Home / Romansa / Pasangan Gelap Tuan Javier / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Pasangan Gelap Tuan Javier : Chapter 41 - Chapter 50

192 Chapters

Bab 41. Penyiksaan batin

Freya bekerja keras sejak langit belum menunjukkan sinarnya, ia memastikan setiap sudut rumah bersih dan teratur, tak membiarkan celah sedikit pun bagi Viona untuk mengkritiknya seperti sebelumnya. Saat matahari belum sepenuhnya naik, dan Javier serta Viona masih terlelap, Freya sudah menyelesaikan pekerjaannya dan bergegas menyiapkan sarapan.Pukul delapan tepat, Javier turun lebih dulu, menatap Freya sekilas dengan tatapan dingin sebelum menyantap makanannya tanpa sepatah kata pun. Setelah itu, dia menghilang ke ruang gym untuk berolahraga, meninggalkan Freya dalam keheningan.Tidak berselang lama Viona datang, wanita itu kali ini tidak menyapa Freya dengan senyum yang biasanya terpajang di wajahnya. Aura dingin yang memancar dari Viona begitu terasa, dan Freya dapat merasakannya bahkan sebelum kata-kata pertama terucap."Aku ingin belanja hari ini, kau harus menemaniku," ucap Viona, suaranya tegas dan tanpa ruang untuk penolakan."Baik, Nyonya," jawab Freya sambil menundukkan kepal
last updateLast Updated : 2024-10-05
Read more

Bab 42. Bencana

Tidak terasa dua hari berlalu begitu saja, Freya selalu pergi menjenguk David lalu kembali lagi ke rumah Javier melaksanakan tugasnya yang seperti siksaan tanpa henti. Dalam hitungan hari saja, wajah Freya yang awalnya tampak segar dan sehat, kini mulai tampak tirus akibat pekerjaan berat yang ia lakukan nyaris tanpa henti.“Kau sakit?” tanya Pamela dengan suara yang tajam, tatapannya menusuk dari ujung rambut hingga kaki Freya. Sorot matanya penuh penilaian dan tak ada simpati di sana.“Saya hanya kurang istirahat, Nyonya,” jawab Freya lirih, dengan kepala menunduk dalam-dalam. Bagaimana mungkin ia menjelaskan beban yang ia tanggung? Siang dan malam seolah bersatu dalam satu lingkaran tanpa ujung.Pamela melipat tangan di depan perut, wajahnya penuh kekesalan yang terpendam. "Kalau kau terus seperti ini, bagaimana mungkin bisa melakukan tugasmu dengan benar? Aku yakin rumah putraku tidak kekurangan makanan. Kenapa kau tidak makan dengan benar?"Freya cuman bisa diam, perasaannya suda
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 43. Duka

Ketika kesadarannya sudah mulai pulih, Freya mengerjap beberapa kali. Tapi ketika ia ingat alasannya bisa pingsan, saat itu juga Freya turun dari tempat tidur sampai ia nyaris terjatuh."Freya! Hati-hati," tegur David yang menahan tubuhnya.Freya mendorong David, ia dengan cepat kembali menuju ruangan David dirawat. Tapi adiknya sudah tidak ada, Freya panik dengan wajah ketakutan, tapi saat melihat David masuk ke ruangan itu juga, tanpa aba-aba Freya menarik baju pria itu."Dimana adikku? Dia baik-baik saja, kan?!"David bingung harus mengatakan apa melihat kondisi Freya yang tampak sangat kacau, "Freya, tenangkan dirimu.""DIMANA ADIKKU!" Freya menjerit, nadanya memohon, hampir tak lagi terdengar sebagai suara manusia yang penuh harap."Di ruang jenazah," jawab David pada akhirnya.Dunia Freya runtuh seketika. Tubuhnya lemas, namun entah dari mana, kekuatan emosional memaksanya berlari lagi. Kakinya hampir tergelincir beberapa kali, tapi ia tidak peduli. Matanya berair, nafasnya pende
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 44. Perpisahan terakhir

Seperti yang David janjikan, pagi itu mereka berangkat sebelum matahari menyapa cakrawala. Mereka sudah menuju ke sebuah pantai yang jaraknya tidak sebentar dari kota Manhattan, mobil David melaju dari pukul enam pagi hingga pukul sembilan baru mereka tiba di tempat tujuan.Saat David keluar dari kendaraan, Freya juga turun dan berjalan lebih dulu ke arah pantai. Pagi ini tempat tersebut sangat sepi, angin juga terasa lebih tenang ketimbang saat siang hari."Kau akan melepaskannya di sini?" tanya David pelan.Freya yang sempat memejamkan mata, kini menatap lautan luas di hadapannya. Hembusan nafas dalam keluar dari bibirnya lalu ia mengangguk."Sebelum kematiannya, David ingin pergi ke pantai. Semenjak dia sakit, aku memang belum pernah mengajaknya liburan." Kata-kata itu terasa seperti duri yang menghujam dadanya.Air mata mulai berkumpul lagi di pelupuk matanya hingga akhirnya kembali menetes. "Aku pikir masih ada kesempatan, tidak aku sangka kalau kesempatan itu adalah dengan cara
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

Bab 45. Rahasia

Freya tak bisa tinggal lama di kediaman David, dia hanya punya waktu dua hari yang harusnya menjadi waktu istirahat, tapi malah menjadi hari perpisahannya dengan seseorang yang sangat Freya sayangi.Pagi itu, Freya sudah tampak rapi dan segar, namun wajahnya masih menyimpan luka. Meski berusaha tersenyum di depan David, kesedihan dalam dirinya terlalu dalam untuk benar-benar disembunyikan."Terima kasih sudah memberiku tumpangan, sekarang aku harus pergi," ucap Freya.David menoleh, pria itu terlihat sibuk menggunakan dasinya. "Kenapa? Kau bisa tinggal di sini lebih lama."Freya menggeleng, "Aku masih harus bekerja.""Di rumah Javier Bennett?" tebak David yang diangguki oleh Freya."Oh ya, David. Aku titip barang yang semalam kamu berikan padaku, nanti aku akan mengambilnya jika ada waktu," kata Freya."Bukan masalah," jawab David, pria itu sudah selesai memasang dasi lalu segera meraih ponselnya di meja. "Kebetulan aku juga akan berangkat ke kantor, bagaimana kalau aku mengantarmu?"
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

Bab 46. Viona yang memulai

Hari-hari berlalu tanpa ada semangat kehidupan yang Freya rasakan, ia hanya bekerja dan bekerja, kemudian istirahat lalu lanjut bekerja. Tapi lima hari terakhir, baik itu Viona maupun Javier tak ada yang mengganggunya, mereka berdua tampak sibuk dengan urusan masing-masing.Saat sedang sibuk memotong daging di dapur, kehadiran Viona yang tiba-tiba membuat suasana berubah tegang."Bagaimana rasanya tinggal di rumah ini?" tanya Viona sembari mengambil segelas air, menatap Freya dengan sorot mata yang tak bersahabat."Cukup baik," jawab Freya singkat, tak ingin memperpanjang percakapan.Viona bersandar di tepi meja dapur, menatap Freya dari ujung kepala hingga kaki dengan tatapan penuh penilaian. Sorot matanya tajam, seperti sedang menguliti setiap inci tubuh Freya.Perasaan tak nyaman merayap ke dalam diri Freya, namun ia berusaha menahan diri. Tangan kanannya yang memegang pisau bergerak perlahan, mengontrol kekuatannya dengan seksama. Pisau itu berkilat tajam di bawah sinar lampu dapur
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

Bab 47. Secarik kertas

"Kau sibuk?" tanya Javier.Freya yang sedang menyetrika pakaian menoleh, tatapannya dingin saat Javier menghampiri. Dengan tegas Freya berdiri tegak menatap pria bertubuh besar di depannya, rasa takut Freya hilang begitu saja, ia sudah tidak peduli apa yang terjadi pada dirinya sendiri."Saya rasa Anda tidak buta, Tuan. Bukankah Anda bisa melihat tumpukan pakaian yang baru saja saya rapikan?" jawabnya tajam.Javier menaikkan alisnya, sedikit terkejut karena Freya lebih berani dari biasanya. Dimana tatapan kucing ketakutan dari mata perempuan ini? Tapi baguslah, itu artinya ia tak perlu segan lagi.Mendadak ia melemparkan blazer ke arah Freya. Dengan enggan, Freya menangkapnya. "Ada sobekan di saku. Aku ingin kau memperbaikinya. Aku akan memakainya nanti malam."Freya mengerutkan kening. "Anda punya banyak blazer. Kenapa harus menggunakan yang ini?""Kau tidak berhak membantah," Javier bergerak maju, Freya bahkan tidak terpengaruh oleh suasana mendominasi yang Javier ciptakan. "Cukup
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

Bab 48. Pasrah

Keesokan paginya, suasana rumah Javier seolah sedang diserang karena banyak barang berantakan. Sementara Javier tak kunjung berangkat ke kantor, melainkan sibuk mengobrak-abrik ruang baca. Tumpukan buku dan kertas berserakan di lantai, pikirannya terlalu banyak belakangan ini sampai ia lupa, berapa kode brankas perusahaan.Freya yang tengah membawa keranjang berisi baju kotor, berhenti di depan pintu. Ia memandangi Javier yang tampak gelisah dan sibuk mencari di antara buku-buku yang telah ia bongkar."Apa yang Anda cari, Tuan? Mungkin saya bisa membantu," kata Freya, berusaha menawarkan bantuan agar Javier tak membuat kekacauan lebih besar.Javier menoleh, tatapan frustrasinya berubah sejenak. "Kau melihat kertas berisi angka-angka? Aku yakin menyimpannya di sini, tapi aku lupa di mana."Freya mengerutkan kening, lalu meletakkan keranjang pakaian di dekat pintu. Tanpa berkata-kata, ia menuju kamarnya dan mengambil kertas yang ia temukan kemarin dari saku blazer Javier. Ketika ia kemb
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

Bab 49. Javier cemburu

Air yang mengalir dari shower membasahi sekujur tubuh Freya, ia mencoba untuk menghilangkan bekas hubungannya bersama Javier. Rasanya sangat memuakkan, ia tidak tau harus berapa lama lagi bertahan dengan kondisi seperti ini karena ia tidak bisa menikmatinya.Perasaannya hampa, tidak ada semangat hidup. Tujuannya telah hancur, adiknya sudah meninggal. Sejenak Freya memejamkan mata, air membasahi wajah hingga ke bawah tubuhnya.Selesai membersihkan diri, Freya mengenakan pakaian lalu turun ke lantai utama. Rumah sangat sepi, Javier juga pasti sudah berangkat ke kantor. Mendadak ponsel Freya berdering, nama David terlihat di layar utama."Namanya selalu mengingatkanku dengan orang yang aku sayangi," batin Freya lalu menerima panggilan tersebut. "Halo?""Hai, Freya. Kau sibuk sore ini?""Tidak juga," jawabnya.Terdengar suara benda jatuh dari seberang panggilan, lalu suara David yang tampak panik terdengar. "Astaga, hampir saja aku merusaknya," kata pria itu pada dirinya sendiri."Kau sed
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

Bab 50. Kebahagiaan singkat

Seperti yang sudah David janjikan, sore hari dia menjemput Freya untuk pergi menghadiri hari ulang tahun orang tua David. Freya mengenakan dress berwarna putih tanpa lengan, berpenampilan semenarik mungkin agar ia tidak terlihat seperti orang yang perlu dikasihani.Beberapa hari telah berlalu, adiknya sudah tidak ada. Kalau sampai adiknya tahu setiap hari Freya bersedih, remaja itu juga pasti tidak akan senang. Sebisa mungkin Freya harus mengontrol emosinya, ia tak boleh terlarut dalam kesedihan.Di depan pantulan bayangan cermin, Freya mengatur ekspresinya. "Perjalananmu masih jauh ke depan Freya, kau tidak boleh menyerah begitu saja," gumamnya, setelah itu ia pun turun karena David sudah menunggu di depan.Tapi ketika Freya tiba di depan pintu, pintu tersebut terbuka lebih dulu. Javier masuk, tatapannya langsung mengarah pada Freya, memperhatikan penampilan cantiknya yang jarang sekali ditunjukkan di depan Javier."Kau mau pergi tanpa seizinku?" geram Javier, tampak jelas pria itu m
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more
PREV
1
...
34567
...
20
DMCA.com Protection Status