Mati adalah satu hal yang Sarah Wilson pikirkan.
Saat ini, di bar paling terkenal di wilayah Glimmerbrook, Sarah berusaha melupakan keinginannya untuk mati. Dia menghibur diri dengan menghabiskan malam bersama sepupu tiri dan teman-temannya. Mereka menikmati pesta malam itu dengan kegembiraan yang tidak berkesudahan. Sarah bahkan menghabiskan beberapa gelas anggur termahal yang ada di bar tersebut. “Dasar orangtua tidak bertanggung jawab! Bukannya hidup malah meninggal!” cibir Sarah, dia menenguk segelas anggur sampai habis. Tangannya meletakkan gelas dengan hentakkan kuat. Tiga bulan yang lalu, kecelakaan tragis membuat orangtuanya meninggal dunia. Sarah terus menyalahkan dirinya sendiri, dan mengurung diri selama beberapa minggu. Sarah menyesal karena membiarkan ayah dan ibunya pergi keluar kota. Saat itu, dia mendengar ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Tetapi, sebelum sampai di bandara, mobil yang dinaiki oleh orangtuanya tertabrak truk dengan muatan besar. Kecelakaan itu menewaskan orangtuanya. Sejak saat itu, hidup Sarah berubah. Dia pun dirawat oleh paman, bibi, dan sepupu tirinya. Sarah berdiri dari tempat duduknya, dengan langkah sempoyongan dia memaksa tubuhnya menuju toilet. Namun, sebelum sampai di sana, beberapa pria menghadangnya. Mereka tampak bergairah ketika melihat pakaian yang dipakai Sarah. Dia mengenakan gaun sexy berwarna merah dengan bagian punggung terbuka dan potongan dada yang rendah. “Minggir!” Sarah berkata ketus. Dia mengarahkan tangannya agar segerombolan pria itu menjauh dari hadapannya. Salah satu pria yang mengenakan kemeja berwarna putih mendekat, dan mengelus wajah Sarah. Dengan suara halus dan sedikit bergetar, dia berusaha menggoda Sarah. “Mau bermalam denganku?” “Aku bukan pelacur, Bodoh!” Nada tajam yang keluar dari mulut Sarah membuat pria itu marah. Dia mengisyaratkan teman-temannya untuk menyeret Sarah ke dalam kamar hotel di bar tersebut. “Ikutlah dengan kami!” “Kamu pasti merasa puas!” “Jangan malu-malu!” Kepala Sarah tiba-tiba terasa sangat sakit. Dia juga merasakan tubuhnya terasa panas dan gatal, seakan menginginkan sentuhan dalam. Sarah mendesah ketika salah satu tangan pria itu mengelus tangan putihnya. Dia tidak bisa mengendalikan diri. Gawat! Ini pasti obat perangsang! Kurang ajar! Segerombolan pria itu tertawa terbahak-bahak ketika melihat Sarah yang sangat tersiksa karena gairah. Beberapa kali, mereka memainkan Sarah dengan begitu cermat. Sarah ingin meminta tolong kepada siapapun, tetapi suara yang keluar hanya desahan. Meskipun begitu, dia tidak mau menyerah. Sarah bukan pelacur yang akan membiarkan tubuhnya dinikmati oleh pria sembarangan. Dengan tenaga yang masih tersisa, dia menolak setiap sentuhan segerombolan pria tersebut. Ketika mereka sedang menyeret Sarah untuk di bawa ke kamar hotel, seorang pria yang mengenakan setelan hitam melempar gelas anggur dan mengenai salah satu dari mereka. “Lepaskan dia, bajingan!” Pria itu menyeret Sarah dan memeluknya. Dia menatap tajam ke arah segerombolan pria tersebut dengan tatapan memangsa. Dengan skill bela diri yang dikuasainya, dia melumpuhkan seluruh anggota dengan cepat. Sarah yang sudah tidak tahan dengan apa yang direaksikan tubuhnya, mencium pria itu dengan gairah yang sangat besar. “Sepertinya kamu sudah tidak sabar.” Pria itu membawa Sarah ke dalam kamar hotel yang telah dia sewa. Dalam sekejab, malam itu menjadi malam panas antara Sarah dan pria asing yang menolongnya. Keesokan paginya, Sarah terkejut ketika melihat tubuhnya yang tidak mengenakan pakaian apapun. Air matanya menetes deras ketika melihat darah keperawanannya di sprei. Dia benar-benar bodoh karena tidak bisa melindungi dirinya sendiri. Sarah mengepalkan tangan dengan perasaan campur-aduk. Tanpa memedulikan rasa sakit ditubuhnya, dia memakai pakaian yang semalam dikenakan. Sarah pun mencari tas dan ponselnya. Tubuh Sarah membeku ketika melihat selembar cek sebesar 100 juta dollar di atas tasnya, tergeletak di meja sebelah tempat tidur. Sarah terkejut luar bisa karena tidak ada petunjuk apapun mengenai siapa yang meletakkannya di sana, terlebih dia juga tidak tahu mengenai pria yang bermalam dengannya. “Kurang ajar! Aku bukan pelacur!” Sarah meremas kertas cek itu dan memasukkannya ke dalam tas. Dengan langkah cepat dia keluar dari hotel dan menyetop taksi untuk mengantarkannya ke rumah. Sampai di rumah, Sarah sudah ditunggu oleh paman dan bibinya. Di sana juga ada sepupu tirinya yang menatapnya benci. “Dasar gadis penggoda! Kamu menghabiskan malam dengan para pria tidak dikenal!” Robert Ricardo, pamannya, menghampiri Sarah penuh amarah. Dia melempar beberapa foto yang diambil dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Di dalam foto itu, Sarah terlihat sedang disentuh oleh segerombolan pria, dan diseret ke kamar hotel. Marry, bibi Sarah, yang biasanya baik berubah sikap menjadi sangat dingin. Dia menatap jijik ke arah Sarah. “Kamu menyerahkan tubuhmu kepada pria-pria itu?” tuduhnya. “Pelacur bodoh!” hina pamannya dengan kejam. Sebelum Sarah menjelaskan apa yang terjadi dengannya tadi malam, sepupu tirinya yang baik berkata dengan nada jijik. “Sarah! Kamu sudah kotor dan membuat nama keluarga jelek. Lebih baik kamu pergi dari sini! Pelacur tidak seharusnya tinggal di rumah ini!” Sarah menatap Anna dengan pandangan yang berbeda, bagaimana mungkin Anna mengusirnya. Anna adalah orang yang sangat baik, tetapi dia sudah berubah. Apakah ini Anna yang sebenarnya? “Kemasi barang-barang kamu dan jangan pernah kembali!” Sarah menatap marah kepada keluarga Ricardo. Dia benar-benar sudah dibohongi. Dulu, mereka memohon untuk tinggal bersamanya, tetapi ternyata mereka hanya ingin menguasai harta orangtuanya. “Ini rumahku!” wajah Sarah berubah merah, dia tidak bisa untuk tidak emosi dengan sikap paman dan bibinya. Mereka telah berbuat seenaknya, bahkan mereka juga merebut posisi orangtuanya di perusahaan karena dirinya yang tidak memenuhi persyaratan untuk menjadi seorang pemimpin. “Bangun dari mimpimu! Semua harta ini sudah menjadi milik keluarga Ricardo. Adikku sendiri yang menandatangi wasiatnya!” Marry berkata dengan wajah sombong, dia memamerkan bahwa wasiat yang ditulis ibu Sarah adalah untuk keluarga Ricardo. Namun, sebenarnya mereka hanya pemilik sementara sampai Sarah berumur 25 tahun. Nyonya Wilson memang memberikan surat wasiat itu kepada Marry Ricardo, kalau sewaktu-waktu ada yang terjadi dengannya maka Sarah Wilson berada dalam pengawasan keluarga Ricardo. Sayangnya, keluarga Ricardo memanfaatkan kondisi tersebut dan mengusir Sarah untuk mewarisi seluruh harta yang ditinggalkan adik tirinya. Sarah meremas tangannya dengan kesal. Dia tidak mau dihina dan dipermalukan, dengan langkah cepat, Sarah kembali ke kamarnya dan mengambil pakaiannya. Dia akan membalas perilaku keluarga Ricardo di kemudian hari. Sarah harus mendapatkan haknya kembali. Ketika Sarah bersiap untuk pergi, Anna menghampirinya dengan wajah yang ceria. Dia terlihat senang atas apa yang terjadi dengan Sarah. “Sarah! Mau aku beri tahu rahasia kecil?” “Sebenarnya, aku yang menyuruh para pria itu menyeretmu ke kamar hotel? Bagaimana pelayanan mereka? Kamu pasti sangat menikmatinya, ya?!” Anna mengejeknya.Satu bulan berlalu, Sarah berada di sebuah apartemen sederhana yang ada di pinggiran Glimmerbrook. Dia hidup dengan mengandalkan uang yang tersisa di dompetnya. Sarah sama sekali tidak menggunakan cek berisi seratus juta dolar yang dia temukan sewaktu di hotel. Baginya, uang itu adalah penghinaan karena dia bukan seorang pelacur. Sarah menatap layar laptopnya dengan wajah putus asa. Sudah lima belas lamaran pekerjaan yang dia kirim ke berbagai perusahaan, tetapi semuanya ditolak. Sarah sangat membutuhkan uang, jadi dia harus mendapatkan pekerjaan apapun. Sarah kembali mencari informasi, di saat-saat itu, dia melihat sebuah lowongan pekerjaan yang dibuka secara besar-besaran. Tetapi, mereka menginginkan pendaftaran secara langsung. Hari berikutnya, Sarah sudah berdesakan antrean bersama para calon karyawan yang menginginkan pekerjaan. Tidak dia sangka, sebuah suara yang familier menyapanya. “Hei, Sarah? Kamu ikut pembukaan karyawan di perusahaan ini?” Anna berdiri di depannya denga
“Mom, kamu harus bekerja hari ini.” Isabella mencium mata Sarah dengan lembut, gadis itu juga merapikan beberapa rambut yang menghalangi wajah cantik Sarah. Perlakuan yang sangat manis. Sarah bangun dari tidurnya, ternyata dia tidur di depan televisi semalam. Sarah sangat lelah karena harus menyelesaikan desain gambarnya, jadi dia tidak sempat ke kamar dan justru tertidur di sofa. “Baiklah. Aku akan membersihkan diri.”“Kak Basty sedang menyiapkan sarapan, aku sudah bilang mau membantunya. Tetapi, dia melarangku dan justru mengataiku karena aku sangat ceroboh saat di dapur.” Isabella cemberut, dia benci saat Sebastian meragukan kemampuannya, walaupun memang benar beberapa kali dia berbuat ulah di dapur. Dia sempat menggosongkan roti dan menumpahkan susu, jadi Sebastian tidak percaya padanya. Sarah menggedong Isabella dan menangkup wajahnya, dengan wajah penuh keteduhan, dia berusaha membujuk putrinya. “Kakakmu sudah paham, jadi biarkan saja dia di dapur. Aku akan mengajarimu la
William tidak bisa berhenti memikirkan seorang wanita dan dua anak yang dia temui di bandara. Ada sesuatu di dalam dirinya yang ingin mengklaim bahwa anak itu adalah anaknya sendiri, fitur wajah dan sikap dari dua anak itu persis seperti dirinya. “Sial! Kenapa aku tidak berhenti memikirkannya.” William terus menggerutu, dia sampai tidak bisa tidur dan memilih mabuk dengan berbagai minuman anggur yang dia miliki di rumahnya. Keesokan hari, William mendapat telepon dari wanita yang akan menjadi tunangannya. Dia menatap ponselnya yang berkedip-kedip beberapa kali. Ada beberapa pesan yang tidak dia buka dari tadi malam. Ting! William, kamu akan ke perusahaanku sekarang kan? Aku sudah menyiapkan penyambutan istimewa untukmu! Selamat bertemu nanti, sayang!Wiiliam mengabaikan semua pesan itu. Pikirannya justru dipenuhi oleh dua wajah lucu yang ditemuinya kemarin. Anak-anak itu benar-benar menyita seluruh perhatiannya. Di tempat yang lain, Sarah sedang mempersiapkan sarapan un
“Aku bisa saja membuktikan dua barang tidak penting itu, tetapi kalian sudah menyita waktuku untuk mempersiapkan hal yang harus aku lakukan.” Sarah dengan terpaksa mengambil kartu anggota berwarna silver gold yang didesain sangat mewah. Sebuah kartu yang hanya dimiliki oleh beberapa designer terkemuka di seluruh dunia. Wajah Anna berubah pucat. Tidak mungkin Sarah memiliki kartu anggota yang sangat terbatas itu. Dia yakin Sarah pasti mencuri milik orang lain. “Sarah, setelah kamu menjadi wanita murahan ternyata sekarang kamu juga menjadi seorang pembohong yang hina! Kamu berani mencuri kartu milik orang lain dan memakai nama kamu sendiri kan?!” “Lihat saja namaku di situ, Mr. William pasti tahu mana kartu yang asli dan yang palsu.” Sarah berjalan menuju lift dengan wajah puas. Dia yakin Anna akan mengamuk ketika mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sarah bukan wanita lemah yang bisa Anna injak kapan saja, adakalanya seekor harimau bukan hanya mengaum, tetapi juga memangsa. Lima
“Kak, mom mungkin tidak akan suka dengan apa yang kita lakukan.” Isabella memainkan botol susunya, dia sedang duduk di kursi sambil menunggu Sebastian menyiapkan roti bakar. Hanya mereka berdua yang berada di apartemen, Sarah sudah pergi bekerja beberapa menit yang lalu, untuk mengerjakan sesuatu di perusahaan barunya. Sebastian meletakkan roti bakar yang masih panas di piring, dengan hati-hati dia mulai mengirisnya menjadi dua bagian. Dia sangat terlatih melakukannya. “Biarkan saja. Mom tidak seharusnya tahu tentang masalah ini,” dia berkata dengan santai. Sebastian tahu rencana yang dia susun dengan Isabella pasti akan mendapat masalah jika ibunya sampai mengetahuinya. Sarah akan melarangnya dan berkata bahwa mereka seharusnya bermain dan tidak mempermasalahkan urusan orang dewasa. Dasar! Setelah roti bakarnya sudah agak dingin, Isabella menyantapnya dengan lahap. Roti buatan kakaknya memang yang terbaik, bahkan ibunya juga tidak sepandai Sebastian. Isabella bahkan hampir ya
“Pelacur sepertimu harusnya tetap menjadi sampah dan aib! Kamu sangat tidak pantas berada di perusahaan dengan cara kotormu!” Anna menghina Sarah di depan banyak karyawan. Dia ingin Sarah malu dan pergi dari perusahaannya. Kalau bukan karena acara festival fashion itu, dia tidak mungkin bertemu dengan Sarah. Sarah menekan emosi yang ada di dalam dadanya. Dia tetap ingin bersikap tenang walaupun tuduhan Anna sangat memalukan baginya. Dia berkata dengan nada setenang air di lautan, “kenapa kamu menuduhku dengan begitu cepat? Apakah kamu bisa membuktikan bahwa aku yang salah dalam masalah ini? Aku juga bisa mengirim kamu ke penjara karena tuduhan palsu!” Ancaman yang Sarah berikan membuat Anna semakin tidak sabar. Dia ingin menampar Sarah, tetapi tangannya menggantung di udara. “Apakah kamu mencari masalah lain?” suara berat seorang laki-laki membuat semua orang di ruangan itu menunduk ketakutan, kecuali Sarah. William melempar tangan Anna, lalu bertanya dengan teliti. “Kamu mau m