Home / Romansa / PERFAKE HUSBAND / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of PERFAKE HUSBAND : Chapter 121 - Chapter 130

144 Chapters

121. Syarat Cerai dari Bayu

Aku duduk di sofa panjang karena kakiku mendadak kram. Aku diam memantau belakang rumah, dimana Nadia dan Sean sedang bermain dengan Askara. Aku mengajak mereka kesini, dengan harapan akan terhibur. “Ra?” “Ma?” Mama tersenyum ketika duduk disebelahku, “Mama seneng semua temen-temen kamu udah tahu kalo kamu punya Askara. Jadinya kamu sama kak Bayu gak perlu pura-pura lagi jadi guru dan murid.” Aku hanya tersenyum kecil. “Mama gak nyangka, pernikahan kalian yang disembunyikan akhirnya ketahuan juga. Mama kira kemarin, wali murid akan demo karena papa biarin kamu tetep sekolah. Ternyata mereka gak minta kamu dikeluarkan setelah mediasi.” “Makasih ya, ma. Mama sama papa basti sangat berusaha buat yakinin mereka, kalo status pernikahan aku sama kak Bayu gak akan bawa pengaruh buruk buat siswa lain.” Mama tersenyum menggenggam tanganku. “Ra.” Bayu duduk di sofa lain. “Kalian mau ngobrol ya? Ya udah mama ke belakang dulu, nyusul Sean sama Nadia.” Aku memalingkan wajah dar
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

122. Menagih Janji

Satu bulan kemudian... Aku tertawa melihat Sean dan Askara sudah benar-benar dekat sekarang. Sepulang sekolah, aku rutin mengajak Sean mengasuh Askara bersama. Kadang dibelakang rumah, kadang di taman komplek. Sean pernah juga membawaku dan Sean ke timezone di mall. Kali ini kami kembali ke taman komplek dan duduk dikursi besi tempat pertama kali Askara ditemukan. Ponselku berdering panjang. “Bentar ya, aku angkat telpon dulu.” “Iya, Ra.” “Kenapa?” tanyaku tanpa basa-basi pada Bayu. “Waktunya pulang.” “Oke.” Aku menyimpan ponsel di saku baju dan melirik Sean, “Bayu udah nyuruh pulang.” “Oh ya udah.” “Kamu... marah pisah sama Askara?” Sean menggeleng, “Pak Bayu bener, udah waktunya kita pulang. Udah mau magrib.” Di mobil, ketika aku memangku Askara, aku melirik Sean, “Bayu akan ceraikan aku segera.” Sean tersenyum sumringah, “Oyah? Kamu serius?” “Iya. Tapi dia bilang—hak asuh Askara—harus ke tangan aku.” Tawa Sean berubah mendung. “Kenapa, Sean?” “En
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

123. Ayah Kembali

Aku terkejut melihat Adit ada di parkiran sekolah. Aku yang akan pulang dengan Bayu meski masih saling diam, sama-sama merasa ada yang aneh melihat Adit datang ke sekolah tanpa pemberitahuan. “Kak? Lo kok ada disini? Lo gak kerja? Ini masih jam dua loh." “Iya, Dit. Ada apa? Gue jadi mikir lo—mau lamaran ya?” “Aura, lo pulang sama gue.” pintanya dengan wajah serius. Aku melirik Bayu, “Kalo lo emang pengen gue ke rumah, lo bisa bilang, gak perlu jemput gue kesini. Gue bisa kesana sama Bayu.” “Iya, bener. Lo kenapa sih, Dit?” “Ibu ada di rumah.” Aku diam, memikirkan segala kemungkinan. “Ibu gak kenapa-napa, ibu sehat, ibu gak sakit atau kecelakaan kok.” Adit seolah tahu kalau aku sangat khawatir pada kondisi ibu. Aku melirik Bayu, “Lo pulang sendiri aja.” “Gak papa, gue ikut kalian aja.” “Bay, lo pulang aja. Gue sama Aura... ada urusan.” “Oke.” Aku memakai helmet dan menaiki motor Vespa Adit. Sepanjang jalan, Adit tak bicara. Terlihat dari kaca spion, waja
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

124. Rencana Rujuk

Seharian ini aku tidak banyak bicara. Nadia yang terus menggodaku dan Sean yang banyak membicarakan mengenai universitas tempat ia akan kuliah nanti, tak ku perdulikan. “Ra, lo kenapa sih? Dari tadi gue sama Sean ngomong gak lo dengerin.” Nadia manyun. “Kamu—lagi mikirin apa?” tanya Sean. Aku melirik mereka silih berganti, “Enggak kok.” “Ini tuh pelajaran favorit lo, tapi tadi lo olahraganya loyo banget, gak kayak biasanya. Askara rewel ya semaleman?” Aku menggeleng dan bangkit dari tembok pinggir lapang, “Gue ke kelas duluan ya.” “Ra, gue ikut.” Nadia hampir mengejarku, tapi ku lihat Sean menahannya. Aku membereskan semua bukuku dengan cepat. Setelah ini aku akan langsung pulang ke rumah ibu, untuk bicara dengan—ayah. Aku menggendong tasku keluar kelas. Guru olahraga yang tidak masuk, membuat kami memiliki kebebasan di lapang dan tidak perlu mengikuti penutupan menjelang pulang. “Ra, lo udah mau balik?” Bayu baru keluar dari kelas yang ia ajar. “Iya. Gue mau bali
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

125. Mulai Menerima

Aku sibuk membereskan seisi kamar, membongkar lemari dan melipat ulang baju-baju yang terlipat dan menggantung rapi. “Ra, akadnya sebentar lagi. Lo—gak mau dateng?” Bayu berdiri kaku di lawang pintu. Ia sudah rapi dengan kemeja batik. “Askara liat deh, ini baju mama udah kegedean. Berarti mama kurusan ya?” aku berusaha mengacuhkan Bayu. “Aaaaak.” Aku tertawa, “Karena ngurusin kamu tuh jadinya mama kurus. Tapi gak papa, diet alami.” Suara langkah kaki mendekati kamar. “Ra?” Ku lirik mama dan papa yang sudah siap pergi. Wajah mereka tampak khawatir, mungkin takut aku marah. “Aku sibuk, ma, pa. Banyak baju-baju yang mau di buang, sama kayak kenangan dan orang-orang yang gak perlu disimpen lagi. Bikin sempit.” “Eum... mama sama papa—gak perlu pergi, ya?” Aku membuang nafas pelan, “Pergi aja, ma, pa. Aku yang gak akan pergi. Bilangin aja kalo mereka nanyain, kalo aku sibuk.” “Iya, Ra. Mama sama papa pergi dulu ya?” Aku berhenti melipat baju dan melirik ke arah pintu
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

126. Tes Ala Bayu

Aku menatap langit-langit kamar dengan keadaan lampu padam. Kamarku tidak memiliki AC, hanya ada kipas angin yang berisiknya seperti suara angin ribut. “Ra, kipasnya gak bisa di silent?” “Berisik, orang kaya.” Bayu tertawa, “Gue sekarang tahu lo keluarga berada.” “Berada dalam bahaya. Sekarang gue ketahuan kalo aslinya emang miskin. Puas lo!” Bayu bangkit, ia bergerak menyalakan lampu. “Orang mau tidur, ini malah nyalain lampu.” Bayu duduk bersila di ranjang, “Ra, lo gak takut sama gue?” “Takut, takut banget malah. Muka lo kayak Genderuwo!” Bayu menunjukkan ekspresi wajah terjeleknya. “Makin mirip tuh.” “Bangun dong lo, berasa ngobrol sama orang stroke gue.” Aku bangkit, “Ngatur mulu lo ya. Mau apa sih?” “Gue mau kita gak cerai, Ra.” Aku diam. Bayu merapikan rambutku yang mengenai pipi. Matanya terus menatapku serius seolah ia bukanlah Bayu yang biasa. “Lo kesurupan?” “Terserah lo mau bilang gue apa. Gue—udah mulai sayang sama lo, Ra.” Aku tertawa,
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

127. Rahasia Besar Ayah

“Askara, kamu tahu gak nama kamu tadinya bukan itu. Namanya udah disiapin. Nama kamu adalah Ardian. Tapi Askara juga bagus, dari huruf A juga.” Aku sembunyi didekat pohon ketika terus mendengar ayah berbicara aneh. “Kamu seneng gak punya orang tua lengkap? Hm? Maaf ya, kamu lahir tanpa mama, sayang. Tapi sekarang kamu punya dua mama. Mama Aura dan ibu Syaira.” Deg! Apa maksud ayah bicara begitu? “Maafin ayah harus pura-pura jadi kakek kamu, padahal ayah adalah papa kandung kamu.” Aku melongo dengan dua mata yang panas siap memaki. “Mama kamu udah meninggal, dan ayah merasa gak bisa urus kamu. Jadinya ayah terpaksa simpen kamu disini, di semak ini saat kakak kamu dan Bayu makan. Ayah gak punya cara lain. Ayah cuma mau kamu aman. Ayah tahu mereka bisa sayang sama kamu.” Aku menangis mendengar semua penuturan ayah. Kakiku mendadak terpaku enggan bergerak. Ayah keterlaluan. Jadi akar dari kehidupan hancur itu karena ulahnya? “Tapi ayah gak pernah nyangka, kalo kakakmu
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

128. Rahasia yang Merebak

Rahasia yang aku beberkan tadi pagi, membuat suasana rumah jadi kacau. Aku dan Adit hanya saling diam, mendengar tangisan Askara yang tak kunjung tenang setelah diambil alih ayah. Bayu pulang. Ia hanya pamitan singkat dan tak bicara apapun. Ia pasti marah sekali, ketika aku meminta Askara dikembalikan pada ayah kandungnya. Aku tahu, dia berniat untuk mengasuh Askara sampai besar. Ibu keluar dari kamar, “Aura, ibu mau bicara.” Aku mengangguk. Ibu duduk di sofa hadapanku. Ibu menatapku lama, lalu melirik Adit, “Jangan bilang kamu tahu semuanya, Dit?” Adit menatap ibu, “Aku tahu semuanya, bu. Maaf.” “Kalian tega bohongin ibu?” “Bu, keadaannya rumit.” Aku berusaha menenangkan ibu, “Kalo aku bilang sama ibu, aku akan—” “Kamu gak akan dapet uang dari hasil kerja sama?” Aku melotot kaget. Jangan-jangan Bayu membocorkan pada ibu, “Ibu tahu dari mana?” Ibu memberikan kertas kecil salinan kerja samaku dan Bayu yang terikat dalam pernikahan palsu, “Ibu udah lama nemuin ini di
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

129. Pembatalan Pernikahan

Mama menepati janjinya. Bahkan dalam satu minggu semuanya sudah selesai. Aku bernafas lega, melihat surat pembatalan pernikahan sudah sah dikeluarkan oleh pengadilan Agama. Adit membuang nafas berat, “Seneng lo sekarang udah pisah dari si Bayu?” “Seneng dong.” “Ra, liat gue.” Aku menatap Adit, “Kenapa?” “Lo belum cerita ke siapa-siapa ‘kan soal semua ini?” Aku menggeleng. “Bagus. Lo gak perlu bilang. Soal pembatalan nikah ini, tolong bilang sama Sean, kalo lo sama Bayu adalah bercerai. Dan tetep bilang kalo Askara akan ikut elo.” Aku mengernyit, “Kak, gak bisa gitu dong, gue—” “Lo pengen tahu ‘kan seberapa tulus Sean sama lo? Ini caranya.” Aku tertawa, “Tapi gue bohongin dia ‘kan jadinya?” “Setelah lo tahu sifat asli Sean dan keluarganya, lo bisa jujur. Masalah selesai.” Aku mengangguk, ide Adit boleh juga. “Kebetulan malem ini Sean ngajak dinner dan akan ngenalin gue sama orang tuanya.” Adit melotot, “Cocok banget, Ra! Lo bersikap seolah semua terjadi sepe
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

130. Tabiat Asli Sean

Sean membuka ‘kan kursi untukku. “Makasih, Sean.” “Sama-sama, sayang.” Sean sangat tampan malam ini. Ia mengenakan kemeja biru langit dan celana bahan hitam yang cocok sekali dengan tubuhnya yang atletis. “Mami daddy aku sebentar lagi sampe.” “Aku... takut.” “Kamu pernah ketemu mereka, ‘kan? Mereka gak gigit kok.” Aku tertawa. “Halo, Aura.” Aku berdiri menyambut mami datang bersama daddy yang pernah bertemu denganku di sekolah. Mereka mencium pipi kanan-kiriku. Penampilan mereka sangat stunning. Untungnya aku pakai baju yang mama belikan dulu, jadinya tidak terlalu kebanting. “Maaf ya lama. Di depan kami bertemu teman lama.” “Gak papa, tante.” Kami duduk melingkar, menunggu pramusaji menuangkan sparkling water pada gelas. “Sean memang tidak salah pilih. Kamu sangat cantik, Aura.” puji daddy Sean. “Terima kasih, om.” “Kalian akan jadi pasangan yang serasi, karena akan sama-sama kuliah di Ecole Nationale Superieure des Arts Decoratifs.” Aku melirik Se
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status