Aku sama sekali tak melirik Askara di stroller. Dari tadi dia rewel sekali. Berhenti menangis sebentar, lanjut menangis makin kencang. Bayu, mama dan papa bergantian menenangkannya. Sedangkan aku hanya diam melanjutkan sarapan bersama Adit. “Dia ada yang ngikutin kali. Kita ke orang pinter aja.” usul Adit mendapat pelototan dari mama dan yang lain. Adit melirikku, “Ra, coba lo gendong, kali aja berhenti. Kasian tahu.” “Biar papanya aja yang gendong. Yang mau Askara ‘kan dia.” Mama dan papa saling lirik, sedang Bayu mungkin sedang sibuk mengutukku. “Aku berangkat, pa, ma. Sean udah nungguin.” Aku salim pada mama dan papa yang tak bicara apapun. Adit mengejarku, “Ra, gue aja yang anterin lo sekolah.” “Sean udah didepan.” Kataku penuh penakanan sambil terus berjalan. “Suruh aja dia berangkat sendiri.” Aku membalikkan badan, “Dari pada lo nganterin gue sekolah, mending lo tenangin tuh anak sahabat lo.” “Ra, Askara gak salah.” Aku berhenti berjalan dan tersenyum, “
Terakhir Diperbarui : 2024-11-30 Baca selengkapnya