Semua Bab Menikahi Guru Killer: Bab 41 - Bab 50

80 Bab

Bab 41

Si om botak keluar dari mobilnya. Langkahnya satu demi satu dengan pasti mendekat ke arahku. “Lima puluh juta,” ujarnya dengan mata yang berbinar seakan aku adalah daging segar yang sangat lezat di matanya.“Jangan macem-macem, Om! Om bisa ditembak sama papa ku,” ancamku, “papa aku tentara, loh!”Aku melihat ke kanan dan ke kiri. Tapi tak ada satu orang pun di sekitarku. Sepi. Pilihanku cuma ada dua, berlari pulang atau ke arah minimarket, yang pasti ada seseorang yang bisa melindungiku. Tapi keduanya sama-sama tidak bisa dibilang dekat. Aku menelan kasar salivaku. Lebih baik aku mencoba lari daripada hanya pasrah. Nasibku ada di tanganku, bukan di tangan om botak. “Tujuh puluh juta!” Ucapnya menaikkan penawarannya. “Dasar, om-om botak gila yang mesum!” Teriakku sambil berlari kembali pulang. Tapi suara langkah kaki itu seperti mengikutiku. Aku menolehkan kepalaku melewati bahuku. Tampak di belakangku lelaki itu masih berlari dengan gigihnya. Ia mengejarku.“Gila! Staminanya besa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-21
Baca selengkapnya

Bab 42

“... mana belum mandi, pula," gerutuku saking kesalnya.“Beneran ini? Kamu nggak perlu ini?” Pak Jonathan melambaikan benda berbentuk kotak dengan logo duo huruf C di tangannya. “Bukannya kamu telepon karena lupa sama dompet kamu?” Aku menghela napas panjang. “Tadi aku tuh nggak butuh dompet. Aku tuh butuh kamu. Kalo buat bayar jajanan macem gini, gampang. Tinggal buka dompet digital doang, terus scan. Beres,” kesalku. “Tadi … kamu butuh aku? Ada apa? Apa kapten basket itu gangguin kamu?” tebaknya dengan cepat.“Nggak, malah untung aja tadi dia lewat. Kalo nggak, babay lah semuanya,” sahutku makin kesal, "abis aku sama Om itu.“Ya udah, ya udah. Mulai sekarang, kamu nggak boleh keluar malam sendirian!” putusnya tiba-tiba. “Loh kok ….” Sungguh, setelah aku menceritakan kejadian itu, Pak Jonathan tak lepas mengawasiku. Setiap gerakanku bahkan diketahuinya. Dan tentu saja hal itu membuatku salah tingkah. “Mau bayar pake apa?”Pertanyaan mbak-mbak kasir minimarket itu membuatku kemb
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-22
Baca selengkapnya

Bab 43

“Jadi … gimana? Apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang?” tanyaku dengan perasaan gelisah yang belum juga berakhir. “Aku tahu, tidak ada namaku dalam rencana hidupmu di masa depan. Aku nggak mau ngehancurin rancangan masa depan kamu.”Pak Jonathan justru tersenyum lebar. Ia menatapku, alih-alih layar televisi yang sedang menayangkan konflik ceritanya. “Aku nggak pernah bikin daftar rencana buat masa depanku. Tapi … aku jelas tidak melihat namaku dalam wishlist di agendamu.” Aku mengangguk anggukkan kepalaku. “Banyak hal yang harus aku ubah dalam daftar itu. Sepertinya aku mulai paham kenapa orang bisa mengatakan waktu akan mengubah segalanya.”“Seperti perasaan kamu?” “Mungkin semua tak akan sama jika kakek nggak memikirkan perjodohan ini, kan?” Dengan perasaan gelisah aku kembali melirik wajah lelaki di sisiku. Tapi entah kenapa, pandangan mataku tak bisa lepas dari bibirnya. Bibir yang sempat menyentuh bibirku. Bibir yang sempat melumat bibirku dan memberikan ledakan sensasi aneh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-22
Baca selengkapnya

Bab 44

“Alea! Alea! Bangun!” Suara itu membuatku tersadar dari alam mimpiku. Lelaki itu menatapku seperti curiga. Apa ada sesuatu yang aneh, atau … mungkin nggak, sih, aku ngucapin sesuatu yang aneh dalam mimpiku tadi.“Mimpi apa kamu?” “E – enggak, siapa yang mimpi?” sangkalku.“Jangan katakan kalau kamu mimpiin sel telur ketemu sel sperma,” tebaknya. Senyuman nakalnya itu sukses membuatku kesal. “Boleh aja nggak ngaku. Tapi suara desahanmu tadi tidak bisa kamu tutupi,” lanjutnya seakan sengaja memojokkan aku.Hm … benarkah? Sungguh memalukan. “Ah, bomat!” Sahutku sembari melempar selimutku, “males ngeladenin debat, nggak bakal ada abisnya.” ***“Alea!” Suara cempreng itu terdengar di telingaku sesaat setelah aku masuk ke gerbang sekolah. Gadis manis itu dengan napas terengah menghampiriku. “Aku sudah dengar semuanya,” ucapnya setelah berhasil mengatur napasnya, “maafin aku, ya. Seharusnya aku temani kamu bikin tugas karya tulis itu.” “Udah, aku nggak papa. Lagian kamu juga harus ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-23
Baca selengkapnya

Bab 45

Berani sekali dia gunting rambut aku! Ini nggak bisa dibiarin. Kalau aku biarin, dia nggak bakalan kapok tapi bakalan terus ke sekolah ini buat nindas aku. Ah … sial. Kutekuk lengan tanganku, lalu dengan sekuat tenaga, ku hentakkan ke belakang dengan harapan siku tanganku akan menghantam tulang rusuknya. “Aargh!” Teriakan itu terdengar bersamaan dengan lepasnya rambutku dari tangannya. Aku tak mau terjadi sesuatu yang lebih buruk. Reva memiliki senjata tajam. Kurasa dia bisa jadi sangat nekat setelah terprovokasi seperti ini. Gegas aku berlari menuju pos security. Dan aku begitu bahagia saat melihat Pak Rudi, yang bertugas siang ini di dalam pos itu. “Pak, tolong Pak. Reva nindas aku lagi. Dia di sana,” laporku sembari menunjuk ke arah parkiran motor yang letaknya di balik parkiran roda empat. “Heh! Darimana dia masuk? Bukannya dia sudah keluar dari sekolah ini?” Penjaga termuda di sekolah kami itupun merasa heran. “Kamu ke dalam saja. Kasih tau siapapun guru yang kamu temui
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya

Bab 46

Udara yang terasa sejuk itu tidak mampu meredam perasaan hangat di dadaku. Apalagi saat lelaki itu tiba-tiba saja mendekatkan wajahnya padaku. Hembusan hangat napasnya yang menyentuh wajahku, membuatku semakin terbuai dalam hangatnya permainan itu. Kurasakan gelenyar di dalam dadaku saat bibirnya yang hangat menyentuh bibirku, menyesapnya. Sementara lidahnya dengan lincah mendorong bibirku untuk terbuka. Panas! Rasa hangat itu semakin menyergapku. Saat kurasakan lidahnya seperti menjelajah di dalam rongga mulutku, mengabsen setiap gigi geligiku.Rasa itu … kenapa justru kurasakan pada sosok lelaki yang ini. Lelaki yang sempat ku benci dan mati-matian kutolak. Lelaki yang seharusnya kuhormati sebagai guruku. Lelaki yang usianya bahkan terpaut belasan tahun dariku itu.Aku mendorong dadanya menjauh, membuat pagutannya di bibirku lepas. Dengan cepat aku kembali menghirup udara, mengisi paru-paruku yang seolah kehabisan oksigen dan menjauh darinya. Hujan masih saja turun. Ketika Pak Jo
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-25
Baca selengkapnya

Bab 47

“Ayo, aku nggak akan ngelawan,” ucapnya seakan sengaja memprovokasi, ia menyembunyikan kedua tangannya di balik badannya, “lakukan apapun yang kamu mau.”Tapi entah kenapa mataku hanya tertuju pada bibir itu. Ia seakan menantangku untuk merasakan sebuah petualangan baru. Aku menggigit bibirku, menahan debar yang mulai kurasakan saat melihat bibir sensual dengan kumis tipis di sekelilingnya itu.Perlahan kudekatkan wajahku dan mengecupnya dengan lembut. Lelaki itu seperti sengaja membuka bibirnya, memberikan akses bagiku menelisik di antara gigi geliginya, melumat dan mencecap seperti yang biasa dilakukannya padaku. Tapi … aku terlalu malu untuk melakukan itu. Aku hendak menjauh kembali, toh tantangan itu sudah kulakukan. Tapi kedua tangan Pak Jonathan tiba-tiba saja memelukku. Tanpa kesempatan untuk menghindar, lelaki itu justru menciumku. Tapi kali ini ciumannya lebih panas dari biasanya. Kuat, panas dan liar. Namun aku menikmatinya. Aku menyukai cara dia menciumku, aku merasa dipu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-25
Baca selengkapnya

Bab 48

“Balikan sama mantan?” Pak Jonathan justru mengulang pertanyaanku. Lelaki itu justru tertawa setelah mengucapkan kalimat itu. “Kenapa aku harus membuang sekuntum mawar yang sudah ada di dalam genggamanku, hanya untuk sekedar bunga tahi ayam?” Mendengar pernyataan itu, mau tak mau aku tersenyum. Tapi … hei, apa dia sekarang sudah pintar merayuku. Tapi jujur, kalimat itu benar-benar seperti sihir. Hatiku merasa tenang setelah mendengarnya. “Lalu tentang Doni,” ucapnya tiba-tiba. “Aku nggak mau mikir itu. Aku ngantuk,” sahutku lalu memejamkan mataku. Aroma tubuhnya, kulitnya yang lembab dan hembusan napasnya saat memelukku, membuat perasaanku tenang. Ternyata … tidur di pelukan seseorang yang kita cintai itu benar-benar nyaman. Pluk! Aku terbangun saat merasakan lengan Pak Jonathan menimpa wajahku. Lelaki itu dengan nyamannya memelukku seperti guling. Dan aku merasakan ada sesuatu yang keras menyentuh pahaku. Heh! Apa itu? Aku segera mendorong tubuhnya yang terasa berat itu menja
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-26
Baca selengkapnya

Bab 49

“Apa ini Pak?” tanyaku saking penasarannya. Jantungku berdebar, seperti halnya pikiranku yang tak keruan. Bisa saja di dalam sana adalah surat pemecatan karena melawan seorang politikus seperti ayah Reva. Atau mungkin itu bahkan surat ancaman pembunuhan. “Buka saja, itu buat kamu,” jawabnya dengan santainya. “Buat aku?” Aku menatapnya tak percaya. Apa mungkin justru aku yang akhirnya terlibat masalah dengan calon pejabat negara itu. Kuraih amplop itu dan kuintip isi di dalamnya. “Apa ini?” tanyaku lagi setelah melihat lembar-lembar bergambar pahlawan proklamator itu. “Setengah gajiku bulan ini,” sahutnya, “kamu boleh pake itu buat belanja keperluan kamu. Bukannya beberapa hari lagi kamu ada acara perpisahan?” Kegelisahanku langsung lenyap. “Ya Allah, sumpah Bapak ngagetin aku. Aku pikir tadi Bapak kena skors atau bahkan diberhentikan dari sekolah, gara-gara ulah bapaknya si Reva sialan itu.” “Hiss! Kamu nggak boleh bilang gitu. Pak Hutama itu orang baik. Apalagi pihak sekolah ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-27
Baca selengkapnya

Bab 50

“Loh, katanya mau sayang-sayangan di rumah sama Bu Ella, mumpung aku nggak di rumah. Gimana sih?” “Siapa bilang?” bantahnya cepat, “aku malah pinginnya kamu nggak usah ikut. Aku nggak mau sendirian di rumah.”Lelaki itu menurunkan kedua tangannya. Wajahnya cemberut seperti anak kecil yang sedang merajuk. Baru kali ini aku melihatnya dengan penampilan seperti itu. Jadi … sebenarnya dia tidak rela dan tidak ingin aku berangkat. Tapi sepertinya ia tidak ingin membuyarkan euforia kebahagiaanku ketika menghabiskan waktu bersama teman-temanku dalam acara perpisahan sekolah. “Ya udah, kan aku juga pinginnya pak buntal ikut.” “Memangnya kamu risih, dan nggak takut teman-teman kamu tahu kalau kita ….” “Ya jangan sampe tahu, lah,” potongku, “itu juga gara-gara pak buntal. Coba dulu pak buntal nggak suka cari masalah buat kasih hukuman aku.” “Cari masalah gimana?” “Ingat nggak, waktu aku lari-lari di koridor terus nggak sengaja numpahin ember pel Pak Juna. Bapak malah suruh aku berdiri di
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status