia tidak mau hanya berdiam diri di apartemen. Meskipun tempat itu juga tidak terlalu buruk, karena Sarah membeli apartemen yang cukup mewah. Sarah meletakkan apronnya, menggeser kursi lalu duduk di depan Sebastian dan Isabel. “Aku akan mencarikan kalian guru privat yang bagus. Sekarang, nikmati dulu waktu kalian untuk beristirahat.” Isabella menggeleng, “Mom, aku akan mati bosan kalau kamu mencarikannya terlalu lama.” Sebastian juga menyetujui ucapan Isabella. Selama ini, dia dan adiknya tidak suka menganggur atau hanya bermain-main. Mereka akan melakukan kesibukan yang lebih bermanfaat, seperti saat di Statehill, ketika Sarah pergi bekerja dan hari itu adalah hari liburnya maka dia dan Isabella akan merawat tanaman atau menjaga anjing tetangga. Sarah bahkan kagum dengan sikap anak-anaknya, dibandingkan anak seusianya, Sebastian dan Isabella memiliki pemikiran yang lebih dewasa. “Baiklah. Aku akan mengatur semuanya setelah bekerja nanti, aku juga akan mencarikan tempat untuk modeling.” Satu jam kemudian, Sarah berangkat bekerja. Dia berpesan agar kedua anaknya tidak menyusahkan tetangga atau petugas apartemen. Perjalanan ke perusahaan terasa lebih panjang, Sarah melewatkan satu hal yang sangat penting. Tempat utama diselenggarakannya acara fashion terbesar itu adalah perusahaan di bawah pimpinan keluarga Ricardo. Sarah mengecek berkas acara tersebut tadi malam, dan dia syok. Enam tahun Sarah menyembunyikan diri, pada akhirnya dia harus kembali berurusan dengan keluarga itu. Tipu muslihat dan keserakahan keluarga Ricardo membuatnya muak. Dia benar-benar jijik hanya karena melihat keluarga itu. Jari tangan Sarah memegang erat kemudi mobil, seluruh emosinya menumpuk seperti gelombang tsunami yang siap menghancurkan apapun. Kenangan pahit yang dia rasakan sebelumnya adalah hal yang sangat dia sesali. Seharusnya, dia tidak pernah menerima keluarga Ricardo. Dengan begitu, hidupnya pasti akan lebih tenang dan bahagia. Di lobi perusahaan, Sarah menegakkan punggungnya. Dia sudah memperingatkan dirinya sendiri agar tidak terlihat lemah di depan keluarga Ricardo. Sekarang, Sarah adalah wanita tegas dan tidak mudah dipatahkan. Jadi, dia akan membuktikan bahwa tanpa bantuan apapun dari keluarga Ricardo, dia mampu berdiri dengan gagah. Sarah bertanya kepada resepsionis, “Permisi, saya mau tanya, di mana tempat meeting untuk acara fashion terbesar yang diadakan di perusahaan ini?” Cloe, sang resepsionis menatap Sarah dengan pandangan menyelidik. “Anda siapa?” Ketika Sarah ingin menjawab, satu suara yang sudah dia hapal menyapanya dengan nada tidak suka sekaligus terkejut. “SARAH! KAMU BENERAN SARAH KAN?!” Anna mendekat diikuti oleh beberapa orang bawahannya. Sarah enggan menjawab, jadi dia tetap menunggu Cloe. Dia bertanya dengan suara yang lebih keras, “di mana ruangannya?!” “Ah, maaf. Anda naik lift ke lantai paling atas. Di sana ada ruangan besar yang akan menjadi tempat meeting acara tersebut.” Cloe menunduk, dia takut kalau Anna akan memarahinya karena membiarkan tamu menunggu lama. Namun, perkiraan Cloe salah besar. Sarah mengangguk, dan tetap mengabaikan keberadaan Anna. Dia berniat ingin pergi, tetapi Anna justru menghentikannya dengan sarkas. “Hei, mentang-mentang enam tahun sudah menghilang gitu aja. Kamu jadi lupa siapa yang bicara sama kamu!” Anna menarik tangan Sarah. “Aku tahu kamu itu Sarah! Dasar pengecut!” “Ada hal yang lebih penting yang harus aku urus sekarang.” Sarah bicara dengan tenang, emosinya tertata dengan baik. “Sarah, aku dengar-dengar kamu hamil anak para pria itu, ya? Wahh … kejutan yang sangat luar biasa. Pasti orangtua kamu sangat kecewa kalau anaknya sudah menjadi wanita pelacur!” Satu tamparan keras mendarat di pipi Anna, Sarah menatap nyalang ke arah wanita itu. Tatapannya menggelap, emosi yang sejak tadi dia tahan akhirnya keluar. “Jangan memfitnahku dengan mulut busukmu itu! Aku tahu semuanya, kamu adalah orang yang paling menginginkan kesengsaraanku!” Anna memegang pipinya yang merah, berjejak tangan Sarah yang menamparnya. Dia tidak kalah bengis, dan kembali menjelekkan Sarah. “Wanita murahan sepertimu tidak layak hidup! Keluarga Wilson sangat tidak beruntung!” Sarah mengangkat tangannya dan hampir menampar Anna lagi, tetapi tangannya tertahan di udara. Dia menoleh, melihat seorang pria yang mengenakan stelan hitam. Pria itu berdiri sangat tenang, wajahnya datar tanpa emosi apapun, dia menatap Sarah dengan begitu dalam. Seperti lautan biru yang ternyata menyimpan sejuta bahaya. “Sayang, beruntung kamu di sini.” Anna langsung menggandeng pria itu dan menatap Sarah dengan pandangan benci. “Sayang, lihat wanita murahan ini, dia menamparku tadi membuat pipiku sangat sakit,” ucapannya sangat manja. Pria itu adalah William Blackwood, calon tunangan Anna Ricardo yang sebentar lagi akan melangsungkan pesta pertunangan. Pasangan itu menjadi trending topik di Glimmerbrook selama beberapa waktu. Banyak wanita yang iri kepada Anna karena mendapatkan sosok laki-laki sempurna. Billionaire yang kekayaannya mungkin tidak akan pernah habis sampai tujuh turunan. William menatap pipi kanan Anna yang masih merah, dia lalu berkata dengan suara dingin. “Apa yang Anda lakukan di sini?” Sarah memposisikan tubuhnya, keangkuhan sekaligus keanggunannya membuat beberapa pengawal William menarik napas dalam-dalam. “Aku tamu untuk acara fashion terbesar itu,” jawabnya singkat. “MANA MUNGKIN KAMU SEORANG TAMU! Sarah, aku peringatkan agar kamu tahu posisimu. Kamu adalah wanita murahan, dan tidak memiliki apapun.” Anna merasa kasihan kepada Sarah, karena hidupnya yang sudah hancur, dia berani berbohong dengan memalsukan statusnya. Lagipula, tidak mungkin Sarah menjadi tamu di acara mewah itu. Anna menyenderkan kepalanya di bahu William, “lihatlah Willy, Sayang. Aku sangat kasihan padanya. Lebih baik kamu usir saja dia.” “Anda bisa membuktikan kalau anda benar-benar tamu di sini?” sebuah pertanyaan dari William terasa menyudutkan Sarah. “Semua tamu yang berpartisipasi dalam acara itu memiliki sebuah kartu undangan dan tanda anggota. Kamu bisa memperlihatkan salah satunya.” Wajah Sarah berubah, dia tersinggung karena harus repot-repot memperlihatkan barang yang sangat tidak penting itu. “Aku hanya ingin hadir dalam meeting yang harusnya dilaksanakan seperempat jam lagi. Tapi, kalian justru mengacaukan jadwal itu. Aku tidak punya waktu!” William menyatukan alisnya. Darimana wanita itu tahu kalau meeting acara fashion terbesar akan diadakan seperempat jam lagi?“Aku bisa saja membuktikan dua barang tidak penting itu, tetapi kalian sudah menyita waktuku untuk mempersiapkan hal yang harus aku lakukan.” Sarah dengan terpaksa mengambil kartu anggota berwarna silver gold yang didesain sangat mewah. Sebuah kartu yang hanya dimiliki oleh beberapa designer terkemuka di seluruh dunia. Wajah Anna berubah pucat. Tidak mungkin Sarah memiliki kartu anggota yang sangat terbatas itu. Dia yakin Sarah pasti mencuri milik orang lain. “Sarah, setelah kamu menjadi wanita murahan ternyata sekarang kamu juga menjadi seorang pembohong yang hina! Kamu berani mencuri kartu milik orang lain dan memakai nama kamu sendiri kan?!” “Lihat saja namaku di situ, Mr. William pasti tahu mana kartu yang asli dan yang palsu.” Sarah berjalan menuju lift dengan wajah puas. Dia yakin Anna akan mengamuk ketika mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sarah bukan wanita lemah yang bisa Anna injak kapan saja, adakalanya seekor harimau bukan hanya mengaum, tetapi juga memangsa. Lima
“Kak, mom mungkin tidak akan suka dengan apa yang kita lakukan.” Isabella memainkan botol susunya, dia sedang duduk di kursi sambil menunggu Sebastian menyiapkan roti bakar. Hanya mereka berdua yang berada di apartemen, Sarah sudah pergi bekerja beberapa menit yang lalu, untuk mengerjakan sesuatu di perusahaan barunya. Sebastian meletakkan roti bakar yang masih panas di piring, dengan hati-hati dia mulai mengirisnya menjadi dua bagian. Dia sangat terlatih melakukannya. “Biarkan saja. Mom tidak seharusnya tahu tentang masalah ini,” dia berkata dengan santai. Sebastian tahu rencana yang dia susun dengan Isabella pasti akan mendapat masalah jika ibunya sampai mengetahuinya. Sarah akan melarangnya dan berkata bahwa mereka seharusnya bermain dan tidak mempermasalahkan urusan orang dewasa. Dasar! Setelah roti bakarnya sudah agak dingin, Isabella menyantapnya dengan lahap. Roti buatan kakaknya memang yang terbaik, bahkan ibunya juga tidak sepandai Sebastian. Isabella bahkan hampir ya
“Pelacur sepertimu harusnya tetap menjadi sampah dan aib! Kamu sangat tidak pantas berada di perusahaan dengan cara kotormu!” Anna menghina Sarah di depan banyak karyawan. Dia ingin Sarah malu dan pergi dari perusahaannya. Kalau bukan karena acara festival fashion itu, dia tidak mungkin bertemu dengan Sarah. Sarah menekan emosi yang ada di dalam dadanya. Dia tetap ingin bersikap tenang walaupun tuduhan Anna sangat memalukan baginya. Dia berkata dengan nada setenang air di lautan, “kenapa kamu menuduhku dengan begitu cepat? Apakah kamu bisa membuktikan bahwa aku yang salah dalam masalah ini? Aku juga bisa mengirim kamu ke penjara karena tuduhan palsu!” Ancaman yang Sarah berikan membuat Anna semakin tidak sabar. Dia ingin menampar Sarah, tetapi tangannya menggantung di udara. “Apakah kamu mencari masalah lain?” suara berat seorang laki-laki membuat semua orang di ruangan itu menunduk ketakutan, kecuali Sarah. William melempar tangan Anna, lalu bertanya dengan teliti. “Kamu mau m
Mati adalah satu hal yang Sarah Wilson pikirkan. Saat ini, di bar paling terkenal di wilayah Glimmerbrook, Sarah berusaha melupakan keinginannya untuk mati. Dia menghibur diri dengan menghabiskan malam bersama sepupu tiri dan teman-temannya. Mereka menikmati pesta malam itu dengan kegembiraan yang tidak berkesudahan. Sarah bahkan menghabiskan beberapa gelas anggur termahal yang ada di bar tersebut. “Dasar orangtua tidak bertanggung jawab! Bukannya hidup malah meninggal!” cibir Sarah, dia menenguk segelas anggur sampai habis. Tangannya meletakkan gelas dengan hentakkan kuat. Tiga bulan yang lalu, kecelakaan tragis membuat orangtuanya meninggal dunia. Sarah terus menyalahkan dirinya sendiri, dan mengurung diri selama beberapa minggu.Sarah menyesal karena membiarkan ayah dan ibunya pergi keluar kota. Saat itu, dia mendengar ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Tetapi, sebelum sampai di bandara, mobil yang dinaiki oleh orangtuanya tertabrak truk dengan muatan besar. Kecelakaan i
Satu bulan berlalu, Sarah berada di sebuah apartemen sederhana yang ada di pinggiran Glimmerbrook. Dia hidup dengan mengandalkan uang yang tersisa di dompetnya. Sarah sama sekali tidak menggunakan cek berisi seratus juta dolar yang dia temukan sewaktu di hotel. Baginya, uang itu adalah penghinaan karena dia bukan seorang pelacur. Sarah menatap layar laptopnya dengan wajah putus asa. Sudah lima belas lamaran pekerjaan yang dia kirim ke berbagai perusahaan, tetapi semuanya ditolak. Sarah sangat membutuhkan uang, jadi dia harus mendapatkan pekerjaan apapun. Sarah kembali mencari informasi, di saat-saat itu, dia melihat sebuah lowongan pekerjaan yang dibuka secara besar-besaran. Tetapi, mereka menginginkan pendaftaran secara langsung. Hari berikutnya, Sarah sudah berdesakan antrean bersama para calon karyawan yang menginginkan pekerjaan. Tidak dia sangka, sebuah suara yang familier menyapanya. “Hei, Sarah? Kamu ikut pembukaan karyawan di perusahaan ini?” Anna berdiri di depannya denga
“Mom, kamu harus bekerja hari ini.” Isabella mencium mata Sarah dengan lembut, gadis itu juga merapikan beberapa rambut yang menghalangi wajah cantik Sarah. Perlakuan yang sangat manis. Sarah bangun dari tidurnya, ternyata dia tidur di depan televisi semalam. Sarah sangat lelah karena harus menyelesaikan desain gambarnya, jadi dia tidak sempat ke kamar dan justru tertidur di sofa. “Baiklah. Aku akan membersihkan diri.”“Kak Basty sedang menyiapkan sarapan, aku sudah bilang mau membantunya. Tetapi, dia melarangku dan justru mengataiku karena aku sangat ceroboh saat di dapur.” Isabella cemberut, dia benci saat Sebastian meragukan kemampuannya, walaupun memang benar beberapa kali dia berbuat ulah di dapur. Dia sempat menggosongkan roti dan menumpahkan susu, jadi Sebastian tidak percaya padanya. Sarah menggedong Isabella dan menangkup wajahnya, dengan wajah penuh keteduhan, dia berusaha membujuk putrinya. “Kakakmu sudah paham, jadi biarkan saja dia di dapur. Aku akan mengajarimu la