Share

Bab 153

Penulis: Patricia
Gina langsung menangkap poin pentingnya. "Kamu bilang Nadine yang beli?"

"Ya, hebat sekali, 'kan? Nggak seperti putriku, Cecil. Dia cuma bisa makan gaji ...."

"Gimana bisa Nadine punya uang sebanyak itu? Dia masih muda."

Chyntia tersenyum bangga. "Entahlah. Tapi, kamu nggak boleh meremehkan anak muda zaman sekarang. Mereka punya pakaian dan tas bermerek. Mungkin mereka nggak bisa beli, tapi ada yang kasih ...."

Gina sontak mengernyit.

"Aduh, kenapa aku malah membahas hal itu? Sudahlah, kamu lanjutkan kesibukanmu. Aku tutup teleponnya."

Chyntia mengakhiri panggilan setelah merasa sudah cukup. Di sisi lain, Gina menggenggam ponsel dengan erat dan tampak merenung.

Tidak berhenti sampai di situ, Chyntia menelepon Riana. "Kak Riana, ini aku."

"Kamu telepon tepat waktu. Klienku kasih banyak anggur dan makanan khas daerah. Aku sudah bagi untuk keluargamu dan keluarga Jeremy. Kalau ada waktu, datang ambil ya."

Pada tahun-tahun sebelumnya, Riana selalu membagikan hadiah yang diterimanya kepada
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 154

    "Nggak apa-apa. Setelah mereka bayar, kita beli saja dari orang lain. Kasih harga yang agak tinggi."Riana sebenarnya ingin menolak. Bagaimanapun, lebih baik beli rumah baru, 'kan? Namun, dia tidak bersikeras lagi karena suaminya telah berbicara demikian dan dana memang belum mencukupi.Sayangnya, hingga sekarang vila Red Pearl terus menghantuinya. Dia merasa sangat enggan karena belum bisa membelinya!"Kamu yakin yang mereka beli adalah vila Red Pearl?" tanya Riana untuk memastikan.Chyntia tersenyum. 'Lihatlah, semua orang nggak percaya. Gimana bisa keluarga Jeremy yang miskin membeli vila semahal itu?'"Aku lihat surat kontraknya, jadi nggak mungkin palsu. Lagi pula, Irene sendiri bilang Nadine beli vila itu sebagai tanda bakti. Kenapa aku nggak punya putri sehebat Nadine sih? Nadine cuma wanita, tapi lebih hebat dari Aditya!"Aditya mendirikan perusahaan sendiri, tetapi tidak membeli vila untuk orang tuanya.Ekspresi Riana menjadi agak suram. "Nadine memang berbakti. Tapi, dari man

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 155

    Gina melepas sepatunya, lalu mengamati ruang tamu dan melihat kardus yang telah dikemas dengan baik. Kemudian, dia duduk dengan tenang."Kak, kalian bersih-bersih rumah?" tanya Gina."Bukan, kami lagi pindah barang." Irene tersenyum, lalu menatap beberapa kardus di pojok. "Semua sudah dimasukkan ke kardus?""Masih ada sedikit lagi.""Kalian mau pindah rumah ya?""Ya.""Pindah ke mana?"Jeremy dan Irene bertatapan, merasa tidak ada yang perlu dirahasiakan. Lagi pula, cepat atau lambat orang-orang akan tahu.Jeremy menyahut, "Ke gedung yang baru dibangun baru-baru ini. Namanya Red Pearl.""Kalian beli apartemen di sana?""Bukan, tapi vila." Jeremy menggeleng.Gina terkejut, seolah-olah baru mendengar kabar ini. "Kak, sejak kapan kamu punya uang sebanyak itu? Vila Red Pearl setidaknya 8 miliar lho. Kamu ...."Gina berjeda sebelum meneruskan dengan cemas, "Kamu nggak boleh melakukan hal ilegal lho ....""Nggak kok. Mana mungkin aku punya nyali sebesar itu." Jeremy terkekeh-kekeh."Kalau be

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 156

    Gina berucap dengan sungguh-sungguh, "Sebenarnya yang ingin kubilang sederhana saja. Sebagai wanita, kita nggak seharusnya mengambil jalan pintas ataupun melakukan sesuatu yang melanggar norma."Nadine mengangguk sebagai tanda setuju. "Memang benar begitu.""Kamu juga setuju, 'kan?" Ekspresi Gina tampak lega, seolah-olah Nadine masih tertolong."Tentu saja.""Baguslah. Aku bisa tenang kalau begitu." Gina mengangguk. "Sebaiknya vila itu dikembalikan. Mungkin butuh biaya penanganan, tapi setidaknya kamu bisa hidup tenang." Nadine termangu. Wajah Gina menjadi agak suram. Apakah nasihatnya ini tidak berguna? "Kenapa? Kamu nggak rela?"Nadine tersenyum dan akhirnya memahami tujuan kedatangan Gina. Dia menyahut, "Bibi, aku setuju dengan pemikiranmu. Wanita memang harus mengandalkan diri sendiri. Tapi ....""Aku nggak mengandalkan siapa pun kok. Jadi, aku anggap kamu cuma berbagi pengalaman denganku tadi. Aku sama sekali nggak tersinggung."Ucapan Nadine sudah sangat jelas. Siapa pun yang tid

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 157

    Bahkan, dia bisa menanam sayur, memelihara ayam dan ikan! Keluarganya tidak akan kekurangan apa pun!"Eh? Mau pindah ya?" tanya Karen yang berdiri di halaman rumahnya sambil melipat lengan di depan dada. Senyuman tipis tersungging di bibirnya.Jeremy tidak menghiraukannya dan hanya melanjutkan kesibukannya. Sementara itu, Irene yang berada di dalam rumah mendengar suara Karen. Dia awalnya hendak keluar, tetapi buru-buru mundur supaya tidak bertemu Karen.Karen mencebik. "Sombong sekali! Padahal, kalian pindah karena diusir olehku ...."...."Kak Karen, kamu pergi beli sayur ya?" Ketika Karen dalam perjalanan pulang dari pasar, dia bertemu teman yang cukup dekat dengannya."Ya, telur ayam. Harganya lebih murah kalau perginya agak siang." Karen mengangkat alisnya dengan bangga. Bukannya dia ingin membual, tetapi di antara semua orang yang tinggal di kompleks pengajar, tidak ada yang lebih pintar mengatur waktu selain dirinya."Kalau begitu, lain kali aku juga pergi siangan. Omong-omong k

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 158

    Jeremy berkata, "Aku minta pendapat Irene dulu ya ....""Apa?" suara Vera terdengar agak kesal. "Memangnya ada masalah apa? Kamu kepala keluarga! Untuk apa menanyakan hal sesimpel ini pada istrimu? Memangnya kamu nggak bisa membuat keputusan sendiri?""Ibu, ini nggak ada hubungannya dengan kepala keluarga atau bukan. Bagaimanapun, aku tetap harus minta pendapat Irene. Ini baru menunjukkan aku menghargainya ....""Dasar nggak berguna! Terserah kamu deh! Nggak masalah juga kalau dia menolak! Pokoknya aku dan ayahmu bakal pergi besok!" Usai berbicara, Vera pun mengakhiri panggilan."Ada apa? Siapa yang telepon?" Irene melihat Jeremy menggaruk kepalanya setelah kembali dari halaman."Ibuku.""Apa yang dia bilang?""Katanya besok mau buat acara di sini. Soalnya besok festival lentera ....""Ide bagus!" Irene tersenyum. "Kalau begitu, undang kakak-kakakmu kemari! Gina juga!"....Keesokan pagi, begitu langit terang, Irene langsung pergi ke pasar. Pukul 4 sore, keluarga mulai berdatangan.Set

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 159

    Chyntia menghela napas. Meskipun tidak menampakkan niat jahatnya, nada bicaranya jelas menyindir.Riana bertanya, "Sebenarnya Nadine kerja apa di ibu kota? Kerjaannya pasti hebat sekali, 'kan? Soalnya orang biasa nggak bakal bisa menghasilkan uang sebanyak itu."Nadine mengenyit. Irene menarik tangannya untuk memberi isyarat agar Nadine tidak perlu repot-repot. Serahkan saja semuanya kepadanya."Kak Riana, Kak Chyntia, nggak sehebat itu. Setelah tamat kuliah, Nadine memang nggak lanjut S2. Tapi, dia juga nggak nganggur. Dia pernah melakukan berbagai kerjaan untuk menghasilkan uang."Gina tersenyum dingin. "Bagus kalau uang itu hasil kerja kerasnya. Aku sih takutnya dia aneh-aneh di luar sana."Ekspresi Irene tetap terlihat tenang. "Terima kasih atas perhatianmu. Tapi, Nadine sudah besar. Dia pasti punya rencana ke depannya. Sebagai orang tua dan seniornya, kita cuma perlu mendukungnya."Chyntia mengangkat alis. "Rencana? Maksudmu, Nadine bakal kembali ke ibu kota untuk cari kerja atau

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 160

    Orang-orang langsung menuju ke lantai dua. Mereka mengikuti sumber suara hingga akhirnya tiba di depan kamar Nadine.Terlihat Cecil duduk di lantai dengan dua tas di sampingnya. Ketika melihat keluarganya, dia langsung menangis dan mengentakkan kakinya."Cecil, ada apa? Jangan buat Ibu takut." Chyntia menghampiri dan berjongkok di sampingnya. "Ayo, berdiri dulu ....""Nggak mau! Nadine harus minta maaf padaku! Kalau nggak, aku nggak mau berdiri!"Nadine terkekeh-kekeh. "Ya sudah. Kamu mau duduk atau berbaring pun boleh.""Kamu ...."Tatapan Chyntia menjadi agak suram. "Kenapa harus minta maaf? Beri tahu Ibu, apa yang terjadi?""Ibu! Nadine menamparku ....""Apa?" Chyntia memelotot, lalu berbalik untuk menatap Nadine. "Kenapa kamu menamparnya?""Bibi, maaf sekali. Tadi aku dengar ada suara waktu kembali ke kamar. Kukira ada maling, makanya ....""Sebenarnya aku juga ingin tanya, kenapa Kak Cecil tiba-tiba muncul di kamarku? Bahkan, dia menggeledah barang-barangku." Sambil berbicara, Nad

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 161

    Memangnya Nadine benar-benar mengira dirinya masih sama seperti Nadine yang dulu? Setelah lulus bertahun-tahun, masih ingin belajar lagi? Jangan mimpi! Setelah hasilnya keluar nanti, Nadine pasti akan malu!Riana berkata, "Setelah dengar perkataan Gina, aku jadi penasaran juga."Gina tersenyum tipis. "Ya, kita semua penasaran sekali. Nadine, kamu periksa sekarang dong? Biar kami semua ikutan lihat. Nggak usah merasa terbebani. Bagaimanapun hasilnya, baik nilainya tinggi maupun rendah, diterima atau nggak, semuanya nggak masalah."Irene melirik putrinya dan refleks ingin menolak. Namun, Nadine malah tersenyum dan berkata, "Baiklah."Sekelompok orang berkumpul di depan komputer. Nadine sebelumnya sudah memasukkan nomor ujian dan kata sandinya, sekarang dia hanya perlu menekan tombol "Enter" untuk melihat nilainya."Ayah, kamu saja yang periksa," katanya."Ah, aku?" balas Jeremy."Ya, bukankah waktu ujian masuk perguruan tinggi dulu, kamu juga yang bantu aku memeriksanya?""Baik." Jeremy

Bab terbaru

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 697

    Tiba-tiba, Inez teringat sesuatu. Dia mengambil ponselnya dan membuka foto yang diambil tadi.Wanita yang bersama Arnold barusan ... bukankah mirip dengan gadis yang beberapa waktu lalu belanja sepatu bersama putranya di mal?Inez menggeleng, merasa pikirannya terlalu berlebihan. Dia tahu betul bagaimana sifat putranya.Selama ini, hanya ada perempuan yang jatuh dalam pesona Stendy, bukan sebaliknya. Bagaimana mungkin Stendy dipermainkan oleh wanita?Tidak mungkin ... benar-benar tidak mungkin .... Pasti hanya kebetulan.....Setelah mengambil mobilnya, Nadine dan Arnold pulang. Karena area apartemen mereka tidak memiliki lahan parkir khusus, mobil harus diparkir di tempat parkir umum di seberang jalan.Karena Nadine kini sudah memiliki mobil sendiri dan membutuhkan tempat parkir tetap, Arnold menyarankan agar dia menyewa satu slot parkir secara permanen.Setelah menghubungi pihak pengelola, bernegosiasi harga, dan menandatangani kontrak, mereka baru selesai satu jam kemudian.Arnold m

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 696

    Saat Nadine memilih mobil, Arnold memang tidak banyak bicara, tetapi selalu berada di sisinya. Jika ada detail yang terlewat, dia akan mengingatkan pada saat yang tepat.Mana mungkin teman biasa melakukan hal seperti ini? Apalagi, sejak mereka masuk ke showroom ini, si pria selalu memperhatikan si wanita. Tatapan penuh fokus dan kepedulian itu jelas bukan sesuatu yang bisa dipalsukan.Bukankah ini persis dengan pasangan pengantin baru yang sering dia temui? Kalaupun bukan pengantin baru, mereka pasti pasangan! Makanya, sales wanita itu bertanya demikian.Nadine sudah beberapa kali menghadapi kesalahpahaman seperti ini. Dia tidak berani melihat ekspresi Arnold dan hanya melambaikan tangan. "Bukan, kamu salah paham."Gadis itu buru-buru meminta maaf.Arnold tidak berkata apa-apa, hanya saja tatapannya pada Nadine tetap lembut.Sales itu semakin bingung. Kalau bukan pasangan, lalu mereka apa?....Di seberang jalan, Inez yang sedang jalan-jalan tiba-tiba teringat bahwa mobilnya sudah haru

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 695

    "Nggak merepotkan. Sudah ada model yang kamu suka?"Nadine tidak punya permintaan khusus, yang penting mobilnya nyaman dikendarai."Kalau begitu, aku sarankan sedan. Kenyamanan duduk dan handling-nya lebih baik dibanding SUV. Hanya saja, ruang kabinnya lebih kecil. Kalau nggak mempertimbangkan perjalanan keluarga dan hanya untuk mobilitas harian, sedan adalah pilihan yang bagus.""Oke." Nadine mengangguk. Dia tipe yang mendengarkan saran."Gimana dengan merek?" Pria itu bertanya lagi, "Ada preferensi tertentu?""Nggak ada." Nadine menggeleng. "Tapi, aku suka mobil luar negeri."Arnold menaikkan alis. Kebetulan sekali. Dia juga."Kalau anggaran?""Bebas."Mereka pertama-tama pergi ke showroom Volkswagen terdekat. Begitu masuk, seorang sales segera menyambut mereka dengan senyuman. "Selamat datang! Mau lihat mobil seperti apa? Aku bisa membantu.""Sedan. Irit bahan bakar, mudah dikendarai. Ada rekomendasi?" tanya Arnold."Silakan lihat model ini." Sales itu membawa mereka ke sebuah mobil

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 694

    Reagan tidak punya waktu untuk memikirkan perasaan Jinny, juga tidak memedulikan semangkuk bubur di sampingnya.Dia sedang dalam suasana hati yang buruk. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, dia baru menutup laptopnya.Tiba-tiba, dia melihat mangkuk bubur yang masih ada di dekatnya. Buburnya dimasak hingga lembut, hampir penuh satu mangkuk, dengan tambahan kurma merah dan goji berry. Dibandingkan dengan yang pernah dibuat Eva, ini terlihat lebih detail.Reagan memang sedikit lapar. Saat mengangkat mangkuk, dia menyadari buburnya masih hangat. Awalnya, dia hanya berniat mencicipi.Namun, begitu bubur itu masuk ke mulutnya, dia sontak termangu. Rasanya ....Dia menunduk menatap mangkuk itu, ekspresinya menjadi rumit. Sangat mirip, nyaris sama dengan yang dulu dibuat oleh Nadine.Reagan tidak bisa menahan diri untuk tertegun. Untuk sesaat, dia merasa wanita itu masih berada di sisinya.Saat turun ke lantai bawah, Jinny masih belum pergi. Dia duduk di sofa, membaca buku, terlihat tenang dan

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 693

    Terlebih lagi, orang yang dikirimi mobil ini adalah seorang wanita cantik yang tinggal di apartemen tua. Garis bawahi, cantik!Siapa pun bisa menebak seperti apa skenarionya.Pasti karena kecantikannya, dia menarik perhatian seorang konglomerat yang ingin memilikinya, jadi mobil ini dikirim sebagai hadiah awal.Atau mungkin pria itu sudah mendapatkan wanita ini dan mobil ini adalah hadiahnya. Enaknya jadi orang kaya, sekali keluar uang langsung 10 digit untuk sebuah Maserati.Sayangnya, si sales terlahir sebagai laki-laki. Kalau saja dia perempuan, dia juga pasti akan mencari sponsor kaya raya. Zaman sekarang, siapa yang nggak mau dapat uang dengan rebahan, untuk apa sok suci?"Bu Nadine, kamu orang pintar. Kadang-kadang, jangan terlalu jual mahal. Ambil kesempatan yang ada sebelum malah merugikan diri sendiri, setuju?"Maksudnya jelas, ada orang kaya yang menghadiahimu mobil karena menganggapmu berharga. Bersikap jual mahal sedikit boleh, tetapi jangan keterlaluan. Ini hanya bagian da

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 692

    Nadine tertawa terpingkal-pingkal melihat mereka berdua. "Sudahlah, biar aku saja yang masak hari ini. Kalian bantu aku saja."Keputusan sudah dibuat, jadi keduanya tidak lagi membantah.Darius dan Mikha tahu bahwa Nadine sangat teliti saat melakukan penelitian, tetapi mereka tidak menyangka dia juga sangat disiplin saat memasak.Daging dan sayuran harus dicuci terpisah. Dia juga tahu cara membedakan daun yang tampak hijau segar, tetapi sebenarnya sudah tua. Selain itu, daging harus dipotong melintang atau memanjang, semua itu tergantung serat daging.Mikha dan Darius hampir tidak pernah menyentuh pekerjaan dapur di rumah. Sekarang mereka disuruh-suruh, tetapi tidak mengeluh, justru merasa seperti menemukan dunia baru. Semuanya terasa menarik.Dua jam kemudian, hidangan akhirnya siap di atas meja. Mikha berdiri dengan tangan di pinggang, menatap hidangan lezat di depannya dengan ekspresi bangga. "Aku memang hebat! Aku berhasil menyiapkan semua makanan ini?"Ini harus diabadikan dan dip

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 691

    Di tengah jalan, Darius ingin membantu, tetapi ditolak."Kamu meremehkanku?" Mikha mendelik.Melihat Mikha bersikeras, ditambah lagi tangannya sendiri sudah membawa dua kantong besar, Darius akhirnya menyerah.Hanya saja, dia tidak menyangka setelah sampai di lantai 7, Mikha berkeringat deras seperti orang yang berjemur di musim panas.Sebaliknya, Darius tetap tenang. Wajahnya tetap normal, napasnya stabil, hanya detak jantungnya yang sedikit lebih cepat dari biasanya.Nadine membuka pintu. Dia sudah menyiapkan sandal untuk mereka berdua.Dokter bilang, meskipun kaki yang cedera sudah tidak bengkak lagi dan secara teori sudah bisa digunakan untuk berjalan, demi keamanan, sebaiknya jangan bergerak terlalu banyak dulu.Jadi, begitu pintu terbuka, Darius dan Mikha melihatnya melompat dengan satu kaki. Setelah berdiri dengan stabil, dia baru menurunkan kaki yang cedera, tetapi tetap tidak berani menapakkan terlalu kuat."Aduh! Kak Nadine! Pelan-pelan dong!" Mikha segera maju untuk menopang

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 690

    "Bagaimana keadaan kakimu?" Arnold baru saja kembali dari laboratorium dan melihat ada kotak paket yang sudah dibuka di depan pintu. Dia langsung tahu bahwa Nadine sudah keluar dari rumah sakit."Dokter bilang nggak ada masalah serius, cuma perlu oleskan obat secara rutin dan periksa kembali seminggu kemudian." Karena teringat sesuatu, Nadine menunduk. "Hari itu ... kalau bukan karena kamu dan Stendy, mungkin aku nggak bisa bertahan selama itu ...."Terutama karena dia sempat mengalami demam. Dia juga mendengar bahwa obat penurun panas yang diminumnya diberikan oleh Arnold.Meskipun pada tengah malam, kesadarannya sempat menurun karena demamnya yang tinggi, dia masih bisa merasakan kehadiran mereka.Dia tahu Arnold memindahkannya ke belakang pilar untuk menghindari angin, juga tahu bahwa dia dan Stendy melingkari tubuhnya untuk memberi kehangatan, bahkan terus-menerus menggunakan alkohol dan kain kasa untuk menurunkan suhu tubuhnya ....Semua itu, Nadine ingat.Termasuk setelah tiba di

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 689

    Saat ini, Natasha dan Phoebe kembali dari kamar mandi.Kelly buru-buru menepis tangan Teddy, sementara Teddy segera kembali ke tempat duduknya.Phoebe merasakan ada sesuatu yang aneh, jadi bertanya dengan hati-hati, "Kalian ... baik-baik saja?"Teddy diam, menatap lurus ke arah Kelly. Dia menunggu jawaban dari Kelly.Kelly menarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum, "Kami baik-baik saja kok."Dari sekadar rekan kerja yang kebetulan tidur bersama, kini mereka menjadi pasangan dalam hubungan terbuka.....Kelly tersadar dari lamunannya. Dia mendorong Teddy yang terus mendekatinya. "Masih belum puas? Cepat nyetir!""Cium lagi dong! Aku belum puas ...."Kelly memutar bola matanya dengan kesal. "Teddy, kamu lebih lengket dari Papu, tahu nggak?"Papu adalah kuda poni dari luar negeri yang Kelly pelihara di peternakan kudanya. Kuda itu sangat ramah, terutama kepada pemiliknya.Setiap kali Kelly datang menemuinya, Papu pasti akan manja dan terus menempel padanya.Teddy pernah ikut melihat sekal

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status