Home / Romansa / PERFAKE HUSBAND / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of PERFAKE HUSBAND : Chapter 91 - Chapter 100

144 Chapters

91. Dinner dengan Bayu

Aku berjalan pelan menghampiri Bayu yang masih duduk di kursi tunggu lobi. Aku duduk disebelahnya. “Bay, gue minta maaf udah nuduh lo.” Bayu menatapku, “Si Andre ‘kan yang bilang kalo gue yang bikin Maira kehilangan rahimnya?” Aku tak mengangguk juga menggeleng. Aku sudah berjanji padanya untuk tidak mengatakan kalau aku tahu hal ini darinya. “Gue udah duga sih lo tahu dari dia. Gue bilang apa? Jangan deket-deket sama si Andre. Dia tuh penjahat.” “Lo gak jawab permintaan maaf gue.” “Lo harus minta maaf ulang, nanti malem.” “Hm?” “Karena lo harus belajar, kita dinner di belakang rumah. Lo harus dandan kayak beneran mau pergi ya. Yuk, balik, gue kangen sama Askara.” Begitu sampai rumah, Bayu langsung masuk kamar Askara. Sedang aku hanya duduk termenung di sofa ruang tengah. Mama sedang pergi arisan. Mbok Dar yang sedari tadi menunggu Askara. Berjam-jam aku duduk dalam posisi seperti ini, memikirkan nasib Maira. Hidupnya sudah sulit, terlepas dari siapa yang melakukan
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

92. Menjaga Jarak dari Pak Andre

Aku terus melirik punggung Bayu yang membelakangiku diranjang. Ia sudah tidur nyenyak. Askara tidur dengan mama malam ini. Aku sedikit bersyukur tidak perlu terlibat kerja sama dengan Bayu untuk menenangkannya. “Gue sayang sama lo.” suara serak Bayu membuatku meliriknya. “Hm? Lo ngomong sama siapa?” Bayu tertawa. Aku menggoyangkan badannya, “Bay, bangun.” Bayu terbangun, “Kenapa?” “Lo ngigo?” “Au. Udah ah, ngantuk gue.” Aku membiarkan Bayu tidur lagi, sedangkan aku hanya sibuk menatap langit-langit kamar yang terkena sedikit cahaya. Harusnya aku senang. Soal pengakuan Bayu tadi akan membuatku lebih tenang ketika pacaran dengan Sean. Besok, pulang sekolah, aku akan pergi ke mall dengannya, membalas hutangku hari ini. Pagi, saat mama menggedor pintu membangunkan kami, aku baru saja tertidur selama dua jam. “Ra, bangun. Mandi lo, bau!” Aku tak bergerak sama sekali. “Ra! Elah, tumben susah banget bangunin lo.” “Gue ngantuk.” Aku menggeliat maksimal. “Semua or
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

93. Ujian di UKS

Karena terlalu pusing, aku langsung tidur. Bayu menepuk-nepuk pipiku, “Ra? Aura?” “Gue ngantuk, Bay.” jawabku dengan sisa kesadaran. “Oh, gue pikir lo pingsan. Ya udah, tidur aja. Gue tunggu disini.” Kedua mataku mengerjap ketika merasakan panas cahaya matahari mengenai sebagian lenganku. Ku lirik kursi disamping ranjang tempat Bayu duduk tadi. “Dia kemana? Bay?” “Apa? Kangen lo ya sama gue?” Bayu ternyata sedang tiduran di ranjang sebelah. “Dih. Gue haus.” “Bangun. Masa lo minumnya sambil tiduran, emang lo duyung?” Aku bangun dari ranjang, “Ini jam berapa?” “Jam sebelas.” jawab Bayu ringan sambil mengambil air dari dispenser. Aku melotot dan menganga, “Bohong lo ya!” “Itu jam dinding di atas, Ra, mata lo kemana sih?! Liat lah sendiri.” Aku melirik jam dinding. Benar saja ini sudah jam sebelas. Jam sebelas lewat lima belas menit malah. “Ujian gue gimana dong?” aku sangat panik. “Ya ujian. Lo berharap bisa pulang tanpa ujian gitu?” Bayu menyerahkan gelas p
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

94. Reuni Kampus Bayu

Aku terus membuang nafas ketika Bayu memakaikan kalung pemberiannya beberapa malam lalu. “Apa perlu gue pake ginian? Lo gak takut kita di begal?” Bayu tertawa, “Kebanyakan nonton ftv lo. Gak akan ada begal lah. Lagian, lo perlu pake ini, karena—” ia berdiri dihadapanku, “Lo adalah istri dari pewaris keluarga Ananta.” “Mulai deh lo.” “Udah ah ayo.” “Mama sama papa mana? Gue belum pamitan.” Bayu mengedarkan matanya ke sekeliling, “Tuh mama.” Mama dan papa baru kembali dari belakang rumah. Papa memangku Askara yang sedang tertawa bersama mama. “Ma, pa, pamit ya.” Bayu mewakili. “Kalian udah mau pergi?” mama menghampiriku. Mama melongo, menatapku terpukau memakai sebuah gaun berwarna hitam bertali kecil di kedua bahu. Panjangnya selutut, “Ra, kamu kayak udah dewasa. Cantik banget.” Aku tersenyum malu. Aku pun merasa demikian. Tadi begitu MUA memintaku untuk berkaca, aku merasa melihat orang lain. Seperti mama ketika muda. “Istri siapa dulu dong?” Bayu seperti biasa
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

95. Kelakuan Gila Bayu

Pak Andre langsung pergi karena ada orang yang meneriaki namanya meminta ia bergabung. Ketiga teman Bayu, membalikkan badan. “Lo masih suka ketemu dia?” tanya Bonni. Bayu melirikku, “Ehm... sesekali.” “Dia masih aja songong. Katanya dia ngajar di SMA Putra Bangsa jadi guru Matematika. Dia keluar dari perusahaan pertambangan malah bela-belain jadi guru. Emang aneh si Andre.” tutur Aldo. “Eh, Bay, Putra Bangsa bukannya sekolah yang bernaung dibawah yayasan Ananta Putra Group?” tanya Ferdi. “Wih, calon pewaris Ananta Putra Group nih.” Bonni tertawa. Bayu masih memegangi pinggangngku, “Kita tinggal dulu ya. Mau nyamperin yang lain.” “Oke.” Bayu membawaku ke area yang jauh dari jangkauan teman-temannya, “Ra, gue baru inget kalo gue satu prodi sama si Andre. Gimana dong?” “Dodol di piara sih lo. Bisa-bisanya lo baru inget.” “Ra, sori.” “Mana temen-temen lo pada bawel lagi kayak si Adit. Kalo omongan mereka kedengeran sama pak Andre gimana?” “Ya gimana dong?” “Lo malah nanya
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

96. Mengorbankan Diri

Bayu masih tak menjawab. “Kalo Aura bener istri lo, buktiin sama kita!” Semua orang saling berbisik. Ada yang pro dan kontra. Yang pro, mendukung Bayu untuk membuktikan bahwa aku adalah istrinya. Dan yang kontra mengatakan jika Bayu berbohong tak ada ruginya buat mereka. Pak Andre meninju lengan Bayu, “Buktiin, tolol!” Aku mendorong tubuh pak Andre, “Gak usah main kasar, bisa gak!” Pak Andre menciut menatap kemarahanku. Ia tahu dengan jelas bahwa aku memiliki kekuatan super untuk melawan siapapun. “Buktiin! Buktiin! Buktiin!” sorak banyak orang yang pro pada ide pak Andre. Aku menarik lengan Bayu, “Kita pulang aja.” Bayu menahan lenganku, “Gue akan buktiin kalo gue gak halu. Gue beneran suami lo.” “Gak usah, Bay, gak penting.” “Aura, ini bukan tentang kamu. Ini tentang Bayu. Semua orang tahu Bayu sering bercanda. Dan kalo pernikahan kalian cuma bercanda, wah dia harus dapet tropi sih.” Ketiga teman Bayu diam saja. Mereka takut pada pak Andre? Bayu menatap
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

97. Hidup Setengah Hancur

Aku melirik Bayu yang menggeliat di ranjang. Ia tersenyum ketika melihat jendela kamar yang sudah menunjukkan matahari pagi. “Pagi, Ra.” sapanya tanpa merasa berdosa. Aku tak menjawab, dan masih setia duduk memeluk lutut di sofa. “Ra?” Bayu bangkit dengan panik. Ia melihat dirinya tak memakai baju, dan hanya tinggal celana boxer. “Mandi, sarapan dan kita pulang. Dan lo jangan harap gue mau ikut melibatkan diri dalam hidup lo seperti datang ke acara reuni terkutuk ini lagi." Bayu menghampiriku di sofa, “Malam tadi.... kita—” “Jangan pernah bahas malam tadi lagi!" aku bangkit dari sofa dan memakai sepatu heels siap pergi. “Ra, maafin gue. Gue khilaf. Gue—pasti udah gila.” Bayu terus mengejarku, “Apa yang bisa gue lakuin untuk menebus kesalahan gue?” Aku membalikkan badan dan tersenyum menyeringai, “Menurut lo apa yang bisa lo lakuin? Pak Andre bener. Lo tuh emang seneng hancurin hidup orang. Dulu Maira, sekarang gue.” “Ra, udah gue bilang Maira begitu bukan karena gue.
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

98. Petaka Pulang Sendiri

Senin pagi, aku berangkat pagi sekali dengan Sean. Bayu tidak pulang semalaman. Mungkin ia bermalam dengan Maira, terserah dia. Aku membekal nasi goreng buatan mama karena bilang harus diskusi dengan Sean. Mama tidak masalah. Dan kini, saat aku baru menuruni tangga teras, Bayu baru pulang. “Ra, tunggu ya, lima belas menit aja. Gue mandi dulu.” “Ada Sean kok.” Bayu membalikkan badan mencari Sean, “Mana?” “Bentar lagi sampe. Lo... istirahat aja.” “Lo marah sama gue?” Aku menggeleng. Bayu menunduk, “Gue... minta maaf karena gak pulang. Keadaan Maira lagi gak baik.” Aku tersenyum, “Iya lah lo jelas peduli sama dia. Lo ‘kan masih cinta sama dia.” Bayu buru-buru mengangkat wajahnya, “Ra, gak gitu.” “Terserah lo sih.” Sean datang. Untungnya ia segera tiba, karena aku malas berdebat dengan Bayu. “Gue berangkat.” Bayu tak bicara apapun. Ia hanya menatapku ketika berpamitan pada pak satpam dan memasuki mobil Sean. “Ra, kamu gak papa?” tanya Sean ketika aku baru mem
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

99. Mulai Dekat

Aku memeluk mug berisi coklat panas di kafe dekat sekolah. Tadi begitu driver ojek datang, pak Andre langsung mengcancel namun tetap membayar ongkosnya. Dia lalu mengajakku kesini. “Kamu pasti pulang sendiri karena Bayu gak masuk, ya?” Aku tak menjawab. “Seharusnya, Ra, kalau Bayu gak ada dan Sean juga gak bisa, kamu pulang sama pak Rino aja. Beliau ‘kan mertua kamu.” Aku menatap wajah pak Andre. “Orang gak akan curiga kok. Orang-orang udah tahu kamu sama Bayu saling kenal secara personal.” Dari nada bicaranya, pak Andre terlihat bicara begitu karena peduli, bukan agar aku kena batu sendiri. “Kejadian tadi... itu... gak akan selalu terjadi, Ra. Tapi kalau kamu memang gak berani pulang sendiri, kamu bisa minta tolong Nadia, atau saya kalau kamu mau.” “Tanpa ada kejadian tadi... aku emang gak berani pulang sendiri, pak.” Pak Andre mencondongkan badannya, “Kenapa? Boleh saya tahu?” Aku diam. “Saya sering denger itu dari teman-teman kamu yang lain. Beberapa guru
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

100. Berkata Jujur pada Pak Andre

UAS sudah selesai. Selama itu, Sean hanya bisa menjemputku pagi-pagi, siangnya ia harus berlatih basket dengan timnya. Pulangnya terkadang aku bersama papa, kadang dengan pak Andre. Bayu kembali mendapat hukuman, mobilnya dibawa papa. Ia datang ke sekolah naik taksi, kadang diantarkan Adit. “Gue berasa dunia gak adil banget.” Nadia menjedugkan kepalanya ke meja. “Nad, udah, hasilnya juga gak akan berubah.” “Dari belasan mata pelajaran kenapa cuma satu yang diatas KKM?” “Gue gak tahu.” Nadia menatapku, “Gue gak nanya lo.” “Jelas-jelas tadi ada nada tanya.” “Au ah.” ia kembali menjedugkan kepala ke meja. Diluar kelas, pak Andre memintaku keluar. “Nad, gue keluar dulu.” “Terserah.” Aku mendekati pak Andre, “Kenapa, pak?” “Saya udah denger hasil nilai UAS kamu. Wah, saya harus kasih kamu hadiah sih.” Aku tertawa, “Gak perlu, pak. Hadiah coklat dari bapak udah cukup kok.” “Siang ini saya tlaktir kamu pokoknya. Kamu bisa ‘kan?” “Boleh, pak. Di kafe biasa?”
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status