All Chapters of Pendekar Penguasa Dua Pedang Sakti: Chapter 31 - Chapter 40

60 Chapters

Bab 031 - Ajak Ganas yang Kelaparan

Hanya seperlima tenaga dalamnya saja yang mereka gunakan, karena mereka memang tidak berniat untuk membunuh ajak-ajak itu.Namun baru saja selesai urusan mereka dengan dua ajak itu, tiba-tiba muncul lagi enam ekor ajak dari balik semak-semak. Hewan ini memang hidup berkelompok, sehingga tak heran apabila mereka menyerbu secara keroyokan pula.Terkejutlah mereka dan mukanya langsung berubah panik, melihat kawanan ajak yang beringas dan ganas itu hendak menyerang ke arah mereka. Lidah-lidahnya terjulur tampak lapar, sehingga manusia pun tak luput dari sasaran buruan mereka.Kini mereka jadi lebih sibuk daripada sebelumnya karena harus menghadapi hewan ganas itu dari berbagai sisi.Mereka tak boleh kalah gesit dari ajak-ajak itu dalam hal bergerak maupun mengelak. Jika tidak, pastilah mereka akan kena terkam lalu ajak-ajak itu secara sadis mengoyak tubuh mereka dan memakan dagingnya untuk dijadikan sebagai santapan ramai-ramai.Celakanya, empat ekor ajak justru memilih mengeroyok Dewi Ra
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

Bab 032 - Makhluk Menyeramkan

Gangguan-gangguan yang mereka terima selama perjalanan di hutan itu tidak hanya berlangsung pada siang hari saja, tapi ketika malam tiba mereka dikejutkan oleh suara-suara aneh yang terdengar menggema di sekeliling mereka. Jelas saja, itu membuat keduanya gelisah dan menjadi terganggu akhirnya waktu istirahat mereka.Suara itu terdengar mirip seperti suara tawa raksasa, terdengar besar dan menggelegar.Mula-mula suara itu hanya terdengar dari kejauhan, lalu suara itu lama-lama makin terdengar mendekat dan semakin terdengar jelas oleh telinga mereka.‘Hua-ha-ha-ha-ha…!’Seperti itulah bunyi suara tawa yang terdengar menyeramkan itu.Ditambah keadaan hutan yang gelap dan sepi membuat suasana terasa makin mencekam, dan hawa dingin makin terasa menyentuh kulit mereka.Tidak ada bulan, juga tidak ada bintang yang bersinar di atas langit sana, benar-benar gelap. Hanya api unggun satu-satunya yang menerangi sekeliling mereka.“Arya, kau dengar suara itu?” tanya Dewi Raraswati.“Ya, aku bisa
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more

Bab 033 - Habis Iblis Muncullah Buaya

“Awas, Dewi….!” teriak Arya Wisesa yang berdiri paling depan.Ia langsung saja melompat ke depan sambil merunduk rendahkan tubuh, dengan posisi langsung tiarap di tanah. Sementara Dewi Raraswati memilih meloncat ke atas, sejauh lima tombak dengan ilmu meringankan tubuhnya.Hampir saja sejengkal lagi batang pohon itu menghantam kakinya, tapi beruntunglah gadis itu cukup cepat dan tak terlambat, sehingga ia berhasil menghindar dan batang pohon itu hanya menabrak pohon lain yang ada di belakangnya hingga patah jadi dua.Sekarang giliran Arya Wisesa yang meloncat ke atas sejauh tiga tombak, sambil melemparkan sebuah batu yang ia pungut dan disertai kekuatan tenaga dalamnya menyasar kepala makhluk tinggi besar itu.Sialnya, sebelum batu itu benar-benar mendarat di kepalanya, makhluk penunggu hutan itu tiba-tiba lenyap menghilang, mengeluarkan asap putih tebal, seolah batu yang dilemparkannya itu menembus tubuhnya yang berubah menjadi asap itu. Dan tahu-tahu, makhluk itu sudah berpindah ada
last updateLast Updated : 2024-10-19
Read more

Bab 034 - Jebakan Maut!

Dari perjalanan yang banyak membuahkan pengalaman penting itu, akhirnya ikatan batin di antara mereka terus tumbuh dan menjadikan keduanya sepasang pendekar yang saling melengkapi satu sama lain.Di situlah letak kekuatan yang sesungguhnya, karena sesulit dan seberat apa pun ujian yang dihadapi akan terasa lebih ringan apabila diselesaikan bersama-sama. Saat satu dari kedua yang berpasangan itu hilang, maka tentu saja setengah kekuatannya pun akan hilang.Setelah keadaan yang cukup berbahaya dan mengancam nyawa itu berhasil mereka kendalikan, mereka pun memutuskan kembali melanjutkan perjalanan. Keduanya harus segera sampai di tempat yang mereka tuju sebelum matahari tenggelam, agar tidak sampai kemalaman. Karena keadaan itu akan menyulitkan mereka berdua dan pastilah lebih menguntungkan para perampok itu.Khawatir masih ada buaya lain yang hidup di sungai itu, Arya Wisesa berkata pada Dewi Raraswati, “Tak aman sepertinya kalau kita langsung terjun ke air untuk menyebrangi sungai ini.
last updateLast Updated : 2024-10-21
Read more

Bab 035 - Bertarung dengan Perampok

“Itu baru permulaan, bocah tengik!” kata si ketua rampok yang masih berdiri di atas sana. “Kasihan juga melihatmu bertarung sendirian. Baiklah kukabulkan permintaanmu!”Maka melesatlah parangnya yang seperti bumerang itu berputar-putar di udara dan memutus tali yang mengikat kaki Dewi Raraswati.Melihat keadaan itu, Arya Wisesa langsung berlari dan melompat ke area di mana Dewi Raraswati akan segera mendarat setelah meluncur dari atas dalam posisi menukik. Ia langsung merentangkan kedua tangan di depan, bersiap menangkap tubuh Dewi Raraswati.Gadis itu menjerit karena tampak kesulitan menyeimbangkan tubuhnya. Dan sekira tujuh detik lagi gadis itu akan segera terjatuh ke tanah, Arya Wisesa langsung menangkapnya dan berhasil menyelamatkan si gadis dalam dekapannya. Hingga mereka terguling-guling bersama dengan posisi tak sengaja berpelukan.Keadaan itu membuat kening gadis itu terluka dan mengeluarkan darah. Kepalanya membentur tanah yang berkerikil sehingga keningnya itu sedikit tergor
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

Bab 036 - Selangkah Menuju Maut

Garang Bonggol si ketua rampok itu langsung menggerutu ketika melihat ketiga anak buahnya mundur terhuyung dari gelanggang pertarungan. “Huh! Bodoh kalian! Menghadapi bocah-bocah ingusan seperti itu saja tak becus!”“Ternyata bocah-bocah itu punya ilmu silat yang lumayan, Ketua. Apalagi yang lelaki, dia cukup berbahaya dan bertarung seperti srigala,” sahut anak buahnya yang terkena cakaran itu.“Ahhh, banyak alasan! Biar aku sendiri yang turun tangan!” katanya sambil mengepalkan kedua tangan.Ia langsung melompat sambil menjulurkan satu kakinya hendak menendang ke arah Arya Wisesa, namun sebelum lima detik lagi tendangan itu mendarat di dadanya, dengan cepat Arya Wisesa elakkan tubuh ke samping dan hantamkan satu pukulan ke arah leher, tapi dengan mudah pukulan itu ditepis oleh Garang Bonggol dan ia balas hantamkan lulutnya ke perut Arya Wisesa.Pemuda itu kalah cepat dan telat menghindar, sehingga ia sedikit terkena dengkulan Garang Bonggol dan langsung terseret beberapa langkah ke b
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more

Bab 037 - Pria Bercadar Hitam

Sambil masih terduduk dan dalam keputusasaannya itu Dewi Raraswati langsung berkata lantang penuh amarah, “Ayo, bunuhlah aku iblis-iblis hina! Bunuhlah aku dan biarkan kami berdua mati di sini!” Pipinya tampak basah dibanjiri oleh air mata.“Tanpa kau minta, dengan senang hati aku akan mengirim lelakimu ke neraka! Ah, tapi sayang sekali kalau aku harus membunuh gadis manis sepertimu. Karena kau sangat cocok kujadikan sebagai istriku!” sahut Garang Bonggol sambil tertawa jahat.Setelah berkata begitu, langsung saja Garang Bonggol meloncat sampai lima tombak ke udara, hendak menamatkan riwayat Arya Wisesa dalam sekali tendangan menukik dengan kedua kakinya dari atas. Namun di saat bersamaan sebelum hantaman kaki itu benar-benar mendarat di dada pemuda itu, tiba-tiba sekelebat bayangan hitam melesat cepat mengadang ketua rampok itu dan ia mendapat hantaman tendangan di bagian rusuknya sampai terpental sejauh sepuluh tombak!Ketika sudah menapaki tanah barulah terlihat jelas, bahwa sekele
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Bab 038 - Petunjuk dari sang Guru

Gadis itu pun akhirnya berhenti mengoceh dan tidak berusaha mendebat ayahnya lagi. Laki-laki paruh baya itu memang mempunyai pendirian yang teguh dan tak mudah digoyahkan. Sudah bertahun-tahun pula ia memutuskan untuk tidak lagi terlibat dalam dunia persilatan.Kalaupun ia harus bertarung, maka itu hanya pada saat dibutuhkan dan kondisinya memang benar-benar memaksa ia untuk turun tangan. Ia masih menganggap bahwa keberadaan perampok yang sudah meresahkan warga desa itu bukanlah sebuah ancaman besar, sehingga ia merasa tak perlu sampai turun tangan.Itulah kenapa ia memerintahkan Arya Wisesa untuk meringkusnya, namun rupanya pendekar muda itu pulang membawa kegagalan dan bahkan hampir mati di tangan rampok-rampok itu.Begitulah Wisangpati, memilih kehidupan yang tenang dan hidup dalam kesederhanaan di tepi hutan. Padahal dalam kesederhanaannya itu tersimpan kekuatan dalam dirinya yang tentu saja masih dapat diperhitungkan. Namun sayang, ia seolah tak mau tahu dan tak ingin ikut campur
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 039 - Jurus Hantaman Delapan Penjuru

“Sebaiknya kau jangan dulu banyak bergerak, istirahatlah Arya,” kata Dewi Raraswati sambil membantu pemuda itu kembali ke posisinya semula.“Kepalaku terasa sangat pusing sekali dan sekujur tubuhku terasa sakit,” sahut Arya Wisesa.“Minum dulu ramuan yang sudah kubuat ini untuk memulihkan tenagamu, Arya. Setelah itu kau beristirahatlah sampai pulih kembali.” Wisangpati menyodorkan ramuan yang sudah ia buat itu pada Arya Wisesa.Baru saja ia teguk sedikit, ramuan itu langsung disemburkannya kembali secara kontan sambil terbatuk-batuk.“Maaf Paman, ramuan ini rasanya pahit sekali. Aku belum pernah minum ramuan sepahit ini,” kata Arya Wisesa sambil meleletkan lidah.“Kalau kau tak mau meminumnya, maka kau akan terus terbaring seperti ini. Dan penyembuhan luka di dalam tubuhmu akan lebih lama,” respon Wisangpati.“Ya, minumlah Arya, untuk kesembuhanmu.” Dewi Raraswati ikut menyahut.Maka dengan terpaksa ia meminum ramuan itu sambil menahan pahit seraya memejamkan matanya. Lalu ia berbarin
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

Bab 040 - Berlatih Keras

“Nah, sekarang giliran kau, Arya. Coba kau praktekkan jurus yang baru saja aku peragakan,” kata Wisangpati ingin segera melihat apakah Arya Wisesa langsung paham dan langsung bisa memperaktikkan jurus yang diajarkannya.‘Hiatttt….!’Arya Wisesa langsung bergerak memutar tubuhnya sambil mengeluarkan dua pukulan dan satu tendangan, mencoba menggerakkan jurus itu sesuai dengan yang sudah dicontohkan oleh Wisangpati. Dan ia juga mengakhiri jurus itu dengan sebuah lompatan tinggi dan tendangan beruntun ke arah delapan penjuru mata angin.“Arya, gerakanmu masih belum sempurna. Kau harus memperhatikan lagi sasaran dari pukulan dan tendanganmu itu. Tidak boleh asal menyerang saja,” kata Wisangpati, tampaknya ia masih belum puas dengan gerakan Arya Wisesa.“Oh, baik Paman. Aku akan mencobanya lagi,” sahut Arya Wisesa.Namun setelah mencoba untuk yang kedua kalinya, Wisangpati masih belum puas dengan gerakan Arya Wisesa. Dan menurutnya serangan-serangannya itu belum benar-benar tepat mengarah k
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status