All Chapters of Pengantin Pengganti Menikah dengan Mantan: Chapter 1 - Chapter 10

10 Chapters

1

Seorang gadis duduk dengan tatapan kosong. Di depannya ada meja rias dan cermin besar. Di samping gadis itu, seorang perias pengantin tengah sibuk mendandaninya. Nara Formosa nama gadis tersebut.Gadis cantik berusia dua puluh tahun yang besar di keluarga kaya. Hari ini akan segera menikah. Ini adalah hari pernikahan Nara. Pernikahan yang tidak pernah Nara mimpikan. Akan terjadi secepat ini.Bukan Nara tidak bahagia dengan pernikahan yang akan terjadi. Masalahnya, gadis itu tidak tahu dan tidak kenal dengan pria yang akan menikahinya. Pernikahan yang Nara lakukan merupakan pernikahan bisnis.Perusahaan Bagaskara tengah di ambang kebangkrutan dan terancam gulung tikar. Demi menstabilkan keadaan perusahaan, Bagaskara yang merupakan ayah Nara. Mencoba mencari koneksi untuk mendapatkan kucuran dana.Akhirnya pria paruh baya itu memberanikan diri mendatangi Aurio Grup. Pemilik Aurio Grup ternyata mau membantu Bagaskara. Namun, sebagai timbal baliknya Bagaskara juga harus memberikan sesuatu
Read more

2

"Saudara Marvin Aurio, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan saudari Nara Formosa binti almarhum Muhammad Abdullah yang walinya dipercayakan kepada saya Mahmudi Alimuddin dengan maskawin emas seberat dua puluh gram dan sebuah rumah mewah dibayar tunai!" ucap penghulu seraya mengayunkan genggaman tangannya, tepat setelah kalimatnya selesai."Saya terima nikah dan kawinnya Nara Formosa binti almarhum Muhammad Abdullah dengan maskawin yang tersebut di atas dibayar tunai!" Suara Marvin terdengar lantang dan tegas. Menggema di udara."Bagaimana saksi pertama?" tanya penghulu pada saksi dari pihak mempelai pria."Sah!" sahut saksi pertama cepat."Saksi kedua?" Penghulu beralih pada saksi dari mempelai wanita."Sah!" jawab saksi kedua mantap. Diikuti oleh para hadirin yang hadir menyaksikan ijab qobul pasangan pengantin tersebut."Alhamdulillah ...." Suara syukur penghulu terdengar lega. Doa usai ijab qobul pun mengalun begitu saja. Dipimpin oleh penghulu dan diaminkan oleh semua orang."
Read more

3

Marvin sangat menikmati wajah panik yang begitu jelas di depannya. Pria itu terus maju mengikis jarak. Namun, gadis cantik di depannya justru semakin mundur. Menjauh dan bermaksud mempertahankan jarak di antara mereka.Hal itu tidak menyurutkan langkah Marvin. Pria itu terus berjalan dan akhirnya berhasil membuat Nara terpojok. Gadis itu kini sudah tak bisa menghindar lagi. Sebab, tubuhnya sudah membentur dinding.Sebelah tangan Marvin bertumpu pada dinding. Sementara pria itu terus menatap wajah Nara yang terlihat gugup. Jarak yang begitu dekat, membuat Nara dapat menghirup aroma maskulin yang menguat dari tubuh Marvin.Aroma tubuh pria di depannya ini terasa menggelitik hidung Nara. Dan, membuat hati gadis itu semakin tak karuan. Berdebar kencang. Sehingga Nara terpaksa harus menahan napas. Untuk sesaat."Ber-berhenti!" ujar Nara terbata. Ketika tubuh Marvin semakin dekat dan hendak menempel padanya. Kedua tangan Nara berada di depan dada. Menahan tubuh Marvin."Ada apa? Bukankah in
Read more

4

"Hei! Kamu kenapa?" Marvin tentu saja panik dan khawatir melihat reaksi tubuh Nara. Gadis itu terbangun dari tidur sambil berteriak. Tatapan matanya terlihat ketakutan. Tak hanya itu, istrinya bahkan langsung menangis. "Nara, hei, lihat aku!" Marvin menangkup wajah Nara dan membuat mereka berhadapan. "Are you oke?" Tatapan mata Marvin tampak khawatir.Namun, bukan jawaban yang Marvin dapatkan. Gadis yang ditanyainya itu justru berhambur memeluknya erat. Dan, terisak."Jangan tinggalin aku," ujar Nara disela-sela isak tangisnya. Kedua tangan gadis itu melingkar erat di leher Marvin.Meskipun sempat terkejut dengan tindakan Nara. Marvin yang mendengar ucapan bernada memelas dari gadis itu. Lantas memilih untuk membalas pelukan Nara."It's oke. Aku di sini. Kamu tenang, ya!" kata Marvin pelan. Diusapnya punggung sang istri penuh perhatian. Sampai suara isakannya perlahan mulai tenang."Apa kamu mimpi buruk?" Pertanyaan dari Marvin menyadarkan Nara. Sadar dengan situasi yang terjadi di s
Read more

5

Nara duduk termenung di sebuah kafe. Gadis itu tampak cantik dengan balutan dress berwarna navy. Rambutnya yang panjang sebatas bahu dibiarkan tergerai begitu saja. Sebuah jepit kecil terselip di atas telinga.Di atas meja di depannya sudah tersaji segelas coklat hangat, yang masih mengepulkan asap. Namun, tatapan Nara masih terlihat gelisah ke arah pintu masuk. Kemudian beralih pada gawainya."Aku tunggu kamu sampai jam 8. Kalau sampai gak datang. Selamanya kita tidak akan pernah ketemu lagi. Karena ini kesempatan terakhir kita untuk ketemu." Sebuah pesan Nara tuliskan dan kirim pada sebuah kontak.Berharap seseorang yang ditunggunya akan segera datang dan menemuinya. Namun, sampai menit berlalu pesan itu tidak juga dibaca. Menit telah berubah jadi jam. Batas waktu yang ditentukan Nara telah habis.Tapi orang yang diharapkannya datang tidak juga terlihat batang hidungnya. Minuman coklat hangat pesanan Nara pun telah dingin. Sudah jelas. Orang yang ditunggunya tidak akan pernah datang
Read more

6

Fikri menatap iba pada gadis yang pernah bekerja di kafenya. Tak adalagi keceriaan di wajah cantik Nara. Gadis periang yang selalu mencairkan suasana saat bekerja. Kini tampak rapuh dan menyedihkan. Sebagai atasan sekaligus sahabat dari mantan kekasih gadis itu. Fikri tentu sangat kasihan melihatnya dalam keadaan seperti ini."Seandainya kamu melihatnya, Vin. Mungkin kamu bisa tahu ... kalau bukan cuma kamu yang sakit. Bahkan, gadis yang kamu cintai itu lebih kacau penampilannya dari biasanya." Fikri bergumam lirih."Gak adalagi Nara yang kita kenal dulu, Vin. Sekarang yang aku lihat hanya seorang gadis yang penuh luka dan rapuh. Aku yakin bukan ini yang dia inginkan," imbuhnya kembali bergumam.Mata pria itu terasa panas, cepat-cepat Fikri mengusap wajah dengan kasar. Ia tidak ingin ada yang melihatnya menangis. Meskipun sejujurnya, hati Fikri ikut perih menyaksikan Nara yang menangis seperti itu. Tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa.Karena menghibur pun, rasanya tidak mungkin. Men
Read more

7

Nara duduk di ruang tamu, sesekali melirik jam dinding yang terus berdetak tanpa henti. Sudah hampir tengah malam, tapi Marvin belum juga pulang. Hatinya sedikit cemas, tapi ia berusaha menenangkan diri, berpikir bahwa Marvin mungkin sedang sibuk dengan pekerjaannya."Apa dia masih marah?" Tiba-tiba saja Nara teringat dengan kejadian tadi malam. Saat Marvin hendak meminta haknya dan ia menolak. Dengan alasan belum siap.Wajah gadis itu langsung sendu ketika mengingat wajah suaminya. Bagaimana sorot mata Marvin terlihat kecewa. Dan, berubah datar hanya dalam waktu sekejap."Kamu memang bodoh, Ra. Sudah pasti dia marah. Suami mana yang tidak akan kecewa saat ditolak oleh istri sendiri? Sudah pasti dia marah padamu!" Nara mengomel pada diri sendiri. Merutuki kebodohannya.Gadis itu lantas menutup wajah dengan kedua tangannya. Terisak kecil, sebab, merasa gagal jadi istri yang baik. Tak hanya itu saja, Nara juga kecewa pada dirinya. Karena telah melukai dua orang sekaligus.Sepanjang hidu
Read more

8

Nara menatap puas pada hasil masakannya. Berjam-jam gadis itu berkutat di dapur untuk memasak. Akhirnya setelah perjuangan keras yang dilakukan, sebuah menu makanan berhasil Nara buat."Akhirnya selesai juga." Nara mengusap peluh di keningnya. "Sekarang tinggal mandi."Gadis itu lantas berjalan penuh semangat menuju kamar. Membersihkan diri dan berganti pakaian yang terbaik. Ia sudah memantapkan hati dan juga dirinya. Bahwa hari ini akan memberikan kejutan pada sang suami."Semoga saja Mas Marvin suka dengan makanan yang ku buat," gumam Nara berucap pelan. Tangannya menggenggam erat tas wadah bekal.Setelah meraup udara dalam-dalam, Nara kemudian melangkah keluar rumah. Baru saja membuka pintu, gadis itu langsung disambut ramah oleh Agus. Pria itu mengangguk sebentar."Non Nara mau ke mana?" tanya Agus. Pria yang bekerja sebagai sopir di keluarga Marvin itu, tampak penasaran. Apalagi ketika melihat penampilan Nara yang sudah rapi."Kebetulan ada Pak Agus. Saya boleh minta tolong, Pak?
Read more

9

Setiap hari, Nara selalu berusaha menjadi istri yang baik untuk Marvin. Mulai dari bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan, hingga mengantar makan siang ke kantor. Namun, meski begitu banyak usaha yang dilakukan, suaminya tetap saja bersikap dingin. Pria itu selalu menghindar, seolah keberadaan Nara tidak ada artinya.Hari ini pun, Nara kembali ke kantor Marvin dengan kotak makan siang di tangan. Dalam hatinya, ia berharap bisa bertemu langsung dengan suaminya, mungkin sekadar mendengar terima kasih dari bibir Marvin. Namun setibanya di resepsionis, ia mendapati kabar yang sama seperti sebelumnya."Mbak, apa tuan Marvin ada? Saya membawakan makan siang untuknya," ucap Nara dengan ramah.Resepsionis tersenyum kaku, sudah terbiasa melihat Nara datang setiap hari. "Maaf, Nona. Tuan Marvin sedang sibuk dan tidak ingin diganggu. Mungkin lain kali."Nara tersenyum tipis, menutupi kekecewaannya. "Tidak apa-apa. Kalau begitu, saya titipkan saja, ya."Saat hendak berbalik, tiba-tiba seorang
Read more

10

"Hati-hati di jalan," ucap David."Terima kasih. Saya permisi dulu," sahut wanita cantik di depannya."Silakan!" David dengan sopan memberikan ruang pada istri dari sepupunya itu, untuk pergi.David terus mengunci pandangan matanya pada sosok Nara yang berjalan menjauh. Sampai tubuh wanita itu menghilang di balik pintu. Baru dia mengalihkan perhatian."Ternyata istri Marvin cantik juga," komentarnya dengan senyum menyeringai.Setelah bertemu langsung dengan Nara, David segera bergegas meninggalkan lobi. Wajahnya tampak serius, dan tatapannya penuh pertimbangan. Tak lama, David mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor seseorang."Halo," sapanya dengan suara tenang, saat sambungan telponnya diangkat.“Ya, aku sudah bertemu dengan Nara,” lanjutnya. “Dia cukup menarik.”Setelah berbicara singkat, David menutup telepon dan memasukkan ponselnya kembali ke saku. Wajahnya berubah, ada kepuasan tersendiri yang tersirat."Nara, kita lihat! Seberapa jauh hubungan kalian dapat bertahan," ujar Dav
Read more
DMCA.com Protection Status