Share

Pengantin Pengganti Menikah dengan Mantan
Pengantin Pengganti Menikah dengan Mantan
Penulis: Zi Mahardika

1

Seorang gadis duduk dengan tatapan kosong. Di depannya ada meja rias dan cermin besar. Di samping gadis itu, seorang perias pengantin tengah sibuk mendandaninya. Nara Formosa nama gadis tersebut.

Gadis cantik berusia dua puluh tahun yang besar di keluarga kaya. Hari ini akan segera menikah. Ini adalah hari pernikahan Nara. Pernikahan yang tidak pernah Nara mimpikan. Akan terjadi secepat ini.

Bukan Nara tidak bahagia dengan pernikahan yang akan terjadi. Masalahnya, gadis itu tidak tahu dan tidak kenal dengan pria yang akan menikahinya. Pernikahan yang Nara lakukan merupakan pernikahan bisnis.

Perusahaan Bagaskara tengah di ambang kebangkrutan dan terancam gulung tikar. Demi menstabilkan keadaan perusahaan, Bagaskara yang merupakan ayah Nara. Mencoba mencari koneksi untuk mendapatkan kucuran dana.

Akhirnya pria paruh baya itu memberanikan diri mendatangi Aurio Grup. Pemilik Aurio Grup ternyata mau membantu Bagaskara. Namun, sebagai timbal baliknya Bagaskara juga harus memberikan sesuatu yang berharga.

"Saya mempunyai dua orang putri. Bagaimana kalau saya menikahkan salah satu putri saya dengan Anda?" Itulah kesepakatan yang Bagaskara berikan saat itu.

Gila memang, tapi itulah kenyataannya. Meskipun tidak yakin penawarannya akan diterima. Bagaskara tetap berharap pemilik Aurio Grup menerima tawarannya. Keringat dingin mulai muncul di permukaan kulit Bagaskara.

Ketika pria dingin di depannya tak juga memberikan jawaban. Sampai lima menit lamanya. Terdengar helaan napas kasar dari pria yang sedari tadi diam.

"Baiklah. Saya terima tawaran Anda." Jawaban itu berhasil membuat Bagaskara lega. Pria itu berulang kali berterima kasih.

Kerja sama pun terjadi begitu saja. Bagaskara kemudian kembali ke rumah dan bermaksud memberitahu istri dan juga anaknya. Namun, siapa sangka ternyata membujuk sang anak jauh lebih sulit daripada membujuk rekan bisnisnya.

"Pokoknya aku gak mau nikah muda! Ayah dengar itu?! Karirku baru saja naik, Yah! Aku gak mau menghancurkan mimpiku jadi model. Hanya untuk menikah dengan rekan bisnis Ayah itu. Aku tidak mau!" Zaskia Maureen- putri bungsunya menolak keras. Saat Bagaskara mengutarakan maksudnya.

Bertepatan dengan itu, Nara baru saja pulang dari bekerja. Gadis itu berdiri di pintu masuk. Terkejut menyaksikan keluarganya yang bersitegang.

"Bagaimana kalau Nara saja yang menggantikan Zaskia menikah, Yah?" Suara Maureen yang merupakan istri dari Bagaskara menginterupsi.

Nara tentu saja terkejut. Sementara Bagaskara langsung menghampiri putri sulungnya itu. Menceritakan kesulitan yang tengah dihadapi dan juga kesepakatan kerja sama yang disepakati dengan pemilik Aurio Grup.

"Tapi, Yah ...."

"Sudahlah, Kak! Lebih baik kakak ikuti saja keinginan kami." Zaskia segera menyela.

"Iya, Ra. Anggap saja kamu sedang membalas budi pada kami. Kami sudah mengangkatmu jadi anak dan merawatmu selama ini. Kami harap, kamu tidak melupakan itu!" Maureen menimpali dengan suara tegas.

Akhirnya Nara tidak bisa menolak. Gadis itupun mengangguk setuju. Walaupun dengan berat hati.

Ceklek!

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian Nara. Lewat pantulan cermin di depannya, Nara bisa melihat siapa yang datang. Maureen dan Zaskia tampak berjalan mendekat.

"Apakah sudah selesai?" tanya Maureen pada si perias.

"Sudah, Nyonya." Sang perias menjawab sambil mengangguk sekilas.

"Kamu boleh pergi!" usir Maureen sambil mengibaskan sebelah tangan. Perias itu mengangguk patuh dan pergi begitu saja.

Tinggallah Maureen dan kedua putrinya. Maureen berjalan lebih dekat pada Nara. Kedua tangan menyentuh bahu gadis yang sudah siap dan tampil sangat cantik tersebut.

"Ingat, Nara...jangan pernah berpikir untuk kabur ataupun menggagalkan pernikahan hari ini. Karena nasib keluarga kita bergantung pada kebaikan kamu. Mengerti!" Maureen berbicara dengan nada penuh penekanan.

"Nara ngerti, Ma. Mama jangan khawatir," balas Nara.

"Bagus. Sekarang ayo berdiri. Semua orang sudah menunggu!" ajak Maureen. Tak ada yang bisa Nara lakukan selain menurut. Sebab, dia tidak ingin membuat keluarganya kecewa.

Meskipun harus mengorbankan perasaannya sendiri. Semua itu tidak setara dengan kebaikan kedua orang tua angkatnya. Yang selama ini telah membesarkan dan menyekolahkannya.

•••

Pernikahan Nara diselenggarakan di sebuah hotel berbintang. Para tamu undangan yang hadir sebagian besar adalah rekan bisnis dari sang ayah dan juga relasi dari Aurio Grup. Terlihat sangat ramai dan meriah.

Para pria berjas mahal dan wanita bergaun elegan. Semua tampak memenuhi ruangan. Perhatian semua orang dialihkan pada satu titik. Di mana calon mempelai wanita muncul diiringi oleh dua wanita cantik lainnya di sisi kanan dan kiri.

“Wah, ternyata pengantin wanitanya cantik ya!” Suara desas-desus dari para tamu undangan terdengar saling berbisik. Meyuarakan kekaguman mereka pada mempelai wanita yang memasuki aula.

Beberapa meter dari jarak Nara berjalan. Seorang pria tengah duduk membelakanginya. Di depan pria itu, duduk seorang pria paruh baya. Dengan sorban tersampir di kedua pundak dan mengenakan kopiah.

Di kedua sisi lainnya ada Bagaskara dan seorang pria paruh baya lainnya. Entah siapa, yang jelas pria itu adalah saksi dari pihak mempelai pria. Maureen lekas membantu Nara untuk duduk di samping mempelai pria.

"Berhubung kedua mempelai sudah hadir di antara kita. Bagaimana kalau kita langsung saja ke acara selanjutnya?" ucap pembawa acara mengalihkan perhatian semua orang. 

“Karena waktu sudah semakin siang. Kepada pak penghulu dipersilakan untuk memimpin acara ijab qobul-nya.” Lanjut pembawa acara mempersilakan waktu dan tempat pada penghulu yang bertugas.

"Terima kasih pada Mas MC atas waktu yang diberikan pada saya. Sebelum acara dimulai, ada baiknya kita cek dulu kelengkapan dokumen dan persyaratan pernikahannya." Penghulu itu berbicara dengan ramah dan langsung diangguki oleh orang-orang di sekitarnya.

Sementara Nara masih saja menundukkan wajah. Saat para pria di depannya tengah memeriksa kelengkapan dokumen pernikahan. Tak ada yang kurang. Semua persyaratan sudah lengkap.

Namun, penghulu tidak langsung memulai acara. Beliau justru mengajukan pertanyaan di luar dugaan. Membuat semua orang hening.

"Maaf Mas Marvin, sebelum acara dimulai. Saya ingin menanyakan sesuatu pada Anda sebagai mempelai pria. Apa benar wanita di samping Anda ini adalah calon Anda yang sebenarnya? Coba dilihat dulu," ujar penghulu dengan senyum mengembang.

Sebelumnya, Marvin tidak mau melihat ke arah mempelai wanita. Pria itu bahkan selalu memasang wajah datar. Namun, karena ditanya seperti itu oleh penghulu. Akhirnya mau tak mau Marvin melakukan apa yang disarankan oleh penghulu.

Pria itu menoleh ke samping untuk melihat wajah calon istrinya. Tepat pada saat itu, Nara juga mengangkat wajah dan menoleh. Keduanya saling menatap.

Deg.

Kedua mata Nara terbelalak melihat wajah yang terpampang di hadapannya. Jantungnya seakan berhenti berdetak saat itu juga. Kedua matanya memanas bersamaan dengan rasa nyeri yang kembali berdenyut.

"Bagaimana mungkin?" batin Nara bergumam.

Berbeda dengan Nara yang perasaannya menjadi kacau. Marvin justru terpukau dengan kecantikan gadis itu. Pria itu memandang gadis di depannya tanpa berkedip.

"Bagaimana, Mas? Apa benar ini mempelai wanitanya?" tanya penghulu. Seketika menyadarkan Marvin. Pria itu kembali mengatur ekspresi wajahnya.

"Ya." Hanya satu kata itu yang keluar dari bibir Marvin. Jawabannya cukup singkat, padat dan jelas.

"Baiklah. Kalau begitu mari kita lanjutkan acara selanjutnya," ujar penghulu kembali melanjutkan acara.

Pria itu menjabat tangan Marvin dan mengucapkan ijab. Sementara Marvin mendengarkan dengan penuh perhatian. Berbeda dengan Marvin yang tengah fokus mendengarkan kalimat ijab qobul. Nara yang duduk di sisinya tampak memandang dengan kosong.

"Nggak! Ini semua gak mungkin. Dia ...." Nara bermonolog dalam hati dengan perasaannya yang kacau. Masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

•••

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status