Home / Romansa / Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan: Chapter 151 - Chapter 160

330 Chapters

Bab 151

"Eee .... Apa boleh tunggu sampai besok? Aku pasti menyelesaikan prosedur pembelian besok," ucap Chyntia.Ekspresi sales tampak agak dingin. "Ya sudah, kita lihat gimana besok. Tapi, kalau tiba-tiba ada yang beli, aku cuma bisa minta maaf pada kalian.""Kalau begitu, aku coba telepon keluargaku dulu ya?" Chyntia menggertakkan giginya."Ya, silakan."Chyntia keluar dari ruang VIP, lalu mencari tempat untuk bertelepon. Sebelum menelepon, dia tidak lupa melirik Irene dan Nadine untuk memastikan mereka tidak bisa mendengar obrolannya."Halo, Ayah, ini aku. Hari ini aku ke Red Pearl untuk bantu kalian lihat rumah baru. Ya, gedung baru yang sangat terkenal itu!""Aku dan Herman sudah lihat. Lingkungannya bagus sekali. Banyak orang yang mengincarnya. Apa kalian bisa kemari untuk tanda tangan kontrak dulu? Supaya lebih terjamin ...."Chyntia telah memperhitungkan semuanya. Rumahnya yang sekarang juga bagus, tetapi tidak bisa dibandingkan dengan Red Pearl.Kebetulan sekali, orang tuanya ingin p
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 152

Setelah memikirkan ini, Chyntia merasa kesal. Di antara ketiga bersaudara Keluarga Wicaksono, Jonny adalah yang paling sukses. Kekayaannya tidak akan bisa dibandingkan dengan keluarga biasa seperti mereka.Yang kedua adalah keluarga mereka. Herman tidak bisa dibilang kaya, tetapi berkecukupan. Berkat koneksi orang tua Chyntia, Herman bisa menjadi manajer. Bahkan, dengan hanya bersantai, dia bisa menghasilkan 600 juta per tahun.Sementara itu, Chyntia dan Cecil sama-sama bekerja di perusahaan tenaga listrik. Bisa dilihat bahwa ekonomi mereka terjamin.Yang paling miskin sudah pasti adalah keluarga Jeremy. Apa gunanya masuk universitas terkenal? Jeremy pada akhirnya hanya kembali ke kampung halaman dan menjadi guru miskin. Parahnya, dia tidak mencari kesempatan untuk menambah pendapatannya.Irene lebih parah lagi. Pekerjaannya adalah penulis novel, tetapi nyatanya dia hanya pengangguran. Selama bertahun-tahun ini, dia tidak pernah menulis hasil karya yang luar biasa. Lagi pula, penulis m
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 153

Gina langsung menangkap poin pentingnya. "Kamu bilang Nadine yang beli?""Ya, hebat sekali, 'kan? Nggak seperti putriku, Cecil. Dia cuma bisa makan gaji ....""Gimana bisa Nadine punya uang sebanyak itu? Dia masih muda."Chyntia tersenyum bangga. "Entahlah. Tapi, kamu nggak boleh meremehkan anak muda zaman sekarang. Mereka punya pakaian dan tas bermerek. Mungkin mereka nggak bisa beli, tapi ada yang kasih ...."Gina sontak mengernyit."Aduh, kenapa aku malah membahas hal itu? Sudahlah, kamu lanjutkan kesibukanmu. Aku tutup teleponnya."Chyntia mengakhiri panggilan setelah merasa sudah cukup. Di sisi lain, Gina menggenggam ponsel dengan erat dan tampak merenung.Tidak berhenti sampai di situ, Chyntia menelepon Riana. "Kak Riana, ini aku.""Kamu telepon tepat waktu. Klienku kasih banyak anggur dan makanan khas daerah. Aku sudah bagi untuk keluargamu dan keluarga Jeremy. Kalau ada waktu, datang ambil ya."Pada tahun-tahun sebelumnya, Riana selalu membagikan hadiah yang diterimanya kepada
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 154

"Nggak apa-apa. Setelah mereka bayar, kita beli saja dari orang lain. Kasih harga yang agak tinggi."Riana sebenarnya ingin menolak. Bagaimanapun, lebih baik beli rumah baru, 'kan? Namun, dia tidak bersikeras lagi karena suaminya telah berbicara demikian dan dana memang belum mencukupi.Sayangnya, hingga sekarang vila Red Pearl terus menghantuinya. Dia merasa sangat enggan karena belum bisa membelinya!"Kamu yakin yang mereka beli adalah vila Red Pearl?" tanya Riana untuk memastikan.Chyntia tersenyum. 'Lihatlah, semua orang nggak percaya. Gimana bisa keluarga Jeremy yang miskin membeli vila semahal itu?'"Aku lihat surat kontraknya, jadi nggak mungkin palsu. Lagi pula, Irene sendiri bilang Nadine beli vila itu sebagai tanda bakti. Kenapa aku nggak punya putri sehebat Nadine sih? Nadine cuma wanita, tapi lebih hebat dari Aditya!"Aditya mendirikan perusahaan sendiri, tetapi tidak membeli vila untuk orang tuanya.Ekspresi Riana menjadi agak suram. "Nadine memang berbakti. Tapi, dari man
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 155

Gina melepas sepatunya, lalu mengamati ruang tamu dan melihat kardus yang telah dikemas dengan baik. Kemudian, dia duduk dengan tenang."Kak, kalian bersih-bersih rumah?" tanya Gina."Bukan, kami lagi pindah barang." Irene tersenyum, lalu menatap beberapa kardus di pojok. "Semua sudah dimasukkan ke kardus?""Masih ada sedikit lagi.""Kalian mau pindah rumah ya?""Ya.""Pindah ke mana?"Jeremy dan Irene bertatapan, merasa tidak ada yang perlu dirahasiakan. Lagi pula, cepat atau lambat orang-orang akan tahu.Jeremy menyahut, "Ke gedung yang baru dibangun baru-baru ini. Namanya Red Pearl.""Kalian beli apartemen di sana?""Bukan, tapi vila." Jeremy menggeleng.Gina terkejut, seolah-olah baru mendengar kabar ini. "Kak, sejak kapan kamu punya uang sebanyak itu? Vila Red Pearl setidaknya 8 miliar lho. Kamu ...."Gina berjeda sebelum meneruskan dengan cemas, "Kamu nggak boleh melakukan hal ilegal lho ....""Nggak kok. Mana mungkin aku punya nyali sebesar itu." Jeremy terkekeh-kekeh."Kalau be
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 156

Gina berucap dengan sungguh-sungguh, "Sebenarnya yang ingin kubilang sederhana saja. Sebagai wanita, kita nggak seharusnya mengambil jalan pintas ataupun melakukan sesuatu yang melanggar norma."Nadine mengangguk sebagai tanda setuju. "Memang benar begitu.""Kamu juga setuju, 'kan?" Ekspresi Gina tampak lega, seolah-olah Nadine masih tertolong."Tentu saja.""Baguslah. Aku bisa tenang kalau begitu." Gina mengangguk. "Sebaiknya vila itu dikembalikan. Mungkin butuh biaya penanganan, tapi setidaknya kamu bisa hidup tenang." Nadine termangu. Wajah Gina menjadi agak suram. Apakah nasihatnya ini tidak berguna? "Kenapa? Kamu nggak rela?"Nadine tersenyum dan akhirnya memahami tujuan kedatangan Gina. Dia menyahut, "Bibi, aku setuju dengan pemikiranmu. Wanita memang harus mengandalkan diri sendiri. Tapi ....""Aku nggak mengandalkan siapa pun kok. Jadi, aku anggap kamu cuma berbagi pengalaman denganku tadi. Aku sama sekali nggak tersinggung."Ucapan Nadine sudah sangat jelas. Siapa pun yang tid
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 157

Bahkan, dia bisa menanam sayur, memelihara ayam dan ikan! Keluarganya tidak akan kekurangan apa pun!"Eh? Mau pindah ya?" tanya Karen yang berdiri di halaman rumahnya sambil melipat lengan di depan dada. Senyuman tipis tersungging di bibirnya.Jeremy tidak menghiraukannya dan hanya melanjutkan kesibukannya. Sementara itu, Irene yang berada di dalam rumah mendengar suara Karen. Dia awalnya hendak keluar, tetapi buru-buru mundur supaya tidak bertemu Karen.Karen mencebik. "Sombong sekali! Padahal, kalian pindah karena diusir olehku ...."...."Kak Karen, kamu pergi beli sayur ya?" Ketika Karen dalam perjalanan pulang dari pasar, dia bertemu teman yang cukup dekat dengannya."Ya, telur ayam. Harganya lebih murah kalau perginya agak siang." Karen mengangkat alisnya dengan bangga. Bukannya dia ingin membual, tetapi di antara semua orang yang tinggal di kompleks pengajar, tidak ada yang lebih pintar mengatur waktu selain dirinya."Kalau begitu, lain kali aku juga pergi siangan. Omong-omong k
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 158

Jeremy berkata, "Aku minta pendapat Irene dulu ya ....""Apa?" suara Vera terdengar agak kesal. "Memangnya ada masalah apa? Kamu kepala keluarga! Untuk apa menanyakan hal sesimpel ini pada istrimu? Memangnya kamu nggak bisa membuat keputusan sendiri?""Ibu, ini nggak ada hubungannya dengan kepala keluarga atau bukan. Bagaimanapun, aku tetap harus minta pendapat Irene. Ini baru menunjukkan aku menghargainya ....""Dasar nggak berguna! Terserah kamu deh! Nggak masalah juga kalau dia menolak! Pokoknya aku dan ayahmu bakal pergi besok!" Usai berbicara, Vera pun mengakhiri panggilan."Ada apa? Siapa yang telepon?" Irene melihat Jeremy menggaruk kepalanya setelah kembali dari halaman."Ibuku.""Apa yang dia bilang?""Katanya besok mau buat acara di sini. Soalnya besok festival lentera ....""Ide bagus!" Irene tersenyum. "Kalau begitu, undang kakak-kakakmu kemari! Gina juga!"....Keesokan pagi, begitu langit terang, Irene langsung pergi ke pasar. Pukul 4 sore, keluarga mulai berdatangan.Set
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 159

Chyntia menghela napas. Meskipun tidak menampakkan niat jahatnya, nada bicaranya jelas menyindir.Riana bertanya, "Sebenarnya Nadine kerja apa di ibu kota? Kerjaannya pasti hebat sekali, 'kan? Soalnya orang biasa nggak bakal bisa menghasilkan uang sebanyak itu."Nadine mengenyit. Irene menarik tangannya untuk memberi isyarat agar Nadine tidak perlu repot-repot. Serahkan saja semuanya kepadanya."Kak Riana, Kak Chyntia, nggak sehebat itu. Setelah tamat kuliah, Nadine memang nggak lanjut S2. Tapi, dia juga nggak nganggur. Dia pernah melakukan berbagai kerjaan untuk menghasilkan uang."Gina tersenyum dingin. "Bagus kalau uang itu hasil kerja kerasnya. Aku sih takutnya dia aneh-aneh di luar sana."Ekspresi Irene tetap terlihat tenang. "Terima kasih atas perhatianmu. Tapi, Nadine sudah besar. Dia pasti punya rencana ke depannya. Sebagai orang tua dan seniornya, kita cuma perlu mendukungnya."Chyntia mengangkat alis. "Rencana? Maksudmu, Nadine bakal kembali ke ibu kota untuk cari kerja atau
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 160

Orang-orang langsung menuju ke lantai dua. Mereka mengikuti sumber suara hingga akhirnya tiba di depan kamar Nadine.Terlihat Cecil duduk di lantai dengan dua tas di sampingnya. Ketika melihat keluarganya, dia langsung menangis dan mengentakkan kakinya."Cecil, ada apa? Jangan buat Ibu takut." Chyntia menghampiri dan berjongkok di sampingnya. "Ayo, berdiri dulu ....""Nggak mau! Nadine harus minta maaf padaku! Kalau nggak, aku nggak mau berdiri!"Nadine terkekeh-kekeh. "Ya sudah. Kamu mau duduk atau berbaring pun boleh.""Kamu ...."Tatapan Chyntia menjadi agak suram. "Kenapa harus minta maaf? Beri tahu Ibu, apa yang terjadi?""Ibu! Nadine menamparku ....""Apa?" Chyntia memelotot, lalu berbalik untuk menatap Nadine. "Kenapa kamu menamparnya?""Bibi, maaf sekali. Tadi aku dengar ada suara waktu kembali ke kamar. Kukira ada maling, makanya ....""Sebenarnya aku juga ingin tanya, kenapa Kak Cecil tiba-tiba muncul di kamarku? Bahkan, dia menggeledah barang-barangku." Sambil berbicara, Nad
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
33
DMCA.com Protection Status